25. Ingatan Tentang Alvian

5.3K 650 53
                                    

Bisikan demi bisikan samar-samar terdengar oleh telinga Bintang sejak menginjakkan kaki di gerbang sekolah. Wajar saja, mengingat gosip miring tentang dirinya dan Langit yang beredar luas tempo hari. Banyak yang menghujatnya, diam-diam maupun terang-terangan. Apalagi, pagi ini Bintang berangkat ke sekolah bersama Langit juga Dewa, menambah parah hujatan-hujatan yang diterimanya.

Tapi bukan Bintang namanya kalau dia peduli.

Gadis itu berjalan tegak seperti biasa di koridor sekolah, tersenyum sinis pada segerombolan perempuan kelas sebelah yang tertangkap basah sedang menggunjing tentang dirinya. Melihat Bintang, mereka langsung mundur perlahan lalu menghilang sama sekali, takut terlibat masalah serius dengan gadis yang terkenal galak itu.

"Bintang." Thalia menyapanya lemah ketika mereka berpapasan di lorong loker. Saat melihat Bintang, gadis itu langsung berhenti dan mematung di tempat.

"Hai," balas Bintang sekenanya. Bel masuk sebentar lagi berbunyi, maka dari itu lorong loker sedang ramai-ramainya oleh siswa yang mengambil buku pelajaran pertama mereka. "Kenapa?" Bintang bertanya heran karena tidak seperti biasanya, wajah temannya itu pucat pasi.

"Lo–belum lihat?" tanya Thalia takut-takut.

Bintang menernyitkan dahi. "Liat apaan?"

Namun sebelum mendengar jawaban Thalia, Bintang sudah paham apa yang dimaksud temannya itu. Bintang melihat lokernya ditempeli potongan-potongan kertas koran. Orang-orang yang berhenti untuk melihat loker tersebut segera membuka jalan saat menyadari si empunya loker sudah datang.

Bintang menarik salah satu potongan koran tersebut, membaca tagline beritanya. Kecelakaan Maut Menewaskan Sepasang Suami Istri.

Membaca itu, perut Bintang terasa mual. Segera diremas potongan koran yang di tangannya, berikut dengan potongan-potongan lain yang menutupi lokernya.

"Ini siapa yang nempelin?" tanya Bintang kepada Thalia yang mengikutinya dari belakang.

Thalia mengedikkan bahu pelan. "Gue juga baru datang," katanya. Kemudian ditatapnya Bintang dengan raut wajah khawatir. "Lo nggak papa?"

Bintang terdiam dan menghela napas berat. Alih-alih menjawab pertanyaan Thalia, gadis itu malah memandangi ke sekitarnya tajam. "Lo semua ngapain?" tanyanya dengan nada rendah namun menusuk.

Sontak kerumunan itu—yang kebanyakan adalah murid perempuan—bubar, menyisakan bisik-bisik di udara yang tidak jelas sumbernya, namun masih dapat tertangkap indera pendengaran.

Lo baca artikel korannya?

Tentang kecelakaan yang waktu itu sempat heboh kan?

Hubungannya sama Bintang apa ya?

Masa sih Bintang yang bikin kecelakaan itu terjadi? Kejadian itu kan udah lama, pas kita masih kecil.

Ya bisa aja sih. Bintang kan rada psikopat gitu.

"Lo... nggak papa?" tanya Thalia sekali lagi, memastikan temannya itu baik-baik saja.

"Iya," jawab Bintang. Gadis itu mencabut semua artikel koran yang tertempel di permukaan lokernya lalu membuangnya ke tempat sampah terdekat—tempatnya biasa membuang Mawar hitam kiriman di lokernya.

BintangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang