A Failed Date

3.4K 180 10
                                    

Slow update

Mohon votenya doong😁

__________________________________

Author pov

Setelah Gerald berhasil menenangkan Ajeng, dia kembali melajukan mobilnya, meninggalkan taman dan kembali pulang kerumah.

Hari ini sudah cukup membuatnya pusing. Dia akan mencoba untuk merilekskan dirinya. Dia berusaha untuk santai menghadapi calon ibu dari anaknya ini yang sebentar lagi. Jujur, dia juga sangat tersiksa dengan tingkat kekhawatirannya yang keterlaluan, karena gara-gara ini pekerjaannya banyak yang terbengkalai. Ajeng benar, tingkat  worry-nya sangat berlebihan. Dia akan mencobanya. Harus! Kalau dia tidak mau melihat Ajeng menangis lagi.

Setengah perjalanan menuju rumahnya teleponnya berbunyi. Dia segera meminggirkan mobilnya, lalu mengambil Hpnya yang terletak di dashboard atas kemudi. Dia menatap layar itu sejenak lalu segera menggeser gambar telepon berwarna hijau kesamping untuk memulai pembicaraan.

"ada apa?"_ lagi-lagi tak ada kata "halo"

"apa kau sedang sibuk?" pertanyaan lain dari seberang. Gerald berbalik menatap Ajeng yang kakinya sedari tadi berada di atas pahanya, sedang sibuk memainkan Hpnya.

"tidak. Aku sedang berada di perjalanan, menuju pulang bersama Ajeng"

"owh, ya! Apa aku mengganggu?"

"apa yang kau butuhkan, Steve! Berhentilah bertele-tele" Gerald mendengus seketika mendengar Steve tertawa diseberang sana.

"c-mon dude, bersantailah sejenak. Kau terlalu kaku" _ bahkan sahabatnya sendiripun menyuruhnya bersikap santai.
"apa besok kau sibuk?" Steve masih bertanya

"lumayan. Kenapa memangnya?"

"bisa bantu aku?"

"apa?!"

"dapatkah kau membantuku, menggantikan aku menghadiri pembukaan hotel baruku yang ada di Australi?"

"kenapa harus aku?!"

"karena hanya kau yang mampu melakukannya, kawan"

"bilang saja, yang lain menolak!"

"tidak! Aku tidak menelpon mereka. Aku tidak punya opsi lain selain kau"

"kapan acaramu?"

"Lusa"

"oh, shit! Kau mau membunuhku?" Gerald sedikit mengaduh karena Ajeng tiba-tiba saja memukulnya. Gerald protes, tapi segera minta maaf saat Ajeng memprotesnya karena dia mengumpat tadi, lalu segera mengelus perut istrinya dengan lembut.

Steve di seberang sana terkekeh mendengar keributan kecil itu.
"c-moooon, kali ini saja. Bantu aku. Aku mohon!"

"baiklah" _ dirinya sadar, bagaimanapun kerasnya dia menolak, Steven akan terus merongrong dan memaksanya. Jadi, jalan satu-satunya adalah, meng"iya"kan yang dia mau.

"bagus!" besok malam kau akan berangkat. Aku akan segera menyiapkan semuanya untukmu.

"baiklah. Kalau begitu kau izin dulu pada ratu yang ada disebelahku ini" ungkap Gerald lalu menatap isterinya.

"baiklah, sebentar aku akan menelponnya"

"hey, hey!" gertak Gerald.

"Terimakasih, kawan. Kau memang bisa di andalkan" ungkap Steven sambil terkekeh lalu mematikan sambungan teleponnya membuat Gerald mendengus kesal.

"kenapa?" tanya Ajeng memperhatikan raut muka suaminya yang berubah menjadi layu.

Gerald hanya bisa terus-terusan mendengus, dia kembali menjalankan mobilnya.

90 Hari untuk GeraldTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang