"Coba lihat, apa yang kita dapatkan hari ini." Louis menyerahkan sebuah kertas undangan didepanku. Aku terbelalak heran. Itu undangan pernikahan.
"Kau akan menikah?"
"Bukan aku! Ini dari Aleyshaa."
Memang, sejak kejadian dua minggu lalu, hubungan Harry dan Aleyshaa semakin dekat. Terkadang mereka pergi bersama, walaupun Harry harus kubujuk dulu untuk menemani Aleyshaa.
Aley juga semakin menunjukan ketertarikan dirinya pada Harry. Begitu pula sebaliknya, tetapi Harry berusaha menepiskan perasaannya itu.
Sebenarnya aku mendukung hubungannya dengan Aley. Aley adalah gadis yang manis. Tidak jarang pula ia membantuku di kedai jika Harry dan Louis memiliki urusan di luar. Louis juga mulai akrab pada Aley.
"Kau dan Aley akan menikah?"
"Tentu saja tidak! Itu undangan dari Aley. Besok saudaranya akan menikah, jadi dia mengundang kau, aku dan Harry."
"Kukira kau dan Aley yang akan menikah. Tentu saja hal itu akan mematahkan hari Kakakku." Aku menertawakan diriku sendiri. Kubuka undangan itu, melihat nama saudaranya Meghan dan Troy tertera disana.
"Jadi, apakah kita akan datang, Styles?"
"Tentu saja. Omong-omong, dimana Aleyshaa? Apakah kau tidak menyuruhnya menunggu?"
"Dia sudah pulang. Aley sempat menunggumu selama sepuluh menit lalu kemudian dia pergi karena memiliki urusan lain. Kau terlalu lambat, Syd."
"Sial kau, Tommo."
Louis terkekeh geli "dan apakah kita akan mengajak Harry juga? Jika iya, maka ingatlah untuk memilihkan pakaian Harry karena seingatku dia tidak memiliki Jas untuk ia kenakan."
"Kau serius? Aku bahkan tidak tahu jika Harry tidak memiliki Jas."
"Kau memang seperti itu." Cemooh Louis. Aku berdesis marah.
"Baiklah, aku akan pulang."
"Tunggulah sebentar lagi, Harry belum kembali ke kedai. Kau harus menemaniku."
"Aku akan segera kembali secepatnya. Percayalah."
"Aku tidak pernah mempercayai janji wanita." Komentar Louis pedas. Aku mengabaikannya dan memilih untuk pulang kerumah.
●●●●●
Aku memasuki rumah dengan pandangan heran. Tidak seperti biasanya pintu rumah ini terbuka.
"Harry? Apakah kau lupa mengunci pintunya? Pintu terbuka." Ucapku sembari memasuki rumah.
"Sydney? Kau sudah pulang rupanya." Suaranya terdengar diujung ruang tamu.
Aku bergegas mendekatinya.
"Kau tidak mengunci pintunya, Har---" ucapanku terputus ketika melihay Harry bersama seorang wanita dengan usia yang kuperkirakan cukup tua."Siapa dia, Harry?" Tanyaku penasaran. Harry tidak menjawab, dia hanya tersenyum.
"Duduklah terlebih dahulu, Syd." Ujarnya.
Aku menurut, memilih tempat duduk disampingnya. Kusikut pinggangnya, menunggu jawaban tentang siapa wanita itu.
"Kau mulai mengencani wanita tua, Hazz?" Bisikku. Harry terkekeh geli, sejurus kemudian dia menarikku kedalam pelukannya.
"Bagaimana dengan sekolahmu hari ini, Syd? Apakah Menyenangkan?"
"Pertanyaan bodoh macam apa itu, Harry." Ketusku, Harry hanya tersenyum tipis.
"Apakah itu benar, Hazza? Kau mulai mengencani wanita yang terpaut usia jauh denganmu?"
Harry mengecup puncak kepalaku sekilas, lalu kemudian dia melepaskan pelukannya padaku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Angel Without Wings
FanfictionKetika kau memiliki seorang saudara seorang keparat, bajingan dan makhluk hina. Kau berharap kematian segera mendatangi orang itu. Ya, dia Harry Styles. Seorang bajingan besar dengan segala catatan kejahatannya. Dan dia adalah saudaraku. Kuhabiskan...