18. Muncul Kembali

5.7K 665 14
                                        

Bintang menatap lurus ayahnya yang kini tengah duduk di ruang keluarga bersama wanita yang sudah dikenal Bintang sejak kecil. Wanita itu Tante Sarah—teman kantor ayahnya sekaligus sahabat ibunya semasa sekolah. Tidak heran semenjak dulu ayah dan ibunya kerap kali beradu mulut dan terlibat cekcok yang tidak berkesudahan.

"Sini, Bintang," panggil Tante Sarah sambil menepuk sofa di sebelahnya yang kosong. Bintang tidak beranjak dari tempatnya berdiri. Dia tidak suka berada di sini.

Dia ingin pulang ke rumah Oma.

"Bintang," kali ini ayahnya yang angkat bicara. Ayahnya menoleh kepadanya, menatapnya dengan tatapan kamu-harus-menurut. Mau tidak mau, Bintang menyeret dirinya dan duduk di samping Tante Sarah.

"Bintang kelas berapa sekarang?" Tante Sarah berbasa-basi.

Bintang tidak menjawab. Ia bahkan tidak bisa menatap wajah Tante Sarah—karena jika dilakukannya, yang dilihat Bintang hanya penghianatan yang dilakukan oleh wanita itu terhadap ibunya.

"Bintang?" Tidak mendapat jawaban, Tante Sarah kembali bersuara.

"Li—lima, Tante."

"Ibu," koreksi wanita itu cepat. "Nggak usah panggil Tante lagi, dong. Kamu kayak ngomong sama siapa aja."

Ibu. Dia menyebut dirinya ibu? Berani-beraninya.

"Tapi Tante bukan ibu Bintang," ucap Bintang pelan, namun cukup untuk membuat ayahnya dan Tante Sarah membelalak kaget.

Setelah itu, Bintang berdiri dari tempatnya duduk dan beranjak keluar rumah. Tidak dipedulikannya ayahnya yang berteriak menyuruhnya kembali.

Bintang tidak mau dan tidak akan kembali.

***

"Alvian?"

Bintang bergerak maju, melihat dengan jelas laki-laki yang berdiri di hadapannya saat ini. Meski sangat berbeda dari yang dulu Bintang kenal, tapi dia tidak salah lihat. Itu benar-benar Alvian.

"Apa kabar?" Alvian mengulangi pertanyaannya masih dengan nada mencemooh yang sama. "Hidup lo bahagia?"

"Kamu... kamu yang ngirim semua itu?" Alih-alih menjawab Alvian, Bintang malah bertanya. Dia masih tidak percaya. Dikiranya ia tidak akan lagi bertemu dengan Alvian sepanjang sisa hidupnya. Ternyata ia salah.

"Kenapa? Lo kecewa?" Alvian tertawa sinis. "Lo masih naïf kayak dulu, ya."

"Tunggu, lo kenal dia?" Dewa bertanya pada Bintang.

Bintang yang tidak melepaskan sedetik pun pandangannya dari Alvian hanya mengangguk pelan sebagai jawaban. Dengan begitu, Dewa mundur selangkah—tahu bahwa masalah yang ada di antara Bintang dan Alvian bukan sesuatu yang bisa dicampurinya.

"Bintang! Sori gue la—" Thalia yang bergerak terburu-buru dari laboratorium Fisika mendadak menghentikan langkahnya. Ucapannya terputus. Lidahnya seakan beku melihat seseorang yang kini berdiri di hadapan Bintang.

"Alvian?" Thalia tidak kalah kagetnya.

"Hai, Thalia, makin cantik aja." Alvian mengembangkan senyuman yang berbeda dari senyum yang tadi. Kali ini lebih flirty, karena seperti itulah Alvian pada Thalia sejak dulu.

BintangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang