5. Nginep

3.1K 179 8
                                    

Asma kesal sekali hari ini. Mesin tuanya tidak beroperasi dengan baik. Dia mencari teknisi, tetapi teknisinya sedang cuti. Dia sudah lapor supervisor tentang mesinnya, tapi mereka belum dapat teknisi yang sedang punya waktu luang. Ditambah lagi ia ingat kejadian semalam. Perasaannya makin buruk saja. Ia pun menendang mesinnya.

"Eh, kamu!"

Asma menoleh. Dilihatnya Aditya berjalan dengan gaya yang sok sambil membawa tool box warna merah di bahunya.

"Mesinnya salah apa sampai ditendang begitu?" Aditya melotot ke arah Asma. Ia melihat mata Asma yang bengkak dan sembab, kesempatan untuk iseng nih. "Ih! Matanya bengkak. Sembab juga. Semalam habis nangis, ya?"

Asma melipat tangan di atas perut. Ia malu dan kesal disebut demikian.

"Urus aja tuh mesinku. Rusak."

"Kamu tahu kata tolong, enggak?"

Asma menghela nafas, kesabarannya sedang diuji. "Tolong aku, dong. Mesinku rusak."

"Yang enak dikit ngomongnya. Tambahin kata mas sedap tuh."

"Kenapa sih di saat begini dia masih bercanda juga?" pikir Asma.

Asma melembutkan suaranya. "Mas Aditya, tolong benerin mesinku, ya. Terus nanti jangan lupa di laporanku ditulis alasan mesinku yang rusak."

"Ya, Sayang. Ini juga mau dikerjain. Tadi Pak Tono udah minta aku urus mesinmu." Aditya menjalankan mesin Asma, tak lama langsung muncul bunga api. Kemudian mesinnya berhenti sendiri. Mati total. Aditya melotot pada Asma. "Dari tadi begini?!"

"Y-ya. T-tapi enggak sampai keluar api gitu!" Asma tertunduk. "Jangan melotot begitu! Aku takut!"

"Aku begini karena aku jengkel. Ini korsleting listriknya. Nasib baik kamu enggak kesetrum." Aditya mulai membongkar kotak listrik di mesin Asma. "Kamu jangan pergi. Di sini aja. Mesin lain enggak perlu ditolong. Semua masih bisa ditangani."

"Ya," balas Asma lesu.

"Matanya mau sekalian dibenerin enggak?" Lagi-lagi Aditya menggoda Asma. Ia keluarkan kunci Inggris nomor tujuh belas. "Pake ini. Diketok."

Asma manyun. Ia mendengus kesal. Aditya terkikik pelan. Dia mulai membetulkan mesin sambil sesekali melirik Asma. Sebenarnya ia ingin sekali bertanya serius kenapa mata gadis itu bisa bengkak. Tapi sepertinya ini bukan waktu yang tepat.

*

"Dit, lo bantuin ke Departemen Pengendali Mutu sana! Dua belas komputer kena virus semua," kata Yudi, senior Aditya di pabrik.

"Lha Mas, aku baru aja duduk. Habis benerin mesin sablengnya si Asma," protesnya. "Lagian di sana ada Agung dan Raka. Mas Yudi bisa juga benerin virusnya."

"Masalahnya gue mau boker. Mules banget. Enggak sempet nemuin mereka." Wajah Yudi mulai pucat. "Buruan gih. Ampun dah, enggak tahan gue."

Yudi langsung berlari meninggalkan Aditya dengan tampang begonya. Dengan langkah ogah-ogahan dia menuju Departemen Pengendali Mutu. Di sana dia melihat Agung dan Raka yang sedang mengutak-atik komputer utama.

"Kenapa tuh?" tanya Aditya.

"Nge-hang semua," jawab Raka. "Dua belas unit, Dit."

"Satu line stop semua." jelas Agung.

"Tadi yang pake komputer ini siapa?"

"Bang Andi," jawab Agung yang jengkel.

"Pantesan. Paling virus dari situs bokep."

"Gila lo. Kalau dia dengar, bisa mati lo." Raka menyikut Aditya.

"Ini datanya udah di back up semua kan?"

AdityaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang