A frightening mood

4.1K 211 5
                                    

Maafkan Typo yang selalu dan selalu saja tidak saya sadari😁.

________________

Autor pov

Gerald terjaga dengan sangat sangat terpaksa dari tidurnya karena suara antah berantah yang sangat mengganggu. Ini memang hari senin. Tapi, semau dia mau masuk kerja atau tidak. Wong yang punya perusahaan dia, kok.

Dia terpaksa bangkit dari bantalnya mencari-cari suara aneh itu, kemudian berbalik ke arah tempat tidur Ajeng tapi bantalnya sudah kosong.

"huek... Ohok.. Ohok... Huuuuuuuueeeeekkkkk"- suara aneh itu kembali terdengar. Gerald segera turun dari tempat tidur kemudian menuju kamar mandi dengan kening yang mengkerut.

"loh, Jeng! Kenapa kamu?" tanyanya khawatir lalu segera masuk kekamar mandi membantu memijit tengkuk Ajeng.

"huuuueeeekkkk.... Kagak tauk. Masuk angin kali. Aku mual. Huuueekkk..."

"lah, kok bisa?" tanya Gerald polos.

"mana aku tau? Ambilin minum cepat!" suruh Ajeng galak. "huuuueeeekkkkk...."

"iyah, iyah. Tunggu bentar" ujar Gerald lalu segera meninggalkan Ajeng berlari turun ke lantai bawah menuju dapur untuk mengambil segelas air.

"kenapa, Ge?" tanya Sania yang tengah sibuk memasak sarapan.

"itu, si Ajeng muntah-muntah hebat" jawab Gerald dengan muka pucat tanpa peduli bahwa dia sekarang tak memakai baju dan hanya memakai boxer saja.

"loh, kok bisa?" tanya Sania mulai khawatir juga.

"saya juga nggak tau. Dia bilang lagi masuk angin" jawab Gerald lalu segera berlalu, kembali ke Ajeng dengan membawa segelas besar air putih.

"nggak mungkin masuk angin itu" ujar Sania kemudian mematikan kompornya dan mengekor di belakang Gerald.

"ini minumnya, Jeng. Minum dulu kamu" tutur Gerald memberikan gelas pada Ajeng. Ajeng segera meminumnya sedangkan Gerald membantu mengalirkan air pada wastafel agar bekas muntahan Ajeng menghilang dari sana. Entah kenapa sedikitpun dia tidak jijik dengan kondisi itu.

Baru beberapa detik ia meminum air yang di bawakan oleh suaminya Ajeng kembali muntah.

"hoooeeekkk.... Aarrrggghhh...." geram Ajeng mulai marah. "huuueeeeeekkkk.... Uhuk uhuk... Hueeekkkk...."

"ini tuh karena kamu makan banyak mulai dari sore kemarin hingga kamu mau tidur" ujar Kak Sania ikut bergabung di dalam kamar mandi sambil menepuk-nepuk punggung Ajeng sedangkan Gerald kembali memijit tengkuk Ajeng.

Memang benar, mulai kemarin sore setelah Ajeng memakan soto betawi kak Sania, Ajeng tidak berhenti mengunyah. Mulai dari kerupuk emping, hingga cemilan para ponakannya. Mulai dari permen Aba, marshmallow Iba, hingga kerupuk-kerupuk Kayara, anak kak Akkaf. Lalu memasuki jam makan malam hingga kue-kue kering dan basah yang di buat oleh ibu dan kak Sania dan berakhir makan buah apel segede gaban yang di simpan oleh kak Raya. Karena kali ini ngidamnya kak Raya lagi suka sama buah-buahan.

Gerald berfikir sejenak dengan apa yang dikatakan oleh Sania. Lalu segera membenarkan, tapi hanya dalam hati. Karena takut kena semprot oleh Ajeng.

"hooooeeeekkkkk..... Ohok ohok..."

"kenapa ini?" suara ibu membuat mereka yang berada dalam kamar mandi kaget. Gerald dan Sania serempak berbalik ke arah Ibu. Sedangkan Ajeng tidak sanggup untuk berpaling dari wastafel.

"kebanyakan makan" jawab Sania sarkastik.

"si choco kenapa, tuh?" tanya Kak Akkaf yang tiba-tiba ikut muncul di susul sama isterinya.

90 Hari untuk GeraldTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang