37. Takut

2K 140 9
                                    

"...Halo Asma, Apa kabar? Aku berhasil lulus lho. Aku dapat IPK 3.7, dan aku sudah wisuda. Maaf ya aku telat mengabarimu. Aku harap keluargaku tak telat mengabarimu. Sebentar lagi aku akan magang di perusahaan induk di Jepang. Doakan aku sukses ya. Karena kalau kerjaku bagus, mereka menjanjikanku posisi lebih baik anak cabang perusahaan kita. Jaga diri baik-baik ya selama gak ada aku... Bye."

Voice message dari Aditya membuat Asma merasa lebih baik. Obat rindu baginya. Walaupun ia merasa agak aneh sesibuk apa pria kesayangannya sampai begitu sulit menampakkan wajahnya.

Hari-harinya mulai terasa begitu sepi. Zakiyah sudah sibuk dengan calon bayinya. Nadia kostnya jauh. Bang Ucup kerjanya lembur terus. Keluarga Aditya? Ah, masa harus tiap minggu main ke sana. Raka atau Agung? ia pun sedikit malu untuk sekedar main ke rumah mereka. Padahal mereka sudah seperti keluarga.

Dan akhirnya ia berakhir dengan pergi bersama Khairul. Cuti ini mereka pergi ke pantai. Sebenarnya tempat ini menyimpan banyak kenangan bagi Yuni-Khairul, Khairul-Asma, dan Asma-Aditya.

Tapi Asma tak mau ambil pusing dengan masa lalu.

Ombak yang tak terlalu tinggi membuat Asma asyik berjalan sendiri di bibir pantai. Ia tak menghiraukan Khairul yang mengantarkannya ke sana, dan cowok itu asyik duduk bersila di atas pasir pantai, ia senang melihat Asma berjalan tak karuan sambil sesekali menyepak air laut. Seperti anak kecil menurutnya.

Tapi kali ini dia lengah.

Asma berjalan terus ke tengah. Dan tiba-tiba dia jatuh tergulung ombak. Khairul baru ingat, Asma tidak bisa berenang!

Ia segera berlari menuju gadis itu.

"Mas!"

Ombak membuat tubuh Asma tenggelam timbul. Ia mulai terseret ke tengah.

"Asma tenang Asma!" Khairul berhasil menarik tubuh Asma. Gadis itu meronta-ronta. Sudah tak ada pijakan lagi di kakinya. Ia sudah sampai di bagian yang dalam. Khairul masih mencoba menenangkan Asma.

"Asma tenang!" Bentaknya. Ia segera menyeret Asma yang masih tersadar menuju daratan. Asma batuk-batuk. Rasa asin sampai ke tenggorokannya. Entah berapa banyak air asin yang ia telan. Ia pun merasakan air masuk ke hidungnya.

Di darat Khairul disambut nelayan setempat. Asma menggigil. Oleh para nelayan mereka diajak menuju rumah terdekat. Di sana mereka memberikan handuk bersih kepada keduanya.

"Aduh, Neng. Hati-hati kalau main di laut." Kata seorang ibu yang terlihat khawatir.

Asma tak menjawab. Ia betul-betul kedinginan. Jantungnya masih berdegup cepat. Ia tak menyangka tadi hampir mati. Khairul juga masih deg-degan. Mungkin kalau tadi dia lengah lagi, Asma sudah benar-benar tenggelam.

Ibu itu membuatkan api unggun dan teh manis untuk Khairul dan Asma.

"Neng, pake baju anak ibu mau? Ibu ambilin ya. Nanti si Aa pake baju anak ibu juga ya. Haduh kasian ini kedinginan. Sebentar ya." Ibu itu segera masuk kedalam rumah.

Khairul melihat Asma makin menggigil. Wajahnya pucat dan bibirnya agak biru.

"Minum dulu." Khairul menyodorkan bibir gelas ke bibir Asma. Asma meminumnya sedikit. Khairul mengusap kepala Asma. Tanpa diduga Khairul memeluknya dari belakang. "Tenang. Kamu aman sekarang. Maaf ya. Tadi aku lengah."

Hangat. Cuma itu yang Asma rasakan. Ia terbuai. Ia seolah lupa siapa yang memeluknya. Matanya mulai sayu dan perlahan terpejam.

"Adit..." Panggilnya lirih saat tak sadar.

"Adit?" Khairul mengulang ucapan Asma, ia menjadi sedih. "Iya, Adit di sini. Asma tenang ya. Adit gak akan jauh-jauh lagi dari kamu. Adit janji."

Khairul mencium kepala Asma. Asin. Tapi rasanya masih lebih baik daripada perasaannya yang sekarang makin campur aduk. Rasanya seperti tidak dihargai setelah menolong Asma, kenapa sih harus nama Adit yang disebut? Dongkol. Rasanya gulungan ombak itu berpindah ke hatinya, membawa rasa bersalah, cinta, benci, dan cemburu.

AdityaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang