20. Semua Berubah

1.9K 157 5
                                    

Khairul mengunci diri di kamarnya. Sungguh ia merasa bodoh atas kejadian tadi. Betapa mudahnya dia jatuh kepelukan perempuan yang benar-benar sudah menyakiti hatinya berulangkali. Di dalam kamar kostnya ia mengutuk dirinya sendiri. Khairul tak menyadari kedatangan Yuni sampai akhirnya perempuan itu mengetuk pintu kamarnya dari luar berkali-kali.

"Mas! Buka, Mas! Mas, jangan marah begitu!"

"Pulanglah, Yuni! Aku sudah muak!" teriak Khairul dari dalam kamar.

"Mas buka!" teriak Yuni tak kalah lantang. Ia menambahkan, "Mas kalau kamu gak mau buka pintunya, aku akan bunuh diri ditl tempat ini!"

"Silahkan loe ancam gue semau loe!" balas Khairul. "Loe mau mati kek, mau apa kek gue gak peduli! Loe di mana waktu gue masuk ICU gara-gara loe?"

Yuni pun merosot di balik pintu Khairul. Namun ia masih menggedor pintu itu dengan lemah.

"Cuma Mas Khairul yang mengerti aku," katanya.

"Dan cuma Asma yang tulus sama aku! Tapi sekarang dia pergi sama cowok lain! Karena aku balik sama kamu, aku sakiti perasaan dia!"

"Mas!" Yuni memohon. Air matanya mulai menggenang.

"Yuni pulang! Sana pulang!" Suara Khairul terdengar marah.

Dengan langkah gontai Yuni meninggalkan kamar Khairul. Pikirannya kosong. Yang ada cuma dendam di hatinya. Baginya ini semua karena Asma. Kenapa Khairul, Aditya, dan Dewa bisa sebaik itu sama Asma? Apa bagusnya sih cewek itu? Perlahan-lahan, ia pun bertekad untuk balas dendam.

*****

"Ya. Pacaran depan kost lagi kita." keluh Aditya. Ia tersenyum kecut.

"Gak apa-apa. Yang penting sama kamu. Aku gak nyangka pertemuan tadi lho."

"Sama. Parah ya. Kayaknya aku harus belajar jaga mulut deh."

"Caranya?"

"Kamu cium aku tiap hari." Aditya menunjuk bibirnya dan mulai monyong minta cium. Asma tersenyum dan langsung mendorong bibir Aditya dengan dua jarinya.

"Eh, kamu bangga gak sih punya cowok pintar?"

"Bangga donk," jawab Asma, "Kamu dan Mas Budi tuh pintar. Soalnya bisa taklukin mesinku yang gila."

"Masalah kita sekarang gak semudah itu Asma." Aditya mendadak serius.

"Maksudnya?"

"Aku terpilih jadi kandidat pemenang beasiswa ke Jepang dari perusahaan."

"Bagus donk. Artinya kamu pintar."

Krik! Bukan ini yang Aditya harapkan. Padahal Aditya berharap Asma menangis untuk tidak ditinggalkan ke Jepang olehnya.

"Apa kamu mau ditinggal tiga tahun lebih?"

Asma menoleh ke Aditya. Aditya malah menatap lurus kedepan. Dan Asma menyandarkan kepala ke bahu Aditya. Ia pun merasa bimbang. Mereka saling menggenggam tangan.

"Asma ragu, ya? Aku juga kok. Emang sih orang sekarang kalau LDR pun gampang, kan banyak aplikasi komunikasi yang oke. Tapi tetep aja kan gak seindah kalau ketemu langsung?"

"Terus Mas maunya apa? Kalau Mas mau beasiswa itu ya, Mas boleh ambil. Aku gak ada hak buat larang, Mas."

Aditya menghela nafas. "Aku pengen nikah. Adit mau ikat Asma. Kan Adit sayang sama Asma. Tapi maaf kalau LDR habis nikah."

Mata Asma berbinar. Ia makin erat menggenggam tangan Aditya. Dan entah dari mana asalnya-mungkin di kamar atas-Bang Ucup menyanyikan lagu Dia milik Anji diiringi oleh gitar.

AdityaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang