Aku tidak pernah tahu, bahwa kau memiliki sisi yang manis.
Tapi, bisakah aku memilikimu selamanya tanpa ada hati yang lain?
(Ajeng)_______________________
Author pov
"apa kau serius dengan apa yang kalian lakukan sekarang?" tanya Steve ketika mereka telah sampai di taman belakang.
Steve dan Roman duduk di kursi panjang besi di sisi kolam renang milik Gerald. Sedangkan "Q" duduk di rumput tidak jauh dari ke tiga temannya sedang merokok. Dan Gerald berdiri di pinggir kolam dengan kedua tangannya berada dalam saku celana traningnya."entahlah, Ste. Rasanya sangat berbeda jika aku bersama Dayana. Dia, mengubah hidupku hanya dalam semalam. Menyembuhkan lukaku hanya dalam beberapa jam saja. Semuanya yang tak pernah ku rasakan pada Dayana kurasakan pada Ajeng." jelas Gerald membuat sahabat-sahabtnya itu mengangguk-angguk.
Diantara mereka berlima, hanya Jonathanlah yang berbeda. Gerald terbuka pada ke tiga temannya ini. Bahkan sangat dekat pada Steve. Setiap sudut diri juga masalahnya Steve tahu semuanya. Karena orang yang akan Gerald hubungi pertama setiap ada masalah adalah Steve.
"apa kau bahagia?" tanya "Q" sambil menghembuskan asap rokoknya.
Gerald mengangguk. "begitulah. Kau tahu, dia seperti candu buatku. Aku bahkan seakan tak memiliki ego lagi. Sedari tadi aku menempel padanya. Menciumi setiap lekuk tubuhnya. Aroma tubuhnya membuatku sakaw." aku Gerald sedikit malu pada sahabat-sahabatnya.
"yo... Man. Sepertinya kau benar-benar sudah terserang sindrome jatuh cinta akut. Kau bahkan tidak sadar kami masuk kerumahmu. Untung saja itu kami, bagaimana bila perampok?" ungkap Roman yang dibenarkan oleh Steve.
"lalu bagaimana sekarang?" tanya Steve membuat kening Gerald berkerut, dia segera berbalik arah ke Steve tidak mengerti pertanyaan Steve. "maksudku kau, Ajeng dan Dayana? Apa yang akan kau lakukan sekarang?" jelasnya.
Gerald bernafas panjang. Lalu menggidikkan pundaknya seakan tidak tahu harus bagaimana. Kening "Q" dan Roman tiba-tiba saja sama seperti kening Gerald tadi melihat ekspresi sahabatnya yang bergidik tadi.
"apakah benar, berita yang ada di perusahaanmu? Ada sedikit masalah yang ternyata di belakangnya adalah Dayana dan juga orang-orang yang dulu yang hampir menjatuhkanmu?" tanya Steve. Gerald menunduk memperhatikan sendal di kakinya lalu mengangguk membenarkan.
"wah... Dia benar-benar wanita gila. Sudah berapa kali kami memperingatkanmu ketika kita menemukan bukti penyelundupan barang-barang perusahaanmu itu adalah ulah dan komplotannya?" ungkap "Q" mulai gusar. "kau bahkan tetap lengket padanya. Kau bahkan masih bersamanya dan kau bahkan.... Ah, sudahlah. Kau benar-benar rumit kawan." ungkap "Q" mencoba menahan amarahnya dengan menghisap rokoknya sangat dalam.
"wooo... Santai, Maan... Sabar." ujar Roman.
"kalian tahu bahwa aku bukan orang yang pintar untuk berbohong? Ku akui sangat kecewa padanya waktu itu. Tapi aku tak bisa berbuat apa-apa ketika hatiku bilang bahwa aku masih menyayanginya. Menyayangkan hubunganku dengannya. Menyayangkan perjuanganku untuk tetap bersamanya bahkan keluargaku sangat menentang hubungan kami. Aku selalu sadar bahwa aku adalah manusia." jelas Gerald.
"tapi kau terlalu bodoh, Ge." tutur Steve. "harusnya nalarmu bekerja. Walaupun kami tahu apa saja yang sebenarnya kalian lakukan bersama dia. Kita sama-sama pria normal yang membutuhkan apa yang ada pada mereka. Tapi kita tidak harus bodoh juga. Ketika sekali kita di sakiti mungkin kita masih bisa mengerti, tapi ketika dia kembali menyakiti bukan dua kali, atau tiga kali tapi berkali-kali itu sudah keterlaluan namanya. Harusnya kau meninggalkannya. Bukan tetap berada disisinya." geram Steve.
KAMU SEDANG MEMBACA
90 Hari untuk Gerald
RomanceWarning (18+). *Ajeng : "Menikah, Ibu bilang? Setelah melihat ke dua kakakku bahagia dengan pernikahannya aku sudah mempersiapkan diriku jauh-jauh hari untuk menikah. Tapi, dengan siapa? Masih jamanka perjodohan? Oh, tidak. Jangan dengan cucu Eyang...