"Hallo" terdengar pemilik suara imut itu dari ujung teleponku. Aku bahagia karena Niall menelponku.
"Hallo, Niall. Ada apa?"
"Aku akan sampai di sekolahmu sepuluh menit lagi. Kuharap kau menunggu kedatanganku."
"Aku siap, Niall. Tenang saja."
"Baiklah, Sampai jumpa, Seventeen."
"Sampai jumpa, Horan."
Aku menahan senyuman malu ketika Niall memanggilku dengan nama tengah.
Lea menyadarkanku ketika ia meletakkan sikunya di dekat perutku.
"Niall, eh?"
"Ya. hari ini Niall akan mengajakku pergi."
"Wow, terdengar mengasyikkan."
"Niall akan memperkenalkanku dengan temannya. Temannya pandai menyanyi."
"Itu bagus, Syd. Kau bisa menguasai keduanya sekaligus."
"Tapi bagaimana dengan Harry?"
Langkahku terhenti mendengar nama Harry.
"Apa maksudmu?"
"Bukankah kau mengatakan bahwa Harry tidak menyukai Niall?"
"Lalu?"
"Bagaimana jika Harry tahu?"
"Aku tidak peduli jika Harry mengetahui ini. Lagipula, dia tidak memiliki hak untuk mengaturku."
"Syd?"
"Apa?"
"Yang kau lakukan pada Harry kemarin itu tidak pantas, Dia kakakmu, Syd."
"Jadi, kau mengatakan ini salahku? Harry mempermalukanku, Lea! Dia memukuli Niall disekolahku. Berteriak mengatakan Niall itu bajingan."
"Mungkin Harry memiliki sebuah alasan, Syd."
"Alasan apa---" aku terdiam ketika menyadari seorang pria tengah mengawasiku. Dia terlihat asing.
Pria itu menggunakan kaus putih yang dipadu dengan jaket denim berwarna biru tua. Jeans hitam sebagai bawahannya dan kacamata hitam. Dengan sebatang rokok ditangan kanannya.
Sesekali rambut spike-nya itu tertiup angin namun tidak membuatnya rusak.
Walaupun ia menggunakan kacamata, tapi aku dapat mengetahui jika ia sedang memperhatikan kearah kami.
"Siapa itu, Lea?"
Lea menoleh, mengikuti pandanganku menatap pria berambut spike itu. Dari sini, aku dapat melihat alisnya berwarna hitam pekat dan tebal.
"Siapa yang kau maksud?"
Aku menunjuk dengan sorotan mata. Lea mula menyadari keberadaan pria itu.
"Aku baru melihatnya hari ini." Samar-samar, aku mendengar Lea mengucapkan kata itu.
"Bagaimana ia bisa berada disini?"
Entah karena kami mulai menyadari keberadaannya atau karena hal yang lain. Pria itu pergi dari tempatnya dan menyisahkan kami yang kebingungan.
Pria berambut spike dengan alis yang tebal.
"Sydney?!" Suara seseorang mengejutkanku. Aku menoleh dan ternyata itu Niall.
"Hi, Ni."
Niall tersenyum manis seperti biasanya. "Hi, Syd. Senang bertemu denganmu lagi."
"Apakah aku menganggumu?"

KAMU SEDANG MEMBACA
Angel Without Wings
FanfictionKetika kau memiliki seorang saudara seorang keparat, bajingan dan makhluk hina. Kau berharap kematian segera mendatangi orang itu. Ya, dia Harry Styles. Seorang bajingan besar dengan segala catatan kejahatannya. Dan dia adalah saudaraku. Kuhabiskan...