Selepas jam makan siang, Aditya tak disibukkan dengan memperbaiki mesin-mesin rusak seperti kemarin. Hari ini dia hanya melakukan pengecekan secara berkala di departemennya. Menandatangani kertas target setiap mesin yang ia kunjungi satu jam sekali. Hal ini membuatnya leluasa untuk sedikit mengobrol dengan beberapa operator yang tidak sibuk seperti dirinya.
"Zakiyah," sapa Aditya begitu sampai di mesin milik Zakiyah.
"Mas Adit, kenapa ke sini? Mesinku enggak rusak lho," balas Zakiyah.
"Gue mau kepo." Aditya menandatangani kertas target milik Zakiyah.
"Kepo masalah apa?" Dahi Zakiyah berkerut.
"Teman lu yang tadi siang makan bareng kita. Kayaknya dia tersinggung, ya?"
"Menurut, Mas?"
"Kayaknya sih begitu," kata Aditya sambil menggaruk kepalanya karena grogi. "By the way, kenapa dia disebut artis.
Zakiyah terdiam. Ia merasa malas membahas hal ini. Aditya langsung menepuk pundaknya.
"Kalau lu enggak mau jelasin juga enggak apa-apa. Tapi kalau gue tahu dari orang lain, nanti lain ceritanya."
Zakiyah berpikir sejenak. Ia menatap Aditya yang masih penasaran, akhirnya ia memutuskan untuk bercerita pada Aditya walaupun ia juga tak tahu apa faedahnya untuk cowok itu. Kemudian gadis itu menghela nafas panjang.
"Jadi gini lho. Dulu Asma pernah bekerja di salah satu pabrik di daerah ini. Di sana dia ketemu cowok namanya Khairul. Terus mereka pacaran. Awalnya semua baik-baik aja. Khairul juga gue nilai cowok yang baik. Tapi ternyata tuh cowok masih punya cewek. Dan cewek itu si Yuni. Hubungan mereka statusnya gantung. Yuni pernah telepon Asma, dia bilang dia udah enggak cinta sama Khairul. Kesempatan bagus buat Asma jaga si Khairul baik-baik. Tapi ternyata di belakang dia, Khairul masih simpan perasaan ke Yuni. Asma minta kepastian Khairul mau sama siapa. Tapi cowok itu enggak jawab. Dia cuma mau Asma bertahan demi dia. Karena Asma udah berjuang enam bulan tanpa kepastian, akhirnya Asma menyerah. Khairul yang masih sayang Asma, terus ada di dekat Asma. Yuni marah. Dia selalu sebut Asma sebagai perebut kekasihnya."
"Yuni? Yuni yang--"
"Ya. Yunita Ekasari. Line 8." Zakiyah menyela ucapan Aditya.
"Oh!"
Aditya melihat wajah Zakiyah yang mendadak sedih. Ia sendiri terkejut dengan kisah ini, ternyata dunia itu sempit dan bisa membuat kejutan.
"Gue yakin masalahnya enggak berhenti sampai situ, kan?" tebaknya.
"Dulu Asma depresi karena kejadian itu. Alhamdulillah, sekarang dia udah lebih baik. Tapi masih susah move on." Zakiyah tersenyum. Dia memandang Aditya yang ikut tersenyum. "Manis amat itu senyum. Hayo! Pasti ada udang dibalik bakwan nih!"
"Kepo lu!" balas Aditya. Tanpa bicara lagi, kemudian dia berlalu. Zakiyah cuma geleng-geleng melihat tingkah teknisi cakep itu.
*
Pukul lima sore segala aktivitas Asma di pabrik sudah selesai. Ia menunggu bus karyawan di halte depan pabrik. Di sekitarnya banyak pekerja perempuan bergosip, suara mereka cukup keras sampai Asma mendengar sindiran-sindiran kasar dari mereka. Ingin sekali rasanya ia menutup telinga.
"Enggak tahu malu, ya dia."
"Senang amat ganggu hubungan orang lain."
Tiba-tiba Asma melihat sosok Yuni keluar dari gerbang pabrik. Gadis itu membawa helm warna merah. Ia memandang Asma penuh kebencian.
"Yuni. Sini!"
Seseorang di belakang Asma memanggil Yuni. Yuni segera menghampiri temannya. Rasanya begitu aneh, tengkuk Asma terasa panas. Tak lama ia mendengar obrolan mereka tentang dirinya.
"Jadi ini yang rebut cowok lu?"
"Heran! Dia enggak cakep kok. Kenapa si Khairul mau, ya?"
"Dipelet kali."
"Dia tuh gila. Masa dia sayat-sayat tangan biar Khairul tetap sama dia," jelas Yuni. Ia mengeraskan suaranya. "Mana ada cowok mau sama cewek sakit jiwa begitu?"
Air mata Asma mulai meleleh. Ingin sekali berteriak kalau semua yang dikatakan Yuni itu salah. Tiba-tiba sebuah motor Yamaha Vixion merah berhenti di hadapan Asma. Si pengendara motor membuka helmnya, ternyata itu Khairul, cowok yang jadi mantan pacar Asma dan pacarnya Yuni. Mata mereka bertemu.
"Kamu di sini?" tanya Khairul tak percaya.
Asma tak menjawab, ia mengalihkan perhatian ke arah lain, sakit rasanya melihat cowok yang sudah menyakiti hatinya. Khairul juga tampak tak peduli padanya, ia melihat Yuni asyik bergosip. Suara Yuni keras sekali saat menyindir Asma.
"Maafkan aku, Asma. Tak seharusnya aku menyakiti hatimu," ucap Khairul dalam hati.
"Yuni! Kamu mau pulang enggak?!" teriak Khairul. Cuma dengan cara ini dia bisa menyelamatkan Asma dari rasa malu akibat ulah Yuni.
"Sebentar, Mas!" sahut Yuni. Ia pamit pada teman-temannya. Lalu sengaja menyenggol Asma.
Khairul menyalakan mesin motornya. Tiba-tiba sebuah motor Yamaha Byson warna biru berhenti tepat di samping motor Khairul. Hampir saja keduanya bersenggolan.
"Sorry, Mas!" ucap si pengendara sambil membuka kaca helm. Sepasang mata penuh keceriaan menatap Asma. "Asma, pulang bareng gue, yuk. Ini gue. Aditya."
Asma masih terkejut dengan kehadiran Aditya. Orang-orang di sekitarnya mulai bicara macam-macam.
"Asma, ayo! Keburu macet nih!" panggil Aditya tak sabar.
"Oh. Ya, Mas Adit."
Asma cepat menghampiri Aditya dan langsung duduk membonceng di belakang motornya. Khairul tampak kecewa melihat pemandangan itu.
"Duluan ya, Mas." pamit Aditya, basa-basi pada Khairul.
Motor Aditya pun melaju membelah jalan padat sore itu. Mata Khairul terus menatap punggung Asma yang mulai menjauh, sampai tak sadar kalau Yuni sudah berdiri di sampingnya dan menatap kesal padanya.
"Kenapa? Kamu kelihatan enggak terima gitu," Yuni terlihat cemburu.
"Enggak usah bawel. Naik! Kita pulang!" Khairul mengalihkan pembicaraan. Ia sudah tak betah berada di sana, apalagi saat melihat kedekatan Asma dengan Aditya.
*
KAMU SEDANG MEMBACA
Aditya
Romance#15 General Fiction : 17 September 2016 LENGKAP Hidup Asma berubah di kota ini. Dia bertemu Khairul, mantan pacar yang bikin dia susah move on. Yuni, pacar Khairul yang begitu posesif dan menyebalkan. Dia juga bertemu Aditya, teknisi muda yang terny...