Country of the middle of nowhere

2.7K 188 7
                                    

Jika bahagia sebebas ini,
Mengapa tak dari dulu?
(Ajeng)

-----------------------

Minta Votenya yah😂
__________________________________________

Author pov.

Lagu "How Long" milik Charly Puth menjadi pembuka pagi dan hari Ajeng selama sebulan terakhir ini. Sejak dia mendengarnya untuk pertama kali, dia tidak pernah berhenti untuk mendengarkannya. Menurutnya paginya akan selalu cerah dan enjoy meski hujan turun, jika lagu itu ia putar saat pagi.

Ini pertengahan bulan Juni. Bulan yang panas dan cerah. Selama hamil, Ajeng sangat mencintai matahari pagi. Satu yang ia benci. Cahaya matahari yang masuk ke kamarnya melalui sela-sela khorden. Menurutnya matahari bulan ini sangat panas. Sehingga jika cahaya itu masuk ke kamarnya akan sangat mengganggu tidurnya.

Pertanyaannya ada dimana dirinya kini? Setelah pertengakarannya dengan Gerald malam itu, dia berhasil lari dari kenyataan pahit ini. Beruntung kakak sepupu yang pernah tinggal menetap lama dirumahnya, dan kini telah memiliki keluarga kecil di Belanda, malam itu datang ingin mengunjunginya. Tapi kenyataan yang Kakak sepupunya dapati adalah, keadaan dan kondisi Ajeng yang tengah terpuruk.

Tidak butuh banyak bujukan dari Ajeng, agar Kakak sepupunya itu menyetujui idenya untuk ikut pergi bersamanya. Pergerakannya hanya butuh waktu dua jam. Kembali kerumahnya mengemas beberapa pakaian yang ia butuhkan, datang ke rumah ibunya untuk menceritakan semua yang terjadi. Ibunya hanya bisa menangis. Ayahnya geram dan marah, Kak Shania hanya tak habis pikir. Kebetulan malam itu kak Akkaf sedang berada di rumah mertuanya, jadi dia tidak tau semuah masalah itu.

Setah menjelaskan ide yang sangat sulit di setujui oleh ibunya. Akhirnya dia berangkat ke Amsterdam. Beruntung saat itu kakak sepupunya yang seorang pengusaha berlian sedang memakai pesawat pribadinya. Jadi, tidak perlu memakai dokumen apapun untuk bisa berhasil pergi dari negara yang menyisahkan luka dalam untuknya itu.

Kehamilannya sudah memasuki bulan ke tujuh. Sisa menunggu hari untuk menanti kelahiran buah hatinya. Enam bulan dan melewatkan malam tahun baru di Belanda bukan hal yang sulit baginya. Dia sangat menikmati kebebasannya ini. Saat pesawat kakak sepupunya mendarat di bandara udara internasional Schipol. Ada rasa lega dalam hatinya. Dia sangat bersyukur atas kedatangan kakak sepupunya itu. Pikirnya, mungkin inilah jalan Tuhan untuknya, melalui Kakak sepupunya.

Rasanya sangat bebas. Sebebas burung yang terbang sesuka hati di alam sana. Free adalah kata yang sangat ia sukai saat ini. Ini kebebasan yang sangat ia nikmati. Meskipun ada satu yang sedikit ia tidak suka, yaitu kebebasannya bergerak. Bukan karena apa. Tapi karena perutnya sendiri yang semakin hari semakin membesar. Sedikit menghambat ruang geraknya. Tapi itu tidak terlalu dia permasalahkan. Dia juga berusaha menikmati itu.

Ajeng masih asyik mendengarkan musik lewat earphone-nya sambil menikmati udara yang sangat sejuk di tengah padang rumput belakang rumahnya. Duduk di atas rumput sambil memejamkan matanya, ketika seseorang datang dan memeluk tubuhnya dari belakang. Dia hanya tersenyum tampa mengubah aktifitasnya. Dia tau siapa itu.

 Dia tau siapa itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
90 Hari untuk GeraldTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang