Dia Harry Styles.
Usianya dan usiaku terpaut dua tahun. Dia pria berambut keritingku yang manis.
Dulu, sewaktu kami kecil, aku dan Harry selalu menghabiskan waktu bersama-sama.
Dalam segala hal. Aku berada satu kamar dengan Harry, kemana aku pergi, disitu ada Harry. Apa yang Harry punya adalah milikku dan begitupula sebaliknya.
Tak jarang kami memiliki pakaian yang sama karena aku juga ingin terlihat seperti Harry.
Dulu, Harry biasa memanggilku dengan sebutan Sydney Rain. Terkadang Harry memanggilku Rain.
Harry sangat terobsesi dengan kota Sydney di Australia setelah mengetahui bahwa nama kota itu sama seperti namaku. Dan Rain? Dulu sewaktu kami kecil, aku dan Harry sangat suka bermain di saat hujan. Hingga akhirnya Harry merangkul nama Sydney Rain untukku.
Dia pria yang baik. Sungguh.
Di usia ke 7 tahun, Harry memenangkan perlombaan mengeja untuk anak seusianya.
Usia ke 8 tahun, Harry memenangkan lomba menulis esai tentang matahari.
Masih di usia 8 tahun, Harry memenangkan penghargaan murid terbaik di sekolahnya kala itu.
Usia 9 tahun, Harry menjadi kaptain di club sepak bola yang ada disekolahnya. Aku ingat, waktu itu Ayah, Ibu dan aku pergi ke sekolah Harry untuk melihatnya bertanding bola.
Dua bulan setelah itu, Harry kembali memenangkan perlombaan sulap untuk anak seusianya.
Dia mempunyai banyak prestasi di sekolahnya hingga membuatku sangat menyayangi Harry.
Tapi, setelah itu kami perlahan-lahan mulai kehilangan kebersamaan di keluarga ketika Ibu dan Ayah nyaris setiap hari bertengkar hebat hingga membuatku harus bersembunyi didalam pelukkan Harry karena takut dengan suara teriakkan mereka.
Semuanya mulai menjauh. Setiap hari Ibu bertengkar dengan Ayah dan melontarkan kata-kata kasar. Ayah yang juga marah kerap melemparkan barang-barang ke lantai hingga membuatku ketakutan.
ketika aku dan Harry harus terpaksa tinggal bersama Nenek karena Ayah dan Ibu tidak pernah berhenti bertengkar.
Kami kehilangan kasih sayang.
Harry tak lagi seaktif dulu. Perlahan-lahan ia berubah menjadi anak yang pendiam.
Kami nyaris tumbuh menjadi anak yang mengalami trauma mental.
Puncaknya, aku dan Harry kembali ke rumah itu dan menemukan Ayah yang telah menggantung dirinya diatas loteng karena tidak sanggup menerima kenyataan bahwa Ibu telah berselingkuh darinya.
Aku dan Harry yang pertama kali menemukannya. Anak yang berusia sepuluh tahun dan delapan tahun harus menyaksikan kematian sang Ayah didepan mata kami sendiri.
Kalah itu, aku berteriak tidak terima. Tidak bisa menerima kenyataan bahwa Ayah memilih untuk mengakhiri hidupnya karena perempuan sialan yang selama ini kupanggil dengan sebutan Ibu mengkhianatinya.
Perlahan-lahan, kejadian itu merusak pola fikiran Sydney kecil. Aku mulai membenci Ibuku dan menganggapnya telah mati.
Semnenjak Ayah pergi, Aku hanya tinggal berdua bersama Harry.
Kami tinggal diantara rasa belas kasihan para kerabat dan juga tetangga.
Tidak ada kasih sayang apapun lagi yang kami rasakan.
Bahkan, jarakku dan Harry juga semakin menjauh. Aku tak lagi mengenal Harry yang perlahan-lahan mulai meninggalkanku dengan rasa putus asa yang mendalam.
KAMU SEDANG MEMBACA
Angel Without Wings
FanfictionKetika kau memiliki seorang saudara seorang keparat, bajingan dan makhluk hina. Kau berharap kematian segera mendatangi orang itu. Ya, dia Harry Styles. Seorang bajingan besar dengan segala catatan kejahatannya. Dan dia adalah saudaraku. Kuhabiskan...