Seminggu berlalu dari acara pernikahan mereka. Semuanya biasa-biasa saja. Berjalan seperti biasanya. Melakukan kegiatan mereka masing-masing.
Gerald tetap pulang pergi ke kantornya seperti biasa, walaupun kadang tidak pulang. Ajeng mengerti Gerald ada dimana setiap dia tidak pulang. Itu artinya Gerald sedang bersama Dayana, kekasih yang paling Gerald cintai. Dan itu tidak berpengaruh sedikitpun pada Ajeng.
Sama halnya Ajeng juga sedang sibuk-sibuknya mengerjakan tugas-tugas kuliahnya yang sangat banyak. Sebentar lagi dirinya akan memasuki semester tujuh. Dirinya sebentar lagi akan menjadi mahasiswa tingkat akhir. Dan banyak yang akan dia kerjakan. Mulai dari Magang, KKN, Kerja proposal penelitian dan sebagainya hingga ujian akhir atau ujian meja.
******
Tok tok tok.
Ketukan pintu yang pelan pada kamar Gerald. Hari ini Gerald pulang dari dua harinya hanya bersama dengan Dayana.Pintu terbuka dan kepala Gerald segera menyembul dari pintu. "Kenapa?" tanyanya ketus.
Ajeng memutar bola matanya sambil menghembuskan nafas yang panjang.
"kebetulan kamu ada di rumah, aku mau minta ijin.""minta ijin soal?" tanya Gerald lagi sambil menaikkan alisnya.
"besok pagi ponakan aku datang. Kak Sania minta tolong untuk menitip anak-anaknya karena sedang ada sedikit masalah yang harus dia selesaikan. Aku tau, rumahmu bukan tempat penitipan..." sergah Ajeng sebelum Gerald membuka suara. "tapi, apakah kau sebegitu keberatannya? Aku janji tidak akan merepotkanmu." ungkap Ajeng sambil menaikkan dua jari telunjuk dan tengahnya, membentuk tanda peace.
Gerald menghembuskn nafas panjangnya dengan kasar.
"baiklah-baiklah. Lakukan apa yang kau mau.""hiyyeyyy..." pekik Ajeng senang dengan senyum sumringah yang sangat cantik membuat mata Gerald terbelalak melihat raut wajah Ajeng sekarang. "Terimakasiiiihh..." ungkap Ajeng lalu berbalik meninggalkan Gerald yang masih tertegun menatapnya.
Sebelum Ajeng menuruni tangga untuk kedapur tiba-tiba dia berbalik pada Gerald.
"kau tidak lapar? Aku sudah masak. Turunlah, kita makan sama-sama." ajak Ajeng. Gerald hanya mengangguk lalu segera masuk ke kamarnya dan menutup pintunya. Ajeng hanya menggidikkan pundaknya tak peduli lalu beranjak menuruni anak tangga dengan ceria...........
"Ibaaaa, Abiiii.... Iih, senangnya Uttii kalian dataaaang..." histeris Ajeng menyebutkan nama lainnya. Utti dalam keluarga Ajeng adalah Tante.
"kamu serius-kan, hari ini kamu nggak ada kuliah?" tanya kak Sania khawatir.
"serius, Kak. Tenang aja. Ajeng mana bisa bohong, sih sama kakak. Ajeng juga nggak bisa menolak pesona anak-anakmu ini." jawab Ajeng sambil mencubit gemas bocah-bocah yang ada di hadapannya. "Utti kangeeeeennnn..." gumamnya sambil menggendong Adiba alias Iba.
"makasih, yah. Kakak janji cuma hari ini. Kakak harus menyelesaikan semua masalah ini. Kakak sudah tidak tahan lagi dengan status kakak yang seperti ini."
Ajeng menatap sedih kakaknya. Alasan kak Sania menitipkan anak-anaknya hari ini adalah karena Kak Sania harus menghadiri sidang perceraiannya. Suami kak Sania kedapatan selingkuh. Kak Sania histeris, dan suaminya ingin menceraikannya. Ajeng sangat benci Kakak Iparnya sekarang.
"tiap hari juga, Ajeng nggak bakalan keberatan, Kak. Mereka anak-anak Ajeng juga. Kakak harusnya mikirin kondisi kakak. Kakak harus kuat. Kakak harus perjuangkan anak-anak dan hak mereka." ungkap Ajeng lalu memeluk kakaknya.
"makasih bayak, yah De'. Kakak beruntung punya kamu." ungkap Sania. "ya, udah. Kakak jalan dulu, yah..."
"kakak nggak masuk dulu?" tanya Ajeng melepaskan pelukannya. Mengingat mereka masih ada di teras rumah.
"nggak usah. Kakak buru-buru. Masih harus ketemu Pak Yuda sebelum persidangan." Pak Yuda adalah Pengacara keluarga mereka yang terpercaya akan kualitas kerjanya.
"Ok. Kakak hati-hati, yah." ucap Ajeng lalu mengecup kedua pipi kakaknya juga memberi semangat.
"ayok anak-anak salim ma Mami dulu. Maminya mau pergi, niih." celoteh Ajeng. Kedua bocah itupun nurut apa kata Ajeng
Sania memeluk erat kedua anaknya lalu mengecupnya sepenuh hati. Lalu berbalik berjalan pergi meninggalkan halaman rumah Ajeng."Ayo masuuuuuuuk." histeris Ajeng lagi sambil menggendong Iba di tangan kanannya, sedangkan tangan kirinya menenteng tas berisi perlengkapan dan mainan si bocah. Abi sudah lebih dulu berlari masuk ke rumah dengan riang.
Gerald sudah dari tadi memperhatikan kegiatan istrinya. Tadi pagi waktu dia membuka pintu kamar, Ajeng dengan terburu-buru melintas didepannya dan berlari menuruni tangga. Gerald penasaran lalu memperhatikannya dari atas di depan kamarnya sambil bersandar di tembok pembatas setinggi perutnya.
****
Gerald mengerutkan keningya. Sudah hampir sejam dirinya memperhatikan wanita dengan dua bocah di bawah sana. Mereka sedang asyik bercengkrama, bercanda, menggelitiki dan saling menciumi dengan gemas.Adiba sedang berada dalam pelukan Ajeng. Ajeng menciumi gadis menggemaskan itu bertubi-tubi. Lalu di balas sebaliknya juga oleh bocah itu. Tiba-tiba Gerald penasaran. Bagaimana rasanya bila dirinya mencicipi bibir tipis tanpa polesan listip itu. Bagaimana rasanya? Gerald bergumam dalam hati.
Selama ini dia tidak pernah tertarik pada wanita manapun selama dirinya dalam pelukan Dayana. Kening Gerald makin mengkerut menyadari keadaannya sekarang. Apakah dirinya kini sedang tertarik dengan gadis gila di bawah sana?
Selama ini Ajeng benar-benar merawatnya seperti ibunya. Memasakkan makanan yang selalu lezat di mulutnya, sedangkan Dayana tidak pernah mau berada dalam ruangan yang disebut dapur itu.
Ajeng selalu saja bisa membersihkan rumahnya dengan sempurna, bahkan debu pun enggan singgah kerumahnya. Sedangkan Dayana, kadang apartemennya seperti tempat pembuangan sampah.
Ajeng selalu bisa merawat baju- baju dan kemejanya kelihatan tampak baru. Sedangkan Dayana selalu menuntutnya untuk membeli pakaian baru dan mengajaknya shopping.
Hanya saja dirinya tidak tahu seberapa hebat Ajeng di atas ranjang. Seperti Dayana yang selalu bisa memuaskannya. Ngg... Entahlah apakah dirinya puas dengan Dayana yang hanya bisa melayaninya hanya satu ronde dalam semalam.
Gerald tertegun mengetahui dirinya sedang membanding-bandingkan Kekasihnya dengan Ajeng.
*****
Gerald mendekati kumpulan bocah yang sedang asyik bermain dalam rumahnya. Ajeng menyadari kedatangannya lalu tersenyum kepadanya.
"kamu nggak ke kantor?" tanya Ajeng yang di jawab gelengan kepala oleh Gerald. "kamu mau makan? Aku sudah siapin di meja". jelas Ajeng. Gerald memperhatikannya lalu berjongkok di depan gadis itu.
"Mama sama Eyang mau datang kesini." ungkap Gerald, yang membuat Ajeng terkesiap.
"Serius?" tanya Ajeng yang di jawab dengan anggukan lagi. "aduh, mati aku. Mereka sudah di mana sekarang? Aku belum membersihkan..." panik Ajeng yang membuat kening Gerald mengkerut.
Gerald memperhatikan sekelilingnya. Rumahnya sekarang sangat bersih, terlalu amat sangat bersih malah. Tapi Ajeng bilang tadi belum membersihkan? Yang benar saja.
"apa mama kamu mau nginap? Aku titip anak-anak dulu, aku bersihkan kamar tamu di atas." uangkap Ajeng yang sudah dari tadi berdiri dari tempatnya bermain dengan keponakannya lalu mulai mondar-mandir gelisah seperti setrikaan, yang tidak di sadari oleh Gerald.
"tunggu dulu, aku harus masak. Mama kamu sukanya apa? Eh, memangnya mereka sudah sampai mana? Berapa jam waktu yang bisa aku pakai hingga mereka sampai di sini?" Ajeng masih gelisah mondar-mandir.
"masih lama, Jeng. Masih lama. Tenang aja. Kamu masih punya waktu tiga jam untuk bisa menyelesaikan semua yang ingin kamu lakukan. Santai." jelas Gerald yang sekarang menggantikan posisi Ajeng tadi yang bermain dengan ponakannya. Para bocah itu menatap Ajeng heran. Gerald hanya bisa tersenyun melihat tingkah gadis yang sedikit demi sedikit menyita perhatiannya.
"bilang kek, dari tadi." bentak Ajeng lalu segera berlari menaiki tangga menuju deretan kamar yang ada di sana. Meninggalkan Gerald yang berdecak kesal.
-----------------------
Baru update lagiii.
Mohon votenya yaaah.
Terimakasih suda mau membacaa.
KAMU SEDANG MEMBACA
90 Hari untuk Gerald
RomanceWarning (18+). *Ajeng : "Menikah, Ibu bilang? Setelah melihat ke dua kakakku bahagia dengan pernikahannya aku sudah mempersiapkan diriku jauh-jauh hari untuk menikah. Tapi, dengan siapa? Masih jamanka perjodohan? Oh, tidak. Jangan dengan cucu Eyang...