Ost. Payung Teduh. Berdua saja 😁
Bahas Typo mpe ni cerita habis.
Bakalan ingetin terus soal Typo. Mohon di mengerti😁😁😁Maaf. Bukannya niat hiatus. Tapi, karena Kerjaan nd masalah banyak banget yang mengalihkan Ide dan duniaku. Skali lagi maaf😁😁😁
______________________________________Author POV
Ajeng sedang asyik memainkan game ludo king di handponenya, dengan duduk diatas pangkuan Gerald yang kini tengah asyik juga menjalin rambut panjang milik Ajeng di ruang tengah, dengan televisi yang tengah menampilkan berita bursa saham. Sudah sejam mereka melakukan kegiatan itu.
Awalnya Gerald duduk menonton berita bursa saham setelah menyantap hidangan yang khusus untuknya malam tadi. Tapi, karena ia baru terbangun jam sepuluh tadi hidangan itu baru bisa ia santap. Masih asyik menonton beritanya Ajeng datang dan langsung duduk dipangkuannya dengan sangat manja. Tidak seperti biasanya tapi Gerald tidak mempermasalahkan itu. Justru Gerald menyukainya.
"Kamu gak ke kantor?" tanya Ajeng tanpa mengalihkan perhatiannya sedikitpun dari handponenya. "Iiiih.... Menyebalkan! Kok aku di tendang sih?" pekiknya ketika bidaknya di tendang oleh lawan. "Awas, yah! Tunggu pembalasanku!" gumamnya yang membuat Gerald tersenyum melihat tingkah isterinya. Kini dia tengah memeluk tubuh mungil itu dengan kepala berada di pundak Ajeng, memperhatikan permainan game isterinya. Dia telah selesai menjalin rambut panjang Ajeng.
"Ngapain ke kantor?"
"Kok ngapain sih? Katanya kamu lagi banyak kerjaan?"
"Iyah, itu kemarin. Sekarang sudah beres!"
"Mau ceritain, gak. Masalah kantor kamu apa, sampai tega kamu ninggalin aku 2 hari" ujar Ajeng. Masih dengan gamenya.
"Kamu mau dengar?"
"Biasanya kan gitu!" rutuk Ajeng mulai kesal. Entah kenapa Ajeng mudah sekalih kesal. Mungkin ini karena pengaruh si janin? "Masih masalah yang kemarin? Si Dayana?" tanyanya
"Lima persen Dayana, selebihnya masalah yang lain"
"Yang lain? Masalah apa lagi? Masalah yang Dayana belum selesai?"
"Masalah Dayana masih tahap penyelidikan. Untuk saat ini masih nyari jalan keluarnya buat gagalin rencananya dia. Masalah yang ini tentang masalah hotel yang ada di Belanda"
"Kamu, jalanin usaha hotel juga?" tanya Ajeng heran dan mulai menyingkirkan gamenya.
"Itu usahanya Papa. Salah satu anak hotelnya di wariskan ke aku. Ada sekitar lima anak cabang hotel di beberapa negara yang di wariskan ke aku"
"Kok, aku gak tau, yah?"
"Ini sekarang kamu sudah tau".
"Itu karena kamu tidak pernah bilang. Gara-gara kamu yang tidak terbuka sama aku. Aku jadi suka mikir yang negatif tentang kamu"
"Karena aku jarang pulang? Kamu selalu mikir kalau aku sedang bersama Dayana?"
"Apa lagi? Bukankah awal kita nikah kemarin kamu biasanya memang seperti itu?" Gerald tersenyum mengetahui dengan tidak sengaja kecemburuan isterinya, lalu mengecup pundak berkulit putih mulus milik Ajeng.
"Aku senang kamu cemburu"
"Siapa yang cemburu?" rutuk Ajeng dengan tanpa sadar menggembungkan pipinya. Gerald yang gemash melihat itu langung mengecupnya singkat kemudian memperlihatkan deretan gigi putihnya pada Ajeng.
"Kamu tahu? Kalaupun Dayana dan komplotannya menghancurkan perusahaanku kita tidak akan pernah jatuh miskin. Tapi bukan itu masalahnya" tutur Gerald. "Masalah sebenarnya adalah bagaimana dan apa upayaku agar usaha yang ku rintis dan ku bangun dengan tanganku sendiri, tanpa bantuan Papa sedikitpun mulai dari nol itu bisa kupertahankan hingga aku tak mampu lagi" ungkap Gerald

KAMU SEDANG MEMBACA
90 Hari untuk Gerald
RomanceWarning (18+). *Ajeng : "Menikah, Ibu bilang? Setelah melihat ke dua kakakku bahagia dengan pernikahannya aku sudah mempersiapkan diriku jauh-jauh hari untuk menikah. Tapi, dengan siapa? Masih jamanka perjodohan? Oh, tidak. Jangan dengan cucu Eyang...