34. Persahabatan Tiga Tahun

1.5K 115 12
                                    

Musim dingin di Jepang begitu buruk tahun ini. Aditya pun cuma bisa berdiam diri di hostel dengan temannya. Sinyal internet juga tak ada baiknya sama sekali. Semua mengalami gangguan. Dan akhirnya dia cuma berdiam diri meringkuk di kamar hostel bersama seorang temannya yang orang Jepang asli.

"Senja, kenapa kau?"

"Kedinginan." Aditya menarik selimutnya sampai ke dada.

"Kau ini sudah dua tahun di Jepang tapi belum bisa beradaptasi. Payah," desis Takeshi.

"Memang aku tak tahan cuaca dingin."

"Mau pergi minum tidak?" tawar Takeshi.

"Sejak kapan kau tahu aku hobi minum?"

"Oh ya. Kau kan tak bisa minum minuman keras."

"Kau ajaklah si Michael bersamamu."

"Aku tak mau."

"Kenapa?"

"Aku kalah saing mendekati perempuan cantik."

Aditya tertawa mendengar alasan Takeshi. Ya, si Michael-atau saat Takeshi menyebutnya Maiker-bule Kanada itu memang jauh lebih tampan dari Takeshi.

"Kenapa kau tertawa? Padahal nasibmu tak lebih baik dari aku. Tak ada perempuan mendekatimu."

"Ah tidak." Aditya duduk menghadap Takeshi, "Kau tahu Saori Tamada? Dia pernah mendekatiku."

"Wah, hebat sekali. Dia kan cantik. Lalu apalagi?"

"Aku tolak dia."

"Aduh, kau ini bodoh sekali. Perempuan sempurna seperti dia pun kau tolak."

"Aku sudah punya pacar."

"Yang beberapa kali video call denganmu itu? Ku kira itu adikmu. Azuma kan?"

"Asma. A. S. M. A. Dia pacarku. Sekali lagi, pacarku." Aditya mulai gemas karena Takeshi selalu menyebut Asma dengan Azuma.

"Eh Senja, kenapa kau sangat setia pada pacarmu?" Takeshi duduk mendekati Aditya.

"Karena dia sudah bersabar selama dua tahun ini menungguku."

"Masa hanya itu?"

"Aku sudah berjanji untuk menikahinya."

"Benarkah?" Takeshi menatap Aditya begitu serius sampai Aditya bergidik dibuatnya.

"Benar. Kau tahu, aku, aku jatuh cinta padanya karena dia begitu menyenangkan. Dulu dia polos sekali."

Takeshi melihat raut wajah Aditya berubah. Tatapannya menjadi sangat lembut. Sepertinya dia mengenang sesuatu yang sangat berharga.

"Kau tidak jadi pergi keluar?"

"Tidak. Ini sudah terlalu larut. Lebih baik kita tunggu saja si Michael pulang."

"Paling dia pulang dalam keadaan hangover," celetuk Aditya.

Bola mata Takeshi berputar. Ia sudah siap menyambut temannya yang akan muntah di kamar hostel itu. Akhirnya dia cuma bercerita pada Aditya-atau yang biasa ia sebut Senja - tentang beberapa kegalauan hatinya. Mereka juga berdiskusi tentang thesis mereka.

Pagi-pagi ada yang menggedor pintu hostel mereka. Aditya yang terbangun lebih dulu segera turun dari ranjang dan melewati Takeshi yang tergeletak tidur dilantai kamarnya. Tak lama ia dengar suara nyanyian dari balik pintu. Lagu "Like A G6" dari Far East Movement yang diselingi suara cegukan.

"C'mon guys. Open the door!" teriak orang dari luar dengan Bahasa Inggris yang fasih. Ia mengetuk pintu seperti hendak menggerebek pasangan mesum.

Aditya segera membuka pintu. Tubuh seorang pria bule berambut kuning pirang segera ambruk di lantai menimbulkan suara berenam begitu keras.

AdityaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang