36. Satu Tahun Lagi

1.8K 117 7
                                    

Deru mesin sudah terdengar sejak pukul tujuh pagi. Asma sibuk mempersiapkan barang untuk mesinnya. Mengangkat beberapa kardus berisi kabel dan menyiapkan plastik pembungkus. Tiba-tiba ada tangan yang bersenggolan dengan tangannya.

"Mas Khairul."

"Sini aku bantu." Khairul membantu Asma mengangkat kardus yang paling berat. "Aditya apa kabar?"

"Baik, Mas. Dia udah lulus," cerita Asma sambil memasang plastik pembungkus ke mesin. "Setahun lagi dia pulang. Gak sabar mau ketemu lagi."

"Bentar lagi tugasku selesai donk."

Asma menoleh pada Khairul. Ia tersenyum melihat Khairul yang tampak tak peduli. Meskipun dulu Khairul pernah menyakiti Asma, harus gadis itu akui kalau selama Aditya tak ada, Khairul memang menjaganya dengan baik.

"Terima kasih udah jaga aku selama ini."

"Iya. Sama-sama. Aku emang menyerah mengejar kamu. Tapi, aku gak pernah berhenti untuk sayang sama kamu."

Pipi Asma bersemu merah. Khairul langsung meninggalkannya begitu saja. Asma tak bisa merasakan apapun tentang Khairul. Rasa bencinya sudah melebur dengan rasa sayang sebagai seorang teman. Memang selama Aditya tak ada, Khairul banyak membantunya.

Asma pun mengingat kembali keadaannya dahulu. Saat ia mencintai Khairul namun patah hati, sampai ia menemukan Aditya. Dan sampai hari ini ia menjaga hatinya untuk Aditya. Rasa syukur memenuhi hatinya saat itu. Ia juga merasa hidupnya luar biasa beberapa tahun ini. Jatuh cinta, patah hati, depresi, semua dengan Khairul, hingga jatuh cinta lagi pada Aditya. Semua terasa indah. Dan itu membuatnya terharu. Ia sama sekali tak menyangka Tuhan akan menguatkannya sampai saat ini.

"Jangan bengong Asma," bisik Khairul.

Asma terkejut.

"Kamu bengong, aku udah selesai bantu semua mesin di sini."

Asma pun memukul manja lengan Khairul. Ia benar-benar tak suka diganggu seperti itu.

"Eh malu. Jangan pukul aku," kata Khairul.

"Makanya jangan gangguin aku."

"Siapa yang ganggu?"

"Kamu. Dasar Mantan!"

"Mantan Terindah Tetap Dalam Jiwa," kata Khairul sedikit becanda. "Raisa featuring Isyana Saravati."

Khairul sengaja mengibas lengan baju yang kena pukul Asma.

"Bekas dipukul mantan debunya harus hilang. Kalau nggak nanti aku terjatuh dan tak bisa bangkit lagi. Lalu aku tenggelam dalam lautan luka dalam. Terus tersesat dan tak tahu arah jalan pulang. Dan akhirnya aku tanpamu cuma remahan rengginang," katanya yang tertawa di akhir kalimat. "Udah ah. Aku pergi dulu."

Khairul kembali meninggalkan Asma. Asma terheran-heran melihat ulah Khairul yang mendadak konyol. Kemudian ia teringat sesuatu, kenapa Khairul bertingkah seperti Aditya? Ada apa sebenarnya?

Mas Budi menegor Asma. "Asma jangan bengong!"

"Eh Mas!" Hidung Asma mengkerut, ia mencium bau hangus dari mesinnya dan segera mematikan heater mesinnya. Mas Budi cuma bisa menggeleng. Asma nyengir.

"Awas ya kalo gosong lagi," kata Mas Budi memperingatkan.

"Nggak kok."

"Eh sekarang tuh si Khairul gak nafsu ngejar kamu lagi, ya? Kok dia kayaknya tenang-tenang aja."

"Nafsu? Apaan sih, Mas? Dia emang gak ada tujuan begitu kok."

"Masa sih?"

"Iya. Dia udah sadar diri. Apa yang dia sia-siakan gak akan kembali lagi."

AdityaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang