Family time

4.6K 214 4
                                        

Yang rindu dialog mereka berdua.😁

Maaf publishnya lama. Mata lagi ada masalah. Ada gumpalan berwarna putih di mata putih. Kagak sakit, tapi bikin mata cepat lelah, jadi bawaannya pengen tidur mulu.

Happy reading guys.

Maafkan Typo yang selalu tidak disadari.
Mohon vote, komen, kritik dan sarannya.

_________________________________________

Author pov

Ajeng terbangun ketika samar mendengar jam dinding berdetak. Hal pertama yang ia lihat adalah wajah Gerald tepat berada didepan wajahnya. Ia tersenyum menatap wajah tenang itu. Wajahnya sangat teduh ketika ia terlelap seperti ini. Ajeng dengan pelan mengangkat tanganya mengelus wajah lembut milik suaminya. Menelusuri setiap lekuk wajah itu. Mata, alis, hidung, bibir, hingga rahang kokohnya. Gerald hanya mengerang tenang tanpa terbangun.

Ajeng menghentikan kegiatannya lalu memandangi sekelilingnya. Dia baru sadar bahwa mereka berdua dari semalam tidur di ruang tengah. Ajeng kemudian memperhatikan Gerald kembali kemudian memperhatikan kondisi mereka.

Pantas saja dia merasa sangat sempit. Bagaimana tidak kalau mereka tidur diatas sofa panjang ruang tengah. Tapi Ajeng heran dari mana datangnya selimut tebal yang tengah mereka pakai. Ajeng menyingkap selimut itu dan mendapati kondisi tubuh telanjang mereka dibawah selimut dengan tangan Gerald memeluk erat tubuhnya. Tiba-tiba saja wajahnya bersemu merah. Bukan dengan keadaan mereka. Tapi tingkahnya yang semalam tiba-tiba saja berlari dan melompati Gerald kemudian menciumnya secara ganas dan berakhir seperti ini.

Dia tidak bisa membohongi dirinya. Betapa dirinya merindukan Gerald. Tiga hari Gerald tak menyentuhnya sedikitpun karena Gerald sangat sibuk. Ini semua karena ulah Dayana. Karena kalakuannyalah hingga Gerald sangat sibuk berusahan menyelesaikan masalah pada perusahaannya.

Selama tiga hari itu Gerald jarang pulang kerumah dan tak pernah meminta Ajeng membawakannya bekal makan siang lagi. Ketika malam Ajeng hanya mendapatinya tertidur lelap dan pagi hanya bantal kosong yang ia temui. Rasanya sangat miris tapi dia berusaha untuk memahami suaminya. Mau bagaimana lagi? Inilah resikonya memiliki seorang suami sibuk seperti Gerald.

"kenapa kau bersemu? Bukankah ini masih pagi?" suara serak itu membuyarkan lamunannya.

"hah?" ucapnya kaget lalu menatap wajah suaminya. "kau sudah bangun?" tanyanya, kemudian dengan satu tangannya mengelus lembut rahang suaminya.

"hm... Aku sudah bangun, sayang" jawabnya membuat wajah Ajeng kembali bersemu. "kau sangat lucu. Kau selalu saja bersemu"

"apa ada masalah bila aku bersemu?" tanya Ajeng dingin.

"tidak. Apa kau marah?" tanya Gerald mengangkat sedikit kepalanya untuk memperhatikan wajah istrinya.

"tidak. Kenapa aku harus marah?" jawab Ajeng lalu mengubah cara tidurnya menjadi membelakangi Gerald.

"hey, hey. Lalu jika kau tidak marah, sekarang kau kenapa. Hmm?" tanyanya terkikik melihat tingkah Ajeng, kemudian  berusaha membalik kembali posisi tidur Ajeng. Dengan satu tangannya terselip di bawah tubuh Ajeng, Gerald berhasil mengembalikan posisi tidur Ajeng. Kini dengan lekat dia menatap wajah istrinya itu.
"hey, kau kenapa?" tanyanya lembut pada Ajeng.

"tidak apa-apa"

"berhentilah bilang tidak apa-apa jika kenyataannya ada apa-apa. Aku ini manusia, seorang laki-laki. Bukan malaikat atau paranormal yang bisa membaca isi hati. Mana aku tau apa yang terjadi padamu jika kau tak bilang? Kami kaum laki-laki bukan pakar fisika yang mengerti kode-kode yang kalian lakukan" tutur Gerald. Ajeng terkikik mendengar penuturan Gerald.

90 Hari untuk GeraldTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang