27. MOS Hari Ketiga

8.7K 759 297
                                    

Bintang mengernyit seraya mendengarkan penjelasan Langit yang sejak tadi ngalor ngidul. Mereka tengah berjalan menyusuri koridor basecamp ekstrakulikuler yang berada di sebelah koridor laboratorium sekolah. Gadis itu hanya manggut-manggut, meskipun agak heran dengan Langit yang tidak biasanya tampak terdistraksi. Tubuhnya di sana, berjalan di sebelah Bintang, namun pikirannya entah kemana.

"Ini basecamp klub broadcasting," jelas Langit menunjuk ruangan tertutup di sebelahnya yang tampak kosong. "Mereka yang ngurus majalah sekolah."

"Hah?" Untuk kesekian kalinya Bintang bertanya tidak paham. "Bukannya majalah sekolah diurus sama klub jurnalistik?"

"Emang iya." Langit menatap Bintang sama herannya. "Tadi gue ngomong apa?"

Bintang hanya mendengus dan berjalan mendahului Langit, sama sekali tidak berniat mengoreksi kesalahan cowok itu—yang sejak tadi sudah banyak sekali. Bintang sampai bingung sendiri dibuatnya.

Dia bahkan merasa bahwa di sini, posisinya adalah Langit murid baru sedangkan Bintang pengawas MOS-nya.

"Sorry, sorry, gue nggak fokus," kata Langit sembari berusaha menyejajari langkah Bintang.

"Tahu, kok." Gadis itu mengedikkan bahu. "Dari tadi gue kayak ngomong sama orang baru bangun tidur. Ngelantur mulu."

"Sorry," ucap Langit sekali lagi.

Bintang lantas menghentikan langkah sejenak. "Lo kenapa, sih?" Dia tidak tahan untuk tidak bertanya.

Langit juga ikut menghentikan langkahnya. Untuk sesaat mereka berdua berdiri dalam diam di koridor tersebut, dengan Bintang yang menatap Langit semakin bingung.

"Bintang," panggil cowok itu pelan.

"Hm?"

"Kalau misalnya nih, ya," Langit mengembuskan napas berat sebelum melanjutkan, "Misalnya."

"Misalnya apa?"

Langit terdiam sesaat. Tampak menimbang-nimbang. Berpikir. "Nggak jadi deh," putusnya pada akhirnya, yang membuat Bintang malah semakin sebal.

"Ih, apaan sih. Nggak jelas banget."

Keduanya lalu lanjut menapaki koridor basecamp sampai ke ujung. Bintang hanya mendengarkan penjelasan Langit seadanya—yang artinya masuk telinga kanan keluar telinga kiri. Langit pun juga hanya menjelaskan seadanya—yang artinya sama melanturnya dengan tadi.

Sampai di ujung, di basecamp terakhir di koridor tersebut. Basecamp Klub Fotografi, Bintang membaca papan yang tertera di depan pintu ruangan tersebut. Seketika dia tahu bahwa basecamp itu merupakan salah satu wilayah teritorial Langit, mengingat cowok itu termasuk anggota klib fotografi.

"Mau masuk dulu?" tawar Langit sembari menunjuk ruangan basecamp klubnya. "Kebetulan anak-anak lagi pada nyuci foto buat pameran di pekan seni dan kebudayaan kota," jelasnya.

Bintang mengangguk menyetujui. Kenapa tidak? pikirnya. Kemudian dia beserta Langit memasuki ruangan tersebut.

Di dalamnya ada beberapa orang. Semuanya sibuk dengan kegiatan masing-masing. Penerangan di dalam ruangan itu remang-remang, seadanya. Terdapat meja di tengah yang ditempati oleh nampan-nampan berisi cairan kimia yang Bintang duga sebagai bahan untuk mencetak foto. Disekeliling meja tersebut terdapat tali jemuran foto—banyak foto yang baru saja dicetak tergantung di sana.

BintangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang