2. Mawar Hitam

10.7K 878 59
                                    

Sejak kedua orangtuanya bercerai, Bintang tinggal bersama neneknya dari pihak ibu. Gadis itu tidak pernah sekalipun merasa keberatan tinggal bersama neneknya. Neneknya baik, selalu membuatkannya susu coklat sebelum tidur, dan membacakannya cerita dengan suara rendah yang lembut. Tidak jarang juga beliau merajutkannya baju hangat yang cantik.

Oma adalah orang favorit Bintang.

Oma membuka sebuah toko bunga di pekarangan rumah, dan sebuah butik kecil yang menjual hasil rajutan tangannya, yang biayanya cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka berdua dan mempekerjakan seorang pegawai untuk menjaga toko. Bintang belajar dari prinsip hidup neneknya itu—lakukan apa yang kau cintai, dan cintai apa yang kau lakukan. Oma cinta bunga dan merajut, maka ia hidup untuk dan dari keduanya.

Bintang ingin menjadi seperti itu suatu hari nanti.

Pernah sekali waktu, saat berumur sepuluh, Bintang ikut membantu di toko bunga karena berpikir ia juga punya ketertarikan pada bunga-bungaan. Namun ternyata ia salah. Karena sejak menginjakkan kaki di toko, gadis itu hanya duduk di belakang meja kasir sembari menguap, berharap tanda 'OPEN' di pintu depan segera dibalik agar ia bisa segera pulang. Satu-satunya yang menarik perhatian Bintang adalah Oma yang kelihatan sangat bahagia dikelilingi bunga-bunga berwarna-warni, memotong tangkai bunga dan menyejajarkan tingginya, lalu merangkai berbagai jenis bunga dalam satu buket besar dengan senyuman merekah di wajahnya.

"Oma, ini bunga apa?" tanya Bintang waktu itu, sembari menunjuk bunga berwarna putih yang tidak jauh darinya. Bukannya ia benar-benar ingin tahu, hanya saja mengobrol dengan Oma rasanya bisa membunuh waktu yang berjalan lambat kala itu.

Oma yang sedang sibuk memotong tangkai bunga menoleh untuk melihat bunga yang dimaksud cucunya itu. "Oh, itu namanya Anyelir," kata Oma. "Anyelir putih artinya ucapan semoga beruntung," jelasnya tanpa diminta.

Bintang mengangguk-angguk kecil, lalu menunjuk satu bunga lagi. "Kalau ini?" Tunjuknya pada bunga yang menguncup berwarna merah muda.

"Itu Tulip," jawab Oma, sambil melanjutkan pekerjaan memotongnya yang sempat terhenti. "Tulip merah muda artinya kepedulian."

"Biasanya dibeli buat apa, Oma?" Bintang menopang dagu lalu menatap neneknya dengan sedikit rasa minat.

"Bisa buat teman yang lagi sakit," jawab Oma. "Buat ngucapin selamat juga bisa."

Bintang mengangguk sekali lagi sembari bergumam tanda paham. "Kalau yang itu?" Ia menunjuk bunga yang sedang dipotong oleh neneknya. Bunga-bunga tersebut berbeda dari bunga lainnya di toko itu, karena warna hitamnya yang terkesan suram di antara bunga berwarna-warni.

"Ini Mawar," jawab Oma.

"Mawar?" Bintang mengernyit. "Bukannya Mawar warnanya merah, Oma?"

Oma tersenyum mendengar pertanyaannya. "Ini Mawar hitam, Bintang."

"Artinya apa?" tanya Bintang.

"Mawar hitam berarti kematian, kehilangan, atau kehampaan. Orang-orang biasanya beli bunga ini sebagai bunga pemakaman," jelas Oma. "Bunga ini juga bisa berarti kebencian," tambahnya.

Bintang mengangguk-angguk paham saat itu.

Tidak tahu bahwa beberapa tahun yang akan datang, informasi yang diberikan neneknya itu akan menjadi berguna. Mawar hitam dan kebencian.

***

Hari Jum'at pagi, Bintang berjalan menyusuri koridor tempat lokernya berada dengan pelan. Lokernya tidak begitu jauh dari kelas—hanya berbeda satu lorong koridor, sehingga ia tidak mungkin nyasar. Bintang memasukkan kunci ke lubang lalu membukanya dengan pelan.

BintangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang