4 tahun kemudian ...
"Sydney, ya Tuhan, Ibu mencarimu kemana-mana. ayo berhenti bermain-main." Rutuk seseorang dan membuatku terkekeh.
"Ibu, aku tak bermain-main. Aku hanya sedang mencoba apakah sepatu ini cocok digunakan untuk tanganku." Jawabku dan aku mendengar dercakan kecil dari bibirnya.
"Sydney, ayolah 20 menit lagi konsermu akan dimulai dan kau masih bermain-main seperti ini? Kau sudah berusia 21 tahun, sayang."
"Besok aku baru akan berusia 21 tahun, ibu. Aku masih putri kecil Ibu." Jawabku manja.
"Lihatlah kau berkeringat. Menunduklah, biar Ibu menghapus keringatmu." Perintah Ibu.
Aku menurut, menundukkan kepalaku dan Ibu membersihkan keringat di dahiku.
"kau masih saja seperti anak berumur 5 tahun, Syd. Kau masih kekanak-kanakkan." Ungkapnya dan aku tertawa kecil.
"Kau memiliki tawaan Harry." Ujarnya tiba-tiba. Aku terdiam. Aku merindukan Harry.
"Tak terasa jika dia sudah empat tahun dia meninggalkan kita, Bu." Lirihku pada Ibu. Ibu menganggukan kepalanya dengan pelan.
"Kau benar, sayang. Tapi Ibu masih dapat merasakan jika Harry masih bersama kita."
"Ibu?"
"Ya, Syd?"
"Apakah Ibu tahu jika aku bisa meraih semua ini karena Harry?"
Aku mendongakkan kepalaku pada Ibu. Ibu tersenyum lalu kemudian dia mencium keningku dengan penuh kasih sayang.
"Ibu tahu. Ibu tahu selama ini Harry yang selalu menyemangatimu dan berkat kerja kerasmu kau berhasil meraih semua ini."
"Aku melakukan semua ini untuk Harry, Bu."
"Ibu mengerti. Ibu menyayangi kau dan juga Harry."
"Ibu, besok kita akan pulang, kan?"
"Ya. Besok kita akan pulang."
"Aku merindukan Harry. Aku ingin mengunjungi makamnya."
"Ibu juga, Syd"
"Aku akan mengunjungi makam Harry. Aku akan mengatakan padanya jika aku berhasil menjadi apa yang selama ini aku cita-citakan. Aku akan menceritakan semua padanya dan membuat Harry bangga padaku."
"Harry akan sangat bangga memiliki adik sepertimu, Sayang."
Aku tersenyum dan kemudian aku memeluk Ibu dengan penuh kasih sayang. Aku menyayangi Ibuku.
"sekarang bersiap-siaplah, Sydney. Buat Harry dan penggemarmu bangga padamu." Katanya dengan senyuman khas itu.
"Tentu saja, Bu." Aku mencium pipi ibuku kemudian mengambil gitarku lalu berlarian keluar dari ruangan makeup.
Ya, semuanya berlalu begitu cepat. Empat tahun sudah Harry meninggalkanku untuk selama-lamanya.
Empat tahun sudah aku berusaha hidup tanpa kakakku.
Empat tahun sudah aku tak melihat wajah Harry.
Dan selama empat tahun belakangan ini pula aku berusaha hidup dengan normal.
Aku memaafkan ibuku ditahun pertama kepergian Harry. kufikir untuk apa aku membenci Ibuku jika Harry bahkan sudah dapat memaafkannya.
Setelah itulah Ibu selalu ada disampingku, mengikutiku kemanapun aku pergi. Dia mengatakan jika ia tidak ingin kehilangan aku seperti ia kehilangan Harry.
Padahal, semua itu dapat membuatnya kelelahan, mengingat usia ibu sudah tidak muda lagi. Bahkan, aku menyuruh ibu untuk dirumah saja dan mengawasi Hazza's Cupcake yang kini sudah menjadi toko Cupcake terkenal dan memiliki banyak cabang. Tapi, Ibu justru memilih untuk ikut berkeliling bersamaku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Angel Without Wings
FanfictionKetika kau memiliki seorang saudara seorang keparat, bajingan dan makhluk hina. Kau berharap kematian segera mendatangi orang itu. Ya, dia Harry Styles. Seorang bajingan besar dengan segala catatan kejahatannya. Dan dia adalah saudaraku. Kuhabiskan...