Pernikahan

8.1K 359 5
                                        

Gerald tak mampu memalingkan wajahnya dari gadis yang sedang di giring oleh Willter Agler menuju altar. Gerald tidak akan menyangka bahwa gadis tengil yang minggu lalu duduk di depannya sedang menyesap Cappucino akan se-indah ini. Dia bisa melihat Ajeng sangat cantik walaupun tudung pengantin Ajeng yang sangat tipis masih menutupi wajahnya.

Bukan hanya Gerald yang terpana. Tetapi hampir seluruh undangan yang ada. Gadis yang berjalan pelan indah itu benar-benar cantik dengan gaun pengantin yang panjang menjuntai kebelakang. Tubuhnya yang mungil, hidungnya yang kecil dan mancung mencuat, pipinya yang merona, dan bibir merahnya yang tipis. Hari ini dia benar-benar sempurna.

"berhenti menatapku atau kau akan jatuh cinta padaku." dengus Ajeng sesaat tangan Ayahnya menyerahkan tangannya pada tangan Gerald. Gerald tak membalas dia hanya bernafas panjang. Dia tidak mau merusak hari ini dengan meladeni gadis kecil di depannya.

Setelah mengucapkan janji suci mereka berdua berhadapan. Geral menyingkap tudung pengantin Ajeng.

"Apa kau akan benar-benar mencium ku?" bisik Ajeng menggertakan giginya sambil pura-pura tersenyum.

Mereka berdua sudah menyetujui perjanjian yang mereka buat, walaupun tidak ada tanda tangan perjanjian di atas kertas. Tapi Ajeng berharap Gerald akan menepati janjinya.

"bisa kah kau menganggapnya ini pura-pura saja?" tanya Gerald tak kalah berbisik. Sambil melirik tamu-tamu yang memandangnya berharap lain. Dia hanya bisa tersenyum pada semua tamunya.

"jangan pernah menciumku. Aku tidak mau ciuman pertamaku kau yang mengambilnya." Ajeng memohon.

"Lalu aku harus bagaimana? Tatapan mereka menuntutku."

"bisakah aku memohon untuk ini? Aku mohon. Aku sudah berjanji pada hatiku sendiri untuk tidak akan memberikan apapun pada orang yang tidak ku cintai ataupun tidak mencintaiku." mohon Ajeng sambil menatap dalam mata Gerald. Sedangkan tamu lain telah berdiri karena telah lama mengharapkan lain dari pengantin baru ini.

Tiba-tiba Gerald memegang pinggang Ajeng dan menarik lembut tubuh gadis itu mendekat ke dalam dirinya hingga tak ada jarak sedikitpun lalu dengan lembut mengecup dahi ajeng sambil tersenyum dan berbalik pada tamu-tamunya dengan tangannya masih memeluk pinggang pengantinnya. Para tamu bersorak sambil bertepuk tangan.

Ajeng hanya bisa meringis lalu tersenyum lebar kepada tamu-tamunya yang tidak lain adalah sanak keluarga dan teman-temannya.

****
"Hey, yo yo. What's up Mba' broooo. Celoteh Arman, sang ketua tingkat di kelas Ajeng. "Wwah, selamat, yah. Nggak nyangka loh, dari kelas kita kamu yang duluan laku." ungkapnya girang.

"Iyyah, nih. Nggak ada angin, nggak ada badai tiba-tiba aja undangan datang. Kita kira si Paris yang bakalan duluan. Karena setiap hari memamerkan cincin pertunangannya." ungkap Salsa, sang ratu gosip, jjuga teman sekelas Ajeng.

Hampir semua teman kelas kampus Ajeng datang. Beberapa dosen juga staf fakultas di kampusnya. Ajeng tidak menginginkan ini tapi Ayahnya Willter Agler dengan lincah mengirimkan semua undangan itu.

"makasih, yah semua sudah mau repot-repot datang." ucap Ajeng.

Tema pesta pernikahan mereka adalah  Garden Party. Yang hanya dilakukan siang sampe sore hari dan selesai pada jam 5 sore. Gerald yang merancang semua ini agar malamnya mereka bisa beristirahat. Karena esoknya Gerald harus bekerja lagi

Gerald tidak mau membuang banyak waktu. Dia juga berfikir untuk apa ada Hoonymoon, toh mereka tidak akan melakukannya. Melakukan hubungan suami istri yang seharusnya. Ajeng juga masih punya banyak jadwal kuliah yang harus dia lakukan.

90 Hari untuk GeraldTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang