Satu bulan kemudian .....
"Sydney..." panggil seseorang. Aku menoleh, mendapati Zayn berdiri diujung lorong.
"Zayn!!" Pekikku girang lalu berhamburan ke pelukannya. Aku sudah sangat merindukan sahabatku ini. Sudah satu bulan lebih aku tak bertemu dengannya.
Zayn tergelak geli ketika aku memeluknya dengan erat. Sesekali tangannya memegang pinggangku dan mengangkatku kedalam dekapannya. Zayn memutarkan tubuhku didalam pelukannya.
"aku sangat merindukanmu, Zayn."
"Aku juga Syd." Senyum Zayn tetap sama seperti dulu.
"Omong-omong, ini kado ulang tahunmu yang telah kujanjikan tempo hari." Zayn tersenyum lalu mengeluarkan sesuatu dari saku jeansnya. Seperti sebuah tempat perhiasan.
Zayn menyerahkannya padaku. Segera kuambil hadiah itu dan tersenyum lebar.
"Kau tak perlu melakukan ini, Zayn. Aku bahkan sudah lupa tentang hadiah itu."
"Aku hanya melakukan apa yang memang seharusnya kulakukan."
Aku membuka kotak perhiasan itu. Didalamnya terdapat sebuah kalung dengan bandul kecil berbentuk hati. Entah mengapa, aku tidak memiliki keinginan untuk membuka bandul itu.
"Jika Harry berada disini, kurasa ia akan sangat senang."
Ah, Harry ....
Aku menundukan kepalaku, berusaha menahan airmata yang nyaris saja menguasaiku.
Aku tidak tahu kenapa jika seseornag menyebut nama Harry maka hatiku selalu mengalami retakkan yang menyakitkan.
Aku ingin bertemu dengan Harry lagi.
"Bulan lalu aku mengunjungi makamnya. Disana, aku bertukar cerita dengan Harry. Kurasa esok aku akan pergi ke makamnya kagi." Bisikku lirih.
"Aku selalu mengatakan tentang Harry padamu, apakah kau bosan mendengar keluh kesahku karena merindukannya? "
Zayn menggelengkan kepalanya lalu menarikku lagi kedalam pelukannya. Di dalam pelukkannya, kucurahkan semua kesedihanku. Semua rasa rinduku pada Harry, betapa sulitnya aku menapaki hidup setelah kepergian Harry.
"Semuanya sudah kulakukan, aku ingin terlihat sabar ketika orang lain memyebut nama saudaraku itu. Kau tahu, aku bersusah payah melakukan semua ini untuk memenuhi keinginan Harry. Aku sangat menyayangi Harry. Tapi, Harry tidak akan pernah kembali untukku."
Zayn mengusap kepalaku dengan lembut. Sesekali Zayn membisikkan di telingaku jika aku akan baik-baik saja.
"Aku menyayangi Harry." Isakku.
"Aku tahu, Syd. Kau sangat menyayangi Harry dan begitu pula sebaliknya. Dia melakukan semua untuk kebahagiaanmu, dan sekarang kau mengabulkan keinginannya untuk membuatmu sukses. Harry bahagia untukmu, Syd. Percayalah. "
Aku menatap mata coklat hazelnya dengan penuh kesedihan. Dan lagi, Zayn terus memberikan senyuman kehangatannya untukku.
"Sekarang, hapus airmatamu. Aku yakin, Harry juga tidak ingin melihatmu menangis seperti ini. Dia telah berbahagia, Sydney." Bisik Zayn. Aku tak menjawab. Terlalu sakit membayangkan bagaimana kejamnya sikapku dulu kepada Harry.
Mengapa, mengapa Tuhan mengambil Harry lagi dariku setelah kami kembali menjadi satu?
Mengapa Tuhan memisahkanku dan Harry lagi setelah sekian lama kami berpisah karena rasa kebencian.
Tuhan, aku ingin bertemu Harry lagi.
"Ayo ikut aku." Zayn menggenggam pergelangan tanganku.
"Aku akan membawamu pada Harry." Sambungnya ketika Zayn menangkap ekspresiku yang terlihat kebingungan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Angel Without Wings
FanfictionKetika kau memiliki seorang saudara seorang keparat, bajingan dan makhluk hina. Kau berharap kematian segera mendatangi orang itu. Ya, dia Harry Styles. Seorang bajingan besar dengan segala catatan kejahatannya. Dan dia adalah saudaraku. Kuhabiskan...