This Should End

5.8K 228 33
                                    

Vote dan Komennya yaaahh.

_______________________________________

Author Pov

Ajeng tersadar dari pingsannya yang entah sudah berapa lama. Ia tersadar. Hanya saja semuanya gelap. Matanya tak bisa ia buka, karena sepertinya selembar kain menutupi permukaan matanya. Dia gelisah, merasakan takut dan khawatir. Dia tidak tau keadaan dirinya sekarang seperti apa. Yang ia rasakan hanya berada dalam kegelapan, sedang terduduk disebuah bangku dengan tangan dan kaki terikat.

Dia benar-benar sudah takut sekarang. Hawa dingin menyeruak diantara kulitnya. Tempatnya disekap terasa lembab. Bau tempat itu juga sangat tidak enak. Baunya busuk seperti keju basi. Nafasnya berat karena khawatir. Dimana dirinya kini, dan siapa orang-orang tadi.

Fikirannya melayang mengingat kejadian sebelumnya. Dia benar-benar tidak pernah menyangka. Dirinya yang awalnya akan memasuki cafe, tiba-tiba saja dua orang dari belakang menangkap dan membekap mulut juga hidungnya dengan sebuah saputangan. Dia sempat meronta dan menjerit. Dirinya juga sempat melihat Edward mengejarnya dengan khawatir. Tapi, semuanya terlambat. Tepat dirinya berada dalam mobil, dia sudah tak sadarkan diri.

"Hati-hati pada perutnya" -hanya itu yang dia ingat. Suara dari salah satu dari orang yang menangkapnya.

Sekarang dia terisak dalam diam. Menekuri keadaannya sekarang. Rasa takut berangsur menguasai dirinya. Sekali lagi dia bertanya-tanya. Siapa orang-orang ini? Apa yang akan mereka lakukan padanya. Salah apa yang sudah ia lakukan sehingga orang-orang itu memperlakukan dirinya seperti ini?

Tubuhnya menegang ketika telinganya mendengar sekelabat suara langkah berangsur makin mendekat padanya. Kedengarannya bukan hanya satu orang tapi seperti ada banyak orang.

"Buka ikatan matanya" perintah seseorang. Dan tak menunggu lama matanya sudah bisa melihat kini, karena kain penghalang itu sudah lepas.

Ajeng memicingkan matanya. Berusaha beradaptasi dengan cahaya temaram tempat itu. Bersyukur penerangannya sedikit redup, sehingga matanya bisa beradaptasi dengan cepat. Tiba-tiba saja seorang pria bertubuh besar berjongkok dihadapannya. Ajeng memperhatikan orang itu.

"Gerald tidak salah jika dia meninggalkan semua wanitanya hanya demi seorang wanita cantik sepertimu" ujar pria itu dalam bahasa inggris, sambil memegang dagu Ajeng. Dengan kurang ajarnya memperhatikan wajahnya dengan leluasa.

"Siapa kau?" tanya Ajeng dengan suara seraknya, juga dalam bahasa inggris. Tak disangka pria itu malah tertawa.

"Bahkan dalam kondisi hamilpun kau membuatku menginginkanmu" ucap pria itu lancang, sambil mengelus pipi Ajeng dengan jari telunjuknya. Ajeng refleks menghindar. Dia sangat benci kondisi ini.
"Bersyukur lah, karena aku tak suka bermain dengan wanita yang sedang hamil sepertimu. Kau tidak akan memuaskan" ungkap pria itu sambil tertawa terbahak-bahak. Yang di ekori dengan tawa menderu dari para anak buahnya.

"Bajingan!!! Aku bahkan tidak sudi melihatmu!" umpat Ajeng dalam bahasa Indonesia. Tapi itu malah membuat mereka makin tertawa terbahak-bahak. "Dasar sampah!" umpat Ajeng lagi.

"Ow,ow. Calm dear. Aku tidak akan menyakitimu. Mungkin kau melihatku menakutkan? Tapi aku tak menyakiti wanita hamil. Tenanglah" ungkap pria itu yang jelas tidak mengerti umpatan Ajeng tadi.

"Siapa Kauuu!!!" teriak Ajeng sudah tak bisa menahan amarahnya.

"Oowww!!!" kor semuanya. "Percayalah. Kau tak ingin mengenalku, sayang" ungkap pria itu dengan kurang ajar mengelus lembut pipi Ajeng.

"Lalu, kenapa kau melakukan ini padaku? Apa salahku?" Tanya Ajeng melemah.

"Kenapa kau bilang?" ucap pria itu. "Entah lah. Mungkin aku kebetulan menyukaimu?" tukas Pria itu terkekeh. Wajah Ajeng memerah menahan emosi.

"Yak Saekkia!!!" jerit Ajeng berusaha meronta. Dia benar-benar sudah naik pitam. Sangat benci dengan suasana seperti ini.

"Hey, hey!!! Tenang. Kau akan melukai dirimu sendiri!" rutuk pria itu refleks berdiri melihat kebringasan wanita hamil dihadapannya.

"Biarkan saja!"- tiba-tiba suara seorang wanita menggema dari arah jauh dalam gedung itu. " bahkan kalau perlu matikan saja dia sekarang" ungkap wanita itu dengan gamang. Melangkah mendekat. Ajeng belum bisa melihatnya dengan jelas. Karena sekeliling ruangan itu lumayan gelap.

"Hey, sayang. Kau sudah datang?" sambut pria itu.

"Mengapa kau menghawatirkan sekali wanitu itu? Aku sudah menyuruhmu menghajarnya. Kalau bisa sampai dia tak bernafas lagi" bentak wanita itu. Ajeng berusaha memicingkan matanya untuk memperjelas melihat orang itu.

"Dia sedang hamil, sayang"

"Aku tidak peduli! Kau atau aku yang membunuhnya sekarang juga!" ungkap wanita itu tiba-tiba saja sudah berada dihadapan Ajeng, dan mendongakkan dagu Ajeng dengan sangat Kasar. Mata Ajeng membulat lebar.

"Dayana!!!" ucap Ajeng tersentak. Hanya senyum menakutkan terukir di wajah itu.

_____________________________________________

Kesannya kek aku author yg suka bohong yah??? Janjinya besok, tapi baru hari ini up😔😔😔.
Aku mo minta maaf lagi. Bukan tanpa alasan. Akunku beberapa hari ini tampilannya kek gini.

Trus kalo hujan, didaerahku jaringannya tiba-tiba ilang kek gini😭😭😭

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Trus kalo hujan, didaerahku jaringannya tiba-tiba ilang kek gini😭😭😭

Trus kalo hujan, didaerahku jaringannya tiba-tiba ilang kek gini😭😭😭

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jangan marah pliiiiissss. Aku mohooonn🙏🙏🙏
Aku sayang kalian.

Ada yg marah kmarin. Katanya baru up langsung mo dtamatin. Oke! Aku upnya pisahin deh ama yg The End beneran supaya gak kena marah.😂😂😂

Kali ini gak janji upnya kapan. Supaya kalian bisa penasaran. 😂😂😂. Gak lama Insya Allah lusa aku Up lanjutannya.
Happy Reading gus. Maafkan Typonya.

Jan lupa vote ma komennya yah😊😊😊😘😘😘❤

90 Hari untuk GeraldTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang