Keep Me By Your Side

3.4K 167 9
                                    

Up, all night
I waited for you all my life
Hold my hand and keep me close
I'll never let you go
No not tonight
Keep me by your side
(Gerald)

Jonash Blue - By Your Side

____________________________________________

Author pov

Ajeng terbangun dengan merasakan sesuatu bertumpu di atas pinggulnya. Dengan berusaha membuka matanya lebar-lebar. Entah kenapa matanya terasa sangat berat. Setelah berhasil membuka matanya dengan sempurna, dirinya memperhatikan kondisi kamarnya, juga mencari tau apa yang ada di atas pinggulnya.

Siapa sangka sesuatu yang bertumpu di pinggulnya adalah kaki Gerald? Dia mulai mengamati lagi. Lengan kiri Gerald berada di bawah leher Ajeng, sedari tadi menjadikannya sebagai bantal. Sedangkan tangan kanannya bearada di atas perut besarnya. Ajeng tersenyum. Gerald benar-benar menjadikannya guling.
Sedikit mengerang dan menggeser posisi tidurnya.

"Ge..., bangun. Ini sudah siang" erang Ajeng sambil menepuk paha Gerald, sambil memperhatikan jam persegi di atas nakas samping ranjang. Gerald hanya mengerang kecil lalu mengubah cara tidurnya menjadi telentang. Melepaskan pelukannya di kaki dan tangannya. Lalu tangannya berakhir di atas keningnya menutupi matanya.

Ajeng bangun dari pembaringannya. Mencoba duduk. Dan kembali memperhatikan pria yang sejujurnya selama ini dia rindukan dalam diam. Tersenyum kembali. Lalu menyingkap selimut yang menutupi tubuhnya. Pantas saja rasanya sangat panas. Sekarang sudah pukul satu siang. Dia bahkan belum sarapan. Akibat insiden tadi pagi, dan tangisannya yang tidak mau berhenti, berakhir membuatnya kembali tertidur.

"Ge, geser. Aku mau turun" rengeknya mencoba mendorong kaki Gerald untuk memberinya ruang untuk turun dari ranjang.

"Kau mau kemana?" tanya Gerald dengan suara serak terdengar sexi.

"Aku lapar. Ini sudah jam satu, loh. Kamu tidak lapar?"

"Ng.... Benarkah?" erangnya lagi, masih dengan posisi yang tadi.

"Beri aku jalan. Aku mau masak" ungkap Ajeng sambil menendang pelan kaki besar Gerald. Gerald bangun terduduk masih dengan mata tertutup. Berusaha membuka matanya dan mengerjap-erjapkan matanya.

Tanpa Ajeng sangka yang dilakukan Gerald selanjutnya. Gerald dengan spontan memeluk tubuh Ajeng erat. Ajeng yang belum siap, masih duduk seperti itu di kasur, tubuhnya terdorong kebelakang. Refleks tangannya bertumpu dikasur.

"Yah, ampun Ge. Kau berat!" rutuknya sambil memukul punggung Gerald dengan tangan Kanannya, membiarkan tangan kirinya bertumpu. Gerald hanya terkekeh.

"Biarkan aku tidur seperti ini sebentar lagi" rengeknya seperti anak kecil.

"No!!!" ucap Ajeng tegas. "Aku lapar. Anak kamu juga. Ini kamu tidak kasihan pada bayimu yang sedang terjepit seperti ini?" ungkap Ajeng. Membuat Gerald segera sadar dan melepaskan pelukannya, lalu duduk bersimpuh di hadapan Ajeng.

"Yah, ampun. Maafkan Dady sayang. Dady menyakitimu, yah?" ujarnya sambil mengelus lembut perut Ajeng sambil menunduk seakan berbicara pada perut bulat itu. Ajeng tersenyum lagi.

"Dia lapar. Apa kau tega tidak membiarkannya makan?"

"Ya, tidak lah. Mana ada seorang Ayah yang setega itu?"

"Ada! Kamu!"-Gerald bungkam mendengar pengungkapan Ajeng.

"Benarkah?" ucap Gerald tertunduk lesu. Antara geli dan kasihan Ajeng melihatnya.

90 Hari untuk GeraldTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang