9. Perang Di Mulai

2.1K 182 3
                                    

Ada yang lain di wajah Asma hari ini. Ia tampak bersedih. Jam makan siang pun ia gunakan untuk mengaduk-aduk nasi. Zakiyah yang melihatnya jadi tidak tahan untuk tidak bertanya.

"Kenapa kamu gak makan? Ada masalah?"

"Aku kangen sama Khairul." jawab Asma lirih.

"Kamu gak sadar ya, Yuni tuh selalu pasang mata buat liatin kamu dari belakang." Zakiyah melirik Yuni yang duduk tak jauh dibelakang Asma.

Asma menoleh sedikit ke belakang. Ya ada Yuni, "Aku tau. Beberapa hari yang lalu Khairul datang ke kost."

"Kapan?"

"Lupa. Tapi belum lama."

Zakiyah mencoba mengingat sesuatu, "Jangan-jangan yang ada suara berisik malam-malam itu, ya?"

Asma mengedikkan bahu. Ia melihat Aditya membawa makanan. Awalnya dia melihat Asma tapi kemudian ia membuang muka dan memilih kearah temannya.

"Kok Mas Adit jadi begitu, ya?"

"Kemarin aku curhat masalah Khairul ke Aditya." jawab Asma tanpa dosa.

"Ih! O'on! Kamu tuh gak sadar ya kalau Aditya itu suka sama kamu. Oke dia emang gak terlalu agresif. Itu juga karena kamu masih nyebut nama Khairul almost everyday," jelas Zakiyah panjang lebar, ia menyeruput es teh manisnya, "Dia tuh cuma nyari waktu yang tepat. Lagian coba deh kamu liat Mas Adit, kurang apa sih dia?"

Asma memandang Aditya dari jauh. Apa sih yang kurang? Wajahnya cakep, kulitnya bersih, rambutnya rapi berwarna cokelat tua, badannya tinggi tegap, pintar, punya pekerjaan tetap.

"Malah udah cocok jadi suami. Tapi kalau dia dan Herjunot Ali dijejerin ya, tetep aja gue milih Herjunot Ali. Hehehe."

Zakiyah dan Asma tertawa. Asma paham betul Zakiyah ngefans setengah mati sama Herjunot Ali. Dulu mereka sering berburu banyak  majalah yang ada posternya Herjunot Ali.

"Tapi tetep ya walau selera cowok kamu sekelas Herjunot Ali, kalau soal musik pokoknya Didi Kempot is the best." balas Asma.

"Didi Kempot Is Number One lah pokoke."

Mereka melanjutkan makan siang. Lalu ngobrol ngalor ngidul tentang masa depan dan pendamping hidup.

*****

Hari minggu kamu gak lembur kan? Nanti jalan sama aku.

-Aditya-

Pesan pendek itu masuk ke ponsel Asma tepat menjelang tidur. Seharian ini Aditya memang tak bicara padanya. Sikap Aditya yang mendadak dingin lumayan mengusik pikirannya.

Tok tok tok.

Asma segera bangkit dari kasur. Ia mengintip dari jendela. Khairul lagi. Ia tak mau membuka pintu dan kembali meringkuk diatas kasur.

TING!

Asma, tolong buka. Sebentar saja.

-Unknown-

Sebuah pesan dari nomor asing masuk. Pasti nomor Khairul. Asma terpaksa membuka pintu. Khairul tersenyum. Tatapan Asma begitu kosong.

"Apa?"

"Apa bisa kita bicara sebentar? Tentang Aditya."

"Mas," ucapnya lirih, "Siapapun Aditya, dia gak akan ganggu kita. Dia gak akan usik hidupmu. Udah. Jangan berpikir macam-macam. Nikmati hidup kamu."

"Aku gak rela liat kamu dengan dia"

"Aku juga gak pernah rela liat kamu dengan Yuni. Aku memang cinta sama kamu sampai detik ini, tapi aku gak mau terluka lagi."

AdityaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang