23. Masih Ada Harapan Disana

1.9K 137 8
                                    

Khairul duduk di balai yang terbuat dari bambu. Ia merasa senang bisa pulang kampung. Setelah semua yang ia lalui, resign dari mall, putus dari Yuni, ia sadar hidupnya harus lanjut. Selama sebulan lebih ia sama sekali tak menyentuh ponsel pintarnya. Ia berganti nomor lokal dan paling hanya sang ibu yang tahu nomornya.

"Le," sapa ibu sambil membawa jemuran yang sudah kering. "Ngopo toh bengong wae?"

"Aku ndak bengong, Bu."

"Le, Ibu mau tanya, gimana hubunganmu dengan Yuni? Jadi nikah ndak?" tanya ibu sambil melipat pakaian.

Khairul cuma tersenyum. Matanya berkaca-kaca. Ibu membelai punggungnya dengan lembut.

"Aku udah putus, Bu... Aku nda bisa paksakan cintaku." Jelasnya, "Akupun sudah sakitin hati seseorang... Sampai dia stress berat. Mungkin ini karma buat aku ya bu, karena..."

Khairul menceritakan semua yang dialaminya di kota pada ibunya. Pria itu menangis. Ia merasa sangat bersalah mencampakkan Asma. Dan ia menangis karena merasa selama ini telah salah melangkah.

"Sekarang Asma sudah dapat penggantiku, Bu... Aku ndak bisa miliki dia lagi... hiks..."

"Asma pasti baik sekali ya, pasti dia cantik." Ibu membayangkan wajah Asma.

"Ibu mau lihat?" Khairul menyalakan ponsel pintarnya, ia seka air matanya. Saat ponsel itu sudah siap, banyak pesan masuk. Tapi tak ia hiraukan. Ia langsung membuka galeri dan ia tunjukan foto Asma.

"Ayu tenan, le..." Puji ibu, "Lebih cantik ini daripada Yuni."

"Calon mantu orang, bu... Maaf ya."

"Buat apa minta maaf? Ibu percaya, jodoh, rezeki, maut, Allah yang atur. Nda mungkin kalau kamu nda ada jodohnya. Pasti Ada. Cuma belum tepat waktunya."

"Bu..." Khairul memandang ibunya, "Boleh nda, aku bantu bapak ibu di sawah dulu. Aku belum siap merantau lagi."

"Boleh. Selama kamu betah. Ibu malah senang ada temannya. Tapi... Apa iya kamu betah di sawah?"

"In Shaa Allah, bu... In Shaa Allah..."

Ibu mengelus rambut putranya. Ia merasa kasihan pada putra semata wayangnya.

"Le, ibu boleh ngomong sesuatu?"

"Apa, bu?"

"Ibu bersyukur kamu nda sama Yuni." Terangnya.

"Kenapa?"

"Nda tau, le... Nda sreg waktu kamu kenalin dia ke ibu."

Khairul cuma tersenyum. Ia merasa lega. Setidaknya ibunya tidak merasa kecewa saat ia putus dengan Yuni.

*****

Selepas shalat isya di masjid, Khairul pulang ke rumah. Ia segera masuk kamar dan membaca beberapa pesan yang masuk ke ponselnya.

Ada pesan dari banyak orang

Eko: Rul, si Yuni tadi ke kost nyariin kamu, dia otw ke kost Asma. Perasaan gue gak enak

Yuni: Mas kamu dmn?! Jgn tinggalin aku mas. Mas balas...

Yuni: Mas Irul. Kamu dimana?

Yuni: Aku akan bunuh diri kalau kamu ga balas juga!

Asma: Mas, Yuni kesini. Dia nyari kamu. Kamarku diobrak-abrik. Kamu dimana sih?!

Xxx: Woy bangsat! Cwek loe tuh bikin Asma masuk UGD. Loe dmn?

Xxx: Awas loe! Sampe loe berani muncul didepan gue, gue habisin loe!

AdityaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang