I'll hold you and never let go
I will always be by your side
(Gerald)_______________________________________
Author Pov.
Ajeng tengah asyik menyiram tanaman bunga-bunga indahnya dengan diam dan tenang di beranda teras depan rumahnya. Yang ia dengar hanya semilir angin pagi, kicauan burung, dan percikan air yang menyentuh tanaman dari selang yang tengah dipegang Ajeng. Cafenya memang ada di tengah kota. Tapi ia tinggal di dalam desa. Dimana sejauh mata memandang hanya rumput hijau menyegarkan yang terlihat.
Jarak dari desa ke cafenya butuh jarak tempuh sekitar satu hingga dua jam. Ini masih pagi. Masih pukul enam. Zalea bahkan belum bangun. Hari ini dia libur sekolah. Jadi dia masih memiliki banyak waktu untuk berangkat ke kota. Lagipula cafenya ada yang menangani. Selama tidak ada masalah dengan usahanya itu dia tidak perlu terlalu khawatir. Rencananya dia akan menunggu Zalea bangun, agar bisa mengajak anak itu ke Cafe. Daripada harus meninggalkannya sendirian di rumah.
Sebuah mobil Jeep berjalan kearah rumahnya. Dia tau siapa itu. Bibirnya tersenyum ketika dia melihat mobil itu mendekat ke arah rumahnya. Tapi tetap melanjutkan kegiatannya. Pikirnya biarkan ia menyelesaikan kegiatannya lalu menyambut kedatangan Tao. Abang yang selama ini dia rindukan. Yang Zalea rindukan juga. Dia adalah Ayahnya Zalea.
Mobil itu memasuki pekarangan, tapi tidak parkir depan rumah. Melainkan terus masuk ke lahan kosong samping rumah. Dengan senyum yang masih merekah. Ajeng masih tetap menyirami tanamannya yang masih belum tersiram. Mesin mobil sudah mati, di ikuti dengan suara pintu mobil tebuka, dan segera berdentum keras karena ditutup kembali. Suara langkah sepatu terdengar seiring dengan langkah kaki menginjak lantai teras rumah yang berbahan kayu, mendekat pada wanita yang masih asyik menyiram tanaman.
"Kau tidak mau menyambutku?" tanya Tao di belakangnya.
"Tentu" jawabnya sambil menyimpan selang dan menutup keran air. Lalu melangkah ke arah Tao dengan senyum lebar, lalu memeluk Kakak sepupunya itu.
"Kau baik-baik saja? Kandunganmu sehat?" tanyanya lagi sambil mendekap tubuh yang sudah sangat berisi itu. Ajeng hanya mengangguk dalam dekapan Taonya.
"Syukurlah. Apa kau sangat merindukanku? Hingga kau tak mau melepaskan pelukanmu?" tanyanya terkekeh."Kau pergi sangat lama. Kau meninggalkanku saat keponakanmu ini berumur lima bulan. Sekarang sebentar lagi dia akan masuk sembilan bulan. Bagaimana tidak, aku sangat merindukanmu?" ungkap Ajeng.
"Baiklah, baiklah. Peluk aku sepuasmu, sayang. Tapi ada yang harus ku beritahukan padamu" ungkap Tao, membuat Ajeng mendongak memandang Tao. Tubuh tao yang tinggi lebar besar, membuat Ajeng tenggelam dalam dekapannya. Pasalnya tinggi Ajeng hanya sampai didada Tao saja. Jadi saat ingin memandang Tao dalam dekapan seperti ini dia harus mendongak.
"Apa itu?" tanyanya was-was, yang membuat kekehan Tao kembali.
"Kau sepertinya sangat takut sayang"
Ajeng menggeleng. "Aku tidak takut, hanya penasaran" ucap Ajeng tanpa melepaskan pelukannya.
"Kau harus terima ini, dan kau harus siap" ujar Tao, membuat kening Ajeng mengkerut. "Aku pulang tidak sendiri. Ada yang bersamaku" ujarnya. Lalu melangkah mundur dengan sangat pelan sambil melepaskan pelukan Ajeng. Kepala Ajeng berbalik mengikuti arah pergerakan Tao.

KAMU SEDANG MEMBACA
90 Hari untuk Gerald
RomanceWarning (18+). *Ajeng : "Menikah, Ibu bilang? Setelah melihat ke dua kakakku bahagia dengan pernikahannya aku sudah mempersiapkan diriku jauh-jauh hari untuk menikah. Tapi, dengan siapa? Masih jamanka perjodohan? Oh, tidak. Jangan dengan cucu Eyang...