{Chapter 10} oh no!

1.2K 167 26
                                    

"Sydney." Seseorang menahan lenganku. Aku mendongakkan kepalaku, mendapati Louis dengan wajah ketakutan.

"Enyahlah."

"Tunggu, Syd. Bisakah kita bicara sebentar?" Louis memandangi sekelilingnya. Mendapati suasanya yang lengang, Dia menarik lenganku dan membawaku menepi.

"Aku datang untuk menjemputmu."

"Aku mempunyai kaki dan aku dapat pulang sendiri, Tomlinson!"

"Tapi Harry melarangku membiarkanmu pulang sendirian."

Ah, persetan dengan Harry!

"Dan kau dengan bodohnya membiarkan ia mengatur hidupmu? begitukah?"

"Kau tidak sedang aman, Syd."

"Apa maksudmu?"

"Bahaya tengah mengincarmu."

Aku berdecih muak. Sungguh, Keparat ini menyusahkanku sama seperti Harry.

"Aku tidak takut."

"Tapi ini menyangkut tentang Harry."

"Pedulikah aku?" Aku berjalan melewatinya. Aku sungguh tidak mengerti jalan fikiran Louis. Dia sudah mengetahui jika aku sangat membenci Harry, tapi dia tetap saja membahas Harry padaku.

"Sydney, kau tidak tahu ...." Louis menggantungkan ucapannya. Aku bahkan tidak tertarik mendengar kelanjutan dari ucapannya.

"Harry di penjara, Syd."

Secara otomatis, kakiku berhenti melangkah dan memutar kearahnya. Aku menatap Louis dengan tatapan marah.

"Sial! Dia selalu saja membuat masalah!" Rutukku.

●●●

Aku dan Louis menunggu Harry keluar dari ruangannya. Untuk pertama kalinya, Kakiku menginjak tempat nista ini. Dan ini semua karena Harry!

"Ohh sialan! Karenanya aku terpaksa datang ke tempat laknat ini karena Harry."

"Harry memintaku untuk membawamu kemari, Syd."

"Omong kosong! Untuk apa dia menyuruhku datang kemari? Dia ingin membuatku malu karena seorang Harry Styles, saudara dari Sydney Styles masuk penjara karena bertengkar dengan pemuda jalanan."

"Syd, kau harus melihat keadaam Harry."

"Benarkah? Apa yang terjadi padanya? Apakah dia terluka parah? Atau bahkan mati?"

"Aku hanya akan mati jika tugasku di dunia ini sudah selesai, Syd." Suara lain membuat perhatian kami teralihkan. Suara serak itu milik Harry.

Dia datang dengan dua orang yang membopongnya. Nampaknya, Harry mengalami luka tembak di kedua kakinya sehingga ia tidak bisa berjalan. Wajahnya dipenuhi dengan memar. Luka lebam berwarna keunguan terdapat di pipi kanannya. Sementara, sudut bibirnya robek menyisahkan bekas darah yang mengering disana.

Harry yang malang. Sebaiknya lekaslah mati!

Mereka menyuruh Harry duduk disebuah kursi yang sudah disediakan. Dengan tertatih-tatih Harry berusaha untuk duduk.

Aku merasa jika ia lebih baik seperti itu. 

"Ada apa?" Tanyaku angkuh.

Harry mengangkat kepalanya, berusaha mengatur nafasnya.

"Maafkan aku yang membuatmu datang kemari, Syd. Aku tahu jika kau sangat membenciku."

"Cepatlah, Harry!"

"Aku bukan yang terbaik, Syd."

"Kau pecundang, Harry!"

Harry bersusah payah untuk tetap tersenyum padaku.

Angel Without WingsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang