Balas Dendam

8.3K 297 10
                                    

Mohon di maklumi. Ada adegan panas di dalam ceritanya nanti.

Mohon Vote dan komen juga kritik dan sarannya guys.

Happy Reading.

_____________________

Author pov

Dua hari berlalu setelah mereka berdua pulang dari rumah orangtua Ajeng. Dua hari itu pula Gerald tidak bermalam dirumah. Gerald hanya mengantar Ajeng pulang kemudian mengambil beberapa barang dan berkas lalu pergi lagi.

Sebelum sampai di rumah Gerald sempat di telpon oleh asistennya di kantor. Dia hanya berdecak kesal setelah menutup telponnya lalu segera melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi. Dia sangat buru-buru hingga lupa mengatakan apapun pada Ajeng sebelum ia pergi.

Ini sudah tengah malam tapi tak ada tanda-tanda Gerald akan pulang. Dia juga tidak mau menelponnya takut mengganggu Gerald. Ajeng hanya khawatir. Terkadang dia juga butuh penjelasan kemana orang itu pergi agar dia tidak khawatir seperti ini. Sebagai perempuan yang hidup satu atap dengannya, Ajeng juga terkadang memikirkan keselamatan Gerald.

Dia takut terjadi sesuatu pada Gerald. Dia tidak tahu harus berkata apa pada Eyang dan mertuanya nanti bila sesuatu yang ditakutkannya benar-benar terjadi pada gerald. Eyangnya pasti akan menyalahkannya.

"arrggghhh.... Dia sangat menyebalkan! Kenapa dia selalu saja menyusahkan seperti ini? Setidaknya bilang kau pergi kemana. Aku tidak akan peduli sekalipun bila kau benar sedang bersama Dayana." rutuk Ajeng kesal.

Bukan Gerald yang sepenuhnya dia khawatirkan. Tapi amarah Eyangnya. Dia sangat takut menghadapi macan yang bangun dari dalam diri Eyangnya. Karena ia tahu itu amat sangat menakutka.

"humfht... Aku harus bagaimana?" gumamnya sendiri.

***
Ajeng berjalan malas menelusuri koridor kampusnya menuju kelasnya. Beberapa menit lagi matakuliah akan dimulai. Tapi moodnya sangat tidak bersahabat. Sekarang hari Sabtu itu artinya sudah seminggu Gerald tidak pulang kerumah. Entah dia ada dimana.

Kemarin malam dirinya mencoba menghubungi nomor Gerald, tersambung tapi bukan dia yang angkat. Melainkan perempuan, Ajeng segera mematikan setelah mendengar suara itu kemudian memeriksa benarkah nomor itu milik Gerald. Dan itu memang nomornya. Ajeng hanya menghela nafas kemungkinan besar Gerald memang sedang bersama wanitanya itu.

Ajeng sangat kesal dibuatnya. Apa salahnya mengabari keberadaannya? Dadanya sangat sesak mengkhawatirkan Gerald. Sedangkan Gerald sedikitpun tidak memikirkan persaannya. Dia benar-benar muak dengan kelakuan Gerald. Kemarin dia menyiksanya dengan sikap lembut-kasarnya. Sekarang dirinya sukses menyiksanya dengan tak ada kabar seperti ini.

Raga Ajeng masih dikelas sedang duduk termenung, tapi nyawa dan fikirannya melayang entah kemana. Tiba-tiba dosennya sudah masuk. Beberapa Mahasiswi grasak-grusuk sendiri. Jika saja Monica tidak menyenggol tangannya dia tidak akan segera sadar.

"suit, bangun. Dosen baru kita sudah datang. Tampan, wuiihh..." bisik Monica. Ajeng segera melirik siapa yang di maksud Monica. Tapi matanya tiba-tiba terbelalak melihat siapa yang berdiri di depan kelas sana.

"kak Jonath?" gumam Ajeng, tapi segera saja keningnya mengkerut melihat lebam juga beberapa perban yang ada di wajah kak Jonathan.

"baik, perkenalkan nama saya Prof. Jonathan." tuturnya memperkenalkan diri.

"hwidih... Prof, cuyy. Masih muda dan bening begini." seru seorang mahasiswi berbisik yang duduk tepat di samping kanan Ajeng.

"panggil saya sesuai keinginan kalian." lanjut kak Jonathan. "saya adalah pengganti Almarhum Prof. Abdullah dengan mata kuliah "Pengantar Hukum dan Undang-undang Kesehatan" lanjutnya lagi menjelaskan.

90 Hari untuk GeraldTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang