Heavy (2.2)

3.1K 225 35
                                    

I know that dress is karma, parfume regret
You got me thinking 'bout when you were mine
And now i'm all up on ya, what you expect
But you're not comming home white me tonight
(Ajeng)

Bisa Minta Vote nya dlu nggak😁😁😁

________________________________________________

Author pov

Gerald membelah jalanan malam dengan kecepatan normal. Dia baru saja pulang dari kantor Steve. Fikirannya berkecamuk. Ada banyak masalah yang bercabang-cabang dalam kepalanya. Dia bingung harus mendengarkan dan mempercayai siapa? Rasanya sangat tertekan. Selain harga dirinya yang tidak bisa menerima jika kenyataannya, bukan dirinya yang mampu menyelesaikan masalah perusahaan black marketnya. Tetapi Jonathan, Sahabat, rival sekaligus musuhnya.

Belum lagi dia menyelesaikan masalahnya dengan Ajeng. Jika benar apa yang di katakan Jonathan. Maka dia harus segera meminta maaf pada isterinya itu. Dia juga harus menjelaskan kenapa dirinya bisa bersama dengan Dayana saat di Sydney kemarin. Dia yakin Ajeng kini sangat khawatir. Semogah saja khawatirnya tidak bercampur curiga.

Masih fokus menelusuri jalan, tiba-tiba ponselnya yang terletak di kursi penumpang sebelahnya berdering. Dia hanya melirik nama si pemanggil. Kini dia berharap Ajeng yang menelponnya. Tapi ternyata bukan dia. Nama Dayana-lah yang tertera pada LCD tipis itu. Gerald hanya mendengus lalu mengabaikannya. Panggilan itu mati. Tapi hanya sesaat. Selang tiga menit telepon itu berdering lagi. Ada empat kali Gerald mengabaikan telpon Dayana. Tapi panggilan kelima Gerald sudah tak bisa lagi mengabaikan ponselnya berdering terus.

"Ada apa?" tanyanya berusaha sabar.

Sebenarnya emosinya kembali ke ubun-ubun ketika Dayana menghubunginya. Mengingat kemarahannya pada Ajeng karena dia. Dia yang memberikan foto kedekatan Jonathan dan Ajeng di kampusnya kemarin. Membuatnya di butakan oleh cemburu hingga dia dengan gamangnya memaki-maki Ajeng.

"Kau tak merindukanku, honey?" tanyanya manja. Gerald berusaha terdengar tenang. Dia menarik nafasnya panjang untuk menenangkan emosinya.

"Apa yang kau inginkan, Dayana? Aku sedang sibuk"

"Kau berubah lagi, honey. Padahal di Sydney kemarin kita masih baik-baik saja"

"Tak ada yang baik-baik saja, Dayana. Kita tak melakukan apapun di sana, selain kau hanya mengekor terus setiap hari"

"Hmfht...." gusar Dayana manja "kau tak pernah paham, Babe. Aku merindukanmu"

"Cukup, Day! Aku sedang sibuk sekarang!"

"Aku tidak yakin kau sedang bersama isteri bodohmu itu!" ejek Dayana

"Jaga mulutmu, Day. Jika bukan karena kau menolak lamaranku, gadis itu tak akan terluka karena ulahmu!" geram Gerald

"Karna aku? Ow, c-mooooon, babe! Aku tak melakukan apapun padanya. Kau bilang " jangan menyentuhnya" maka aku menurut. Aku tak pernah menyentuhnya!"

"Yah! Kau tak menyentuhnya. Tapi kau berhasil menyakitinya melalui aku yang sangat bodoh ini!"

"Janga salahkan dirimu, Babe. Tidak ada yang salah. Kita tak pernah salah!"

90 Hari untuk GeraldTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang