{Chapter 24} afraid

1K 136 18
                                    

Malam ini, aku bergulat dengan ketakutan. Takut jika Zayn datang kembali. Atau bagaimana jika Niall dan Liam. Mereka pasti akan membunuhku.

Bersembunyi dibalik selimut, berharap malam ini berlalu dengan cepat.

Knockk .... knocckk

"Siapa itu?" Teriakku khawatir.

"Ini aku, Harry."

"masuklah, Harry." 

Pintu terbuka, terlihatlah pria bermata emerald itu dari kejauhan. Penampilannya sedikit lebih rapi, walaupun dia selalu nampak seperti 'bad boy'

Tangan kanannya memegang mug berukuran sedang, sementara tangan kirinya membawa sepiring pancake.
Harry meletakan makanan itu diatas nakas. Kemudian dia duduk disebelahku.

"Kau baik-baik saja?"

"Aku takut." Suaranya nyaris tidak terdengar. Harry memejamkan mata sekilas, lalu tersenyum tipis.

"Tenanglah, semuanya akan baik-baik saja."

"Bagaimana jika mereka datang lagi dan berusaha menyakitiku?" 

"Itu tidak akan terjadi, Syd. Percayalah." 

"Tapi, Harry, aku takut."

Harry membawaku kedalam pelukannya, menenangkan diriku yang dilanda ketakutan yang teramat sangat.

"Aku akan menjagamu semampuku. Karena kau adalah segalanya untukku."

Aku tidak menjawab. Lebih memilih untuk menikmati irama detak jantung Harry yang menyejukan. 

Terkadang aku masih tidak dapat mempercayai diriku sendiri jika aku pernah membenci Harry. Padahal, Harry tidak pernah sekalipun menyakitiku. Bahkan, dia sangat menyayangiku.

"Aku menyayangimu." Harry mengeratkan pelukannya. Dia menciumi pipi kananku dengan lembut. 

Aku tidak membutuhkan apapun saat ini. Aku hanya membutuhkan Harry.

"Apakah kau akan pergi?" Kulepaskan pelukanku padanya. 

"Ya. Hanya sebentar."

"Jangan pergi, Harry. Aku takut."
 
Harry mengerti kekhawatiranku. Dia tidak mengatakan apapun ketika aku seperti ini.

"Aku takut sendirian, Harry."

"Aku tidak meninggalkanmu sendirian. Louis akan menemanimu."

"kenapa kau pergi?" 

"Aku memiliki urusan sebentar. Tolong mengertilah."

"Jangan pergi terlalu lama."

"Aku berjanji tidak akan lama." Harry menatapku lama. Mencoba meyakinkanku jika dia tidak akan pergi terlalu lama.

"Baiklah."

Harry kembali tersenyum sehingga membuat lesung pipinya terlihat jelas. Salah satu yang kusukai dari Harry adalah lesung pipinya.

"Sekarang makan pancake ini, Syd. Aku sudah membuatkannya khusus untukmu." 

"Aku tidak lapar."

"Tapi kau harus makan."

"Ayolah, Harry." Rajukku.

Harry tidak menyerah. Dia mulai menyendoki pancake itu dan mengarahkannya padaku.

"Kuharap kau tidak menolak suapanku ini, Rain-ku sayang. Jangan membuatku khawatir karena meninggalkanmu dengan perut kosong." 

Jujur saja, aku tidak tahan dengan tatapan mengiba milik Harry. Dia begitu menyayangiku sehingga tidak ingin meninggalkanku dalam keadaan belum makan.

Angel Without WingsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang