Minal Aidin Walfaidzin. Mohon maaf lahir batin manteman.
Thank's bnyak2 suport ma do'a2nya. Skalih lagi thankyu banyak-banyak😁😁😁
"Rockbye"
Sya kagak tau ini sudah cocok untuk musik yang biasa di putar di club malam ato nggak. Coz sya tdk prnah ktmpat seperti itu. (bisa di gantung sama bapak klo beneran ksitu. Naudzubillah, lah😂)Cuma lagi suka-sukanya ma ni lagu.
Thank's sudah mau menunggu.
Happy Reading guys😊
_________________________
Author POV
Jonathan memasuki ruangan pengap, gelap dengan suara musik mendengung di seluruh ruangan itu. Semua wangi parfum menyeruak juga kepulan asap dari rokok di penjuru sekat ruangan juga meja-meja berjejeran tak jauh dari meja satu ke meja yang lain, yang semuanya sudah dipenuhi oleh banyaknya pengunjung club itu.
Sangat sulit baginya melihat kesekeliling dengan keadaan yang temaram juga banyaknya orang yang tengah berjoget sesuka hati mereka seperti ini. Inilah alasan mengapa ia sangan benci datang ketempat seperti ini jika teman-temannya mengadakan party. Dia lebih memilih tenggelam dalam ruang kerja sekaligus perpustakaan pribadinya dengan puluhan buku-buku daripada harus seruangan dengan orang-orang yang tak jelas seperti ini.
Dia sedikit berdecak kesal ketika seorang gadis. Ah, sepertinya bukan gadis lagi, dengan penampilannya yang sangat miris di mata Jonathan dengan busana yang hampir telanjang itu tengah mengelus manja dadanya berusaha menghentikan langkahnya dengan menggodanya.
"come to me?" ucap gadis itu mengerling. Dengan kasar Jonathan menghempaskan tangan perempuan itu.
"enyahlah dariku!" gertak Jonathan lalu melangkah pergi meninggalkan perempuan itu. Perempuan itu hanya meringis lalu pergi tak peduli.
"kau sudah menemukannya?" "Q" dari arah belakangnya, dia baru saja dari kamar mandi. Karena sebenarnya mereka datang bersama.
Jonathan menggeleng masih berusaha mengedarkan pandangannya.
"tidak. Pandanganku bahkan buram melihat semua yang ada disini" ungkapan Jonathan membuat "Q" meringis."ah, kau lupa kacamatamu, kawan. Bukankah kau rabun dalam kegelapan seperti ini?"
"yah, kau benar. Aku menyesal menyetujui datang kesini. Aish.... Brengsek!!!" Jonathan mulai geram. Dia amat sangat benci tempat seperti ini.
"tenanglah. Aku ada disini. Kita akan menemukannya"
"yah, kita harus menemukannya lalu segera pergi dari sini. Rasanya aku akan segera meledak dengan kondisi disini. Paru-paruku sudah penuh dengan sampah. Telingaku juga sudah hampir tuli dengan suara musik yang terlalu keras" geramnya lagi.
"baiklah. Ikut denganku. Sepertinya dia tidak ada di lantai bawah. Mungkin dia ada di atas. Ayo, kita ke atas" ajak "Q" sambil menarik lengan Jonathan pergi dari tempat mereka berdiri.
Sempurnahlah sekarang. Jonathan sudah seperti orang buta di tengah hirukpikuknya club malam. Sangat menggelikan tapi dia juga sangat kesal sekarang. Mengapa dia menyetujui keinginan Dayana bertemu dengannya di tempat terkutuk seperti ini. Baginya tempat seperti ini haram untuk dia datangi.
"ah, apa ku bilang. Dia benar-benar ada disini, kan" teriak "Q" setelah sampai di lantai atas dan menemukan orang yang mereka cari sedari tadi.
"kau sudah lihat dia? Dia di sana. Ujung ruangan itu. Duduk sendiri. Sepertinya dia sudah sangat mabuk kawan. Ini kesempatan yang sangat baik untukmu" jelas "Q" sambil menunjukkan keberadaan Dayana. Jonathan berhasil melihatnya. Pandangannya lumayan jelas sekarang.
KAMU SEDANG MEMBACA
90 Hari untuk Gerald
Lãng mạnWarning (18+). *Ajeng : "Menikah, Ibu bilang? Setelah melihat ke dua kakakku bahagia dengan pernikahannya aku sudah mempersiapkan diriku jauh-jauh hari untuk menikah. Tapi, dengan siapa? Masih jamanka perjodohan? Oh, tidak. Jangan dengan cucu Eyang...