32. Tak Pernah Menyerah

1.4K 119 10
                                    

Kenyamanan memang bisa membuat seseorang tergila-gila pada kita. Contohnya Khairul yang tergila-gila pada Asma. Ia sudah pernah merasakan kenyamanan saat bersamanya. Dan kini dia menginginkannya lagi.

Jalannya sudah terbuka lebar setelah Aditya memutuskan pergi ke Jepang. Sudah hampir setahun. Baginya, ini saat-saat hubungan jarak jauh yang kritis. Kepercayaan dipertaruhkan. Waktu menjadi lebih mahal. Rasa curiga selalu membayang. Asal pintar menikung, Asma pasti jadi miliknya.

Sementara itu di sisi lain, Asma sedikit banyak mengetahui apa yang Khairul mau. Namun ia belum tertarik (atau sama sekali tidak tertarik) pada Khairul. Ia tak mau menjadi bodoh untuk kedua kalinya. Kali ini dia harus punya prinsip, hatinya untuk Aditya. Hubungan jarak jauh bukan perjuangan satu pihak saja kan?

Melihat banyak temannya yang sudah menikah, mulai membuat Asma bertanya kapan gilirannya. Kadang ia pun bertanya pada Aditya, kapan giliran mereka menikah. Jawaban Aditya selalu saja: As Soon As Possible. Aditya tak berani menjanjikan karena takut ia tak bisa menepatinya.

"Jadi kalau kamu pulang, belum tentu kita langsung nikah?" tanya Asma saat bervideo chat dengan Aditya suatu malam.

"Ya semua butuh proses. Aku juga di sini sambil ngumpulin modal buat nikah. Aku kan mau yang terbaik buat kita," jawab Aditya. "Kamu gak usah khawatir. Kamu hebat ya. Sudah hampir setahun, dan kamu udah berubah banyak."

"Masa sih?"

"Iya. Udah jarang ngeluh sama aku. Eh iya, gimana tuh si Khairul?"

"Kok tanya si Khairul sih?"

"Siapa tahu kamu diam-diam balikan sama dia." Aditya berdehem.

"Iiihh.... Mas Adit, gitu amat mikirnya. Emang sih dia dekatin aku terus. Tapi masa sih aku mau dibegoin untuk kedua kalinya. Perempuan tangguh harus punya prinsip."

"Dahsyat!" Seru Aditya semangat seperti seorang ketua multi level marketing yang sedang seminar mencari downline.

"Mas, kamu masih ngerokok gak? Masih kentut sembarangan gak?"

Aditya tersenyum jahil. "Merokok udah nggak. Smoking Area hampir gak ada sih. Rokok juga mahal. Kalau kentut sembarangan, masih."

"Hahaha. Kasian teman hostelmu donk."

"Apaan?! Malam minggu malah perang kentut," jawabnya mengejutkan Asma  "Aku dapat teman hostel gila semua. Ada bule Kanada penggila pesta, ada orang Jepang asli yang disiplin banget tapi kocak. Dan mereka hobi kentut."

Asma tertawa mendengarnya. Tak terbayang deh baunya ruangan itu saat terjadi perang kentut. Mungkin esok hari harus disemprot pewangi berkali-kali untuk menghilangkan aroma busuknya.

"Gak bobo sayang?" tanya Aditya.

"Mas Adit ngantuk ya?"

"Kok tau?"

"Keliatan dari matanya. Dis ini baru jam sembilan malam."

"Disini jam sebelas. Aku boleh tidur gak? Capek. Ngantuk. Dingin..." keluh Aditya.

"Ya udah. Bobo deh."

"Kiss dulu." Bibir Aditya mulai dibuat monyong.

"Mmmuah..."

"Mmmmuah... Bye sayang. Prince Charming mau bobo dulu."

"Bye, Jelek." Layar ponsel Asma langsung mati total. "Lho? Kok mati?"

Asma langsung mencari charger ponselnya. Lalu layarnya mulai menyala.

"Oalah! Baterainya habis toh?!"

AdityaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang