"Apa yang akan terjadi jika aku menikah? Kau yang akan mengantarku menuju altar kan, Hazza?"
Dia hanya tersenyum memperlihatkan lesung pipinya yang manis. Kukira, aku tidak akan pernah melihat senyuman itu lagi.
"Aku akan turut berbahagia untukmu."
"Kau tidak akan menuntunku menuju altar?" Tanyaku lirih. Harry kembali tersenyum tetapi kemudian dia membawaku kedalam pelukannya.
"Harry, besok adalah hari pernikahanku dengan Zayn. Apakah kau akan datang?"
"Aku selalu datang menemuimu setiap harinya. Hanya saja, kau sering tidak menyadari itu."
Mataku bertemu dengan mata emerald miliknya. Untuk sekian lama, dia datang kedalam mimpiku. Setelah kufikir dia tidak akan pernah menemuiku lagi.
"Jangan terlalu sering menangisiku, aku sudah bahagia disini, Sydney."
"Tapi aku tidak bisa hidup tanpa kau didekatku."
"Kau masih memiliki semuanya. Ibu, Zayn, Louis serta penggemarmu."
Aku terdiam ketika dia menyebut kata 'penggemarku'.
"Ya, aku mendengar semua yang kau ceritakan padaku, Sayang. Terimakasih sudah membuatku bangga padamu."
Matanya berair sehingga membuatku juga ikut menangis.
"Aku menyayangimu." Bisiknya. Harry mencium puncak kepalaku dengan hangat.
"Harry, maukah kau hadir di hari pernikahanku? Aku rindu."
Dia diam, tidak mengucapkan sepatah kata pun. Harry melepaskan tangannya dariku lalu berjalan mundur sembari tersenyum padaku sebelum akhirnya ia hilang diantara sinar keperakan yang menyilaukan mata.
"Harry!"
"Harry! Kembalilah! Jangan tinggalkan aku."
"Sydney, bangun sayang!"
Aku terkejut ketika mendengar suara Ibu. Sudah ada Louis yang berada disebelahnya menatapku dengan tatapan khawatir.
"Apa yang terjadi, sayang? Kau baik-baik saja?"
"Kau kenapa, Syd?"
Aku terdiam. Memperhatikan sekeliling berharap menemukan sosok Harry.
"Dia datang kedalam mimpiku." Kataku dengan terisak. Aku bahagia, sungguh aku bahagia.
Ibu tersenyum lalu memelukku dengan erat. "Harry merindukanmu, Sayang."
"Kufikir ada apa, rupanya pria berambut keriting itu datang ke mimpimu." Gerutu Louis kecil. Tetapi dia tidak dapat menyembunyikan senyuman di wajahnya ketika aku mengatakan bahwa Harry datang ke dalam mimpiku.
"Aku memintanya datang ke hari pernikahanku tetapi dia tidak menjawabnya. Aku senang dapat bertemu dengan Harry lagi."
"Harry, datanglah ke mimpi Ibu juga, sayang. Ibu juga merindukanmu."
Kemudian hening. Kulirik jam yang menunjukan pukul 3 pagi.
"Kau bisa tidur lagi, Sayang. Besok kau harus bangun pagi-pagi sekali." Peringat Ibu. Aku hanya menganggukan kepala.
"Kuharap Harry juga datang kedalam mimpiku, walaupun hanya sekedar untuk memukuli pipiku." Gurau Louis dan kemudian pergi dari kamarku.
"Selamat malam, Sayang. Ibu mencintaimu."
Pagi hari
Suasana ramai memenuhi rumah ini. Teman-temanku sudah berkumpul dengan hebohnya di ruang tamu. Belum suara kericuhan penggemarku berteriak tidak sabar melihatku dengan pakaian pengantin.
KAMU SEDANG MEMBACA
Angel Without Wings
FanfictionKetika kau memiliki seorang saudara seorang keparat, bajingan dan makhluk hina. Kau berharap kematian segera mendatangi orang itu. Ya, dia Harry Styles. Seorang bajingan besar dengan segala catatan kejahatannya. Dan dia adalah saudaraku. Kuhabiskan...