Zakiyah berjalan sendirian malam itu setelah pulang dari kost temannya. Dari belakang ada yang mengejutkannya dengan klakson motor. Ia mengenali motor itu. Motor Khairul.
"Ki, ngapain sendirian? Mau kemana?" tanya Khairul dari atas motornya.
"Mau pulang." jawab Zakiyah.
"Gue anter, ya. Bahaya kalau perempuan jalan sendirian malem-malem."
"Aduh. Tapi nanti Yuni...-"
"Gue yang tanggung jawab. Ayo naik." suruh Khairul.
Tanpa pikir panjang Zakiyah segera naik duduk di belakang tubub Khairul. Mereka berdua mulai melaju di jalanan.
"Asma gimana kabarnya?" tanya Khairul.
"Baik. Dia bahagia sama di Aditya sekarang." jawab Zakiyah. "Mereka udah jadian lho."
"Apa Aditya itu orang baik?"
"Baik banget. Dia cinta mati sama Asma. Gue yakin dia gak akan nyakitin Asma."
"Tapi gue gak yakin." Khairul melirik sejenak pada Zakiyah.
"Yakin aja. Maaf ya, Aditya jauh lebih baik dari kamu. Dia pintar. Tapi salah satu sifat jeleknya, dia pendendam. Hati-hati sama dia."
Khairul terdiam. Ia ingat ancaman Aditya saat di pantai. Nasib baik Aditya tidak menghabisi nyawanya saat itu.
Setelah hampir tiga puluh menit, Motor Khairul memasuki area kost. Di sana ramai pemuda pemudi. Maklum saja, ini cuti panjang. Ia pun melihat Asma dan Aditya baru memasuk area kost.
"Hei." kata Aditya. "Apa kabar, Bro?"
Aditya memandang ke arah Khairul. Ia juga tiba-tiba mengenggam tangan Asma, seolah berkata kalau ini pacar gue. Suasana mendadak canggung.
"Baik." jawab Khairul.
"Udah gak teler lagi, Bro?" sindir Aditya.
"Teler?" Asma menoleh ke arah Khairul dan Aditya bergantian. Zakiyah pun tampak heran.
"Hm. Bukan kok." sanggah Aditya, "Dia hobi minum es teler, kan? Yuni cerita lho."
"Hm. Ah. Iya betul. Gue doyan banget es teler." tambah Khairul. Ia tahu Aditya sedang berbohong. Terpaksa ia mengakuinya demi nama baik dia juga.
"Masuk, yuk. Gue baru beli martabak keju. Kita ngopi dulu bro." ajak Aditya.
"Gak usah." tolak Khairul.
"Ayolah, Bro. Loe juga bisa ajak tuh si Yuni ke sini."
Asma dan Zakiyah kompak menginjak kaki Aditya. Wajah Aditya langsung berubah meringis. Dasar Aditya! Mau buat perang dunia ketiga?
"Nggak usah. Makasih banyak."
"Ayolah, Bro." Aditya menarik Khairul turun dari motor. "Di kamarku lho kita ngobrolnya."
Melihat Aditya begitu semangat menarik Khairul, Asma dan Zakiyah cuma saling berpandangan. Mereka berdua keheranan. Dan tak bisa menebak isi kepala Aditya.
"Cowok loe sakit jiwa, Ma."
"Iya." Asma menggenggam tangan Zakiyah. "Gue jadi takut."
"Ayo disusul. Takut mereka ribut lho. Dasar Aditya! Miring bener otaknya."
Mereka menyusul Aditya menuju kamarnya diatas. Ternyata di sana Aditya sudah menyuguhkan kopi pada Khairul. Khairul pun sudah mencuci kakinya di kamar mandi dalam kamar Aditya (Aditya mengambil salah satu kamar dengan fasilitas kamar mandi dalam dan kamarnya lebih besar). Perasaan kedua perempuan itu lega. Setidaknya Khairul tidak cedera sedikitpun. Ia pun melihat Aditya menyuguhkan martabak pada Khairul.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aditya
Romance#15 General Fiction : 17 September 2016 LENGKAP Hidup Asma berubah di kota ini. Dia bertemu Khairul, mantan pacar yang bikin dia susah move on. Yuni, pacar Khairul yang begitu posesif dan menyebalkan. Dia juga bertemu Aditya, teknisi muda yang terny...