43. Penutup

2.1K 131 21
                                    

Matahari sore bersinar begitu lembut. Warna langit didominasi warna jingga. Angin bertiup pelan. Pantai mulai sepi, namun ombak masih setia berkejaran sampai ke bibir pantai. Banyak orang meninggalkan pantai untuk kembali ke rumah. Dari jauh tampak Asma dan Aditya berdiri di bibir pantai memandang ke arah laut yang luas. Mereka berpegangan tangan, berlari menuju laut, dan biarkan kaki mereka basah terendam air asin.

"Jadi ini yang disebut bulan madu?" Tanya Aditya.

"Iya. Only for me and you. Tau gak, dulu waktu aku kecil, aku pikir bulan madu itu bulan yang benar-benar dikasih madu. Aku bilang ke ibuku, aku mau makan bulan madu. Eh malah dikasih martabak terang bulan." Cerita Asma.

Aditya tersenyum, ia kemudian bersenandung, "Hey moon please forget to fall down. Hey moon don't you go down."

"Lagunya gak nyambung ah. Itu kan bukan lagu romantis." Protes Asma.

"Ya kan aku cuma cari lirik lagu yang ada 'moon-moon'nya." Aditya berkilah sangat cepat. Ia mengajak Asma naik lagi ke atas pasir.

"Denpasar Moon juga ada 'moon'nya." Asma melipat tangan diatas perut.

"Emang kamu tau tadi aku nyanyi lagu apa?" Aditya memandang Asma lekat.

"Tau. Northern Downpour, kan?"

"Betul. Dan hadiahnya adalah..."

Aditya segera memagut bibir Asma. Mengejutkan. Jantung Asma berdegup cepat. Baginya ini sesuatu yang gila. Pria dihadapannya seolah tak peduli dengan lingkungan sekitar. Ia asyik saja mengisap dan sesekali mengigit bibir Asma. Asma kesulitan bernafas. Ia tak kuasa mengimbangi ciuman Aditya. Dan ketika semua selesai...

"Kamu... Gila..." Tunjuk Asma kearah Aditya. Nafasnya masih tersenggal-senggal.

"Kapan sih aku gak gila? Plis deh Asma, dua tahun lebih kita pacaran, sekarang udah nikah dan kamu masih gak nyadar?" Aditya bicara sambil tertawa.

"Mas Adit nyebelin!" Asma merajuk dan meninggalkan Aditya sendirian di pantai.

"Mau kemana?!"

"Ke hotel." Jawab Asma lantang tanpa menoleh. Ia terus saja berjalan lurus.

Aditya segera mengejar Asma dan mengangkat tubuh perempuan itu.

"Mas Adit! Nanti aku jatuh."

"Ngga sayangku. Aku kuat kok angkat kamu." Kata Aditya.

"Turunin ah." Pinta Asma memaksa.

Aditya menurunkan Asma. Mereka kemudian berjalan kaki sambil bergandengan tangan.

"Mas Adit punya mantan pacar berapa?"

"Satu."

"Namanya?"

"Asmadina Liza."

"Lho?! Itu kan aku?!"

"Ember... Yeiy kan sekarang istrinya I..." Aditya mulai kemayu, "Yeiy punya mantan berapa?"

"Satu. Si Khairul."

"Oh si Khai-Khai. Eh by the way, si khai-khai malam ini mau nembak si Sophia."

"Beneran mas? Wah dia move on donk."

"Iya. Dan kamu jangan khawatir sama dia lagi. Jangan mikirin dia lagi."

"Ay ay kapten." Asma memberi hormat pada Aditya.

"Cintanya sama Adit aja..."

"Siiip"

"Selamanya?" Aditya mengacungkan kelingkingnya.

"Selamanya." Asma mengaitkan kelingkingnya dengan milik Aditya.

"Mas Adit..." Asma menatap Aditya dengan penuh cinta. Ia rapatkan tubuhnya ke tubuh Aditya. Tiba-tiba...

"Asma!"

Asma langsung kabur setelah menurunkan celana pantai Aditya sampai terlihat celana dalam Aditya warna biru muda. Pria itu buru-buru menaikkan celananya dan mengejar Asma yang tertawa terbahak-bahak.

"Jail kamu! Awas ya!" Pekiknya. Mukanya merah menahan malu.

Asma menjulurkan lidahnya kearah Aditya. Mereka saling mengejar. Dan mereka berhenti mengejar saat melihat matahari mulai turun.

"Sunset..." Ucap Aditya lirih.

"Cantik, ya."

Dan tak lama gelap mulai menyelimuti. Beberapa penduduk mulai menyalakan lampu.

"Ayo pulang..." Aditya membuka tangannya yang langsung diraih oleh Asma. Mereka berjalan sambil bergandengan mesra. Terdengar suara Asma bersenandung lagu romantis, Aditya mengecup kepalanya. Dia sayang sekali pada perempuan ini. Perempuan pertama yang meluluhkan hatinya dengan sikapnya yang ajaib.

"Aku mencintaimu Asma. Aku telah berjanji pada Tuhan untuk menjagamu. Semoga kita selalu bersama Asma."

End...

*****

Bogor, 29 April 2017.

Terima kasih sudah mau baca.

AdityaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang