#Feel

4.8K 285 14
                                        

Di sisi lain, di Lukedonia, Lascrea seperti biasa duduk di tahta dan diam seribu bahasa. Keheningan sudah menjadi hal yang biasa dalam ruangan itu. Biasanya, Lascrea akan bermeditasi dalam keadaan seperti itu. hanya meditasi ringan, duduk diam dan mengosongkan pikirannya. itu satu - satunya hal yang bisa ia lakukan.

Namun hari ini, ada yang berbeda. Pikirannya tidak kosong seperti biasanya. Beberapa hari terakhir entah mengapa ia terus memikirkan seseorang. Kadang ia tersenyum - senyum sendiri, dan hal itu berhasil membuat para kepala keluarga terheran - heran dengan sikap lord nya itu.

"Lord, apa yang sedang kau pikirkan? Nampaknya kau begitu bahagia akhir - akhir ini," kata Gechutel memulai percakapan.

Lascrea langsung terkejut mendengar perkataan Gechutel.

"Oh, em. Ah! iya.. a- aku.. Aku sedang memikirkan bunga bunga di taman. Aku ingin sekali pergi ke sana. Jadi, aku terus memikirkannya," jawab Lascrea gelagapan.

Gechutel ber-oh pelan sambil mengangguk. "Jika anda benar - benar ingin pergi ke sana, pergilah. Untuk sementara kami yang akan berjaga di sini," ucap Gechutel lagi dengan senyum tipis.

Lascrea terdiam sejenak. "B-baiklah.. aku akan pergi .. sekarang," Lascrea pergi dengan wajah memerah yang membuat para kepala keluarga semakin heran. Lascrea tidak pernah bersikap seperti itu sebelumnya.

***

Lascrea menghela nafas panjang. gadis itu duduk di bangku kecil yang berada di pinggir taman. menatap langit cerah sembari mengingat tingkah lakunya tadi di depan para kepala keluarga. "Astaga, Apa yang ku pikirkan?" gumam Lascrea.

"Raizel .. Kenapa kau selalu membuatku bahagia sekaligus khawatir? " ucap Lascrea. Pikirannya melayang kembali saat bagaimana ia menyelamatkan para kepala keluarga dan Lukedonia hari itu.

"Hmm.. Bagaimana ya kedaannya? Apa dia baik - baik saja sekarang? Apa sebaiknya .. aku menemuinya?" sambung nya.

Tanpa ia sadari, seseorang tengah memerhatikannya dari kejauhan. seorang pria tua dengan rambut perak bergaris hitam itu tengah tersenyum mendengar segala yang dikatakan Lascrea. baiklah, salahkan sang Lord karena bergumam terlalu keras.

"Lord Lascrea.." tiba - tiba terdengar suara dari belakang lascrea. Orang itu adalah Gechutel. Ia telah mendengar semua perkataan lord. Lascrea yang sedang melamun tiba tiba terkejut ketika mendengar suara seseorang dari belakang. Ia hanya bisa diam tak berkutik karena rasa malunya.

Gechutel hanya tersenyum.

"Tidak apa apa. Serahkan semuanya padaku. kau bisa menginap disana jika kau mau," ucap Gechutel dengan senyum tulus menghiasi wajahnya. Kata - kata gechutel membuat lascrea begitu senang, walaupun ia menyembunyikannya.

"Oh astaga, apa yang harus ku katakan? apa sebaiknya aku pergi?" batin Lascrea.

"Terimakasih, Gechutel. a-aku akan pergi. Sebentar saja," kata lascrea dengan wajah yang me-merah.

"Tenang, Lascrea. bersikaplah seperti biasa. Gechutel tidak boleh tahu kau punya perasaan pada Raizel,"

"Eh? aku punya perasaan pada Raizel?"

Lascrea sibuk berdebat dalam pikirannya. membuat Gechutel sedikit bingung. "Kurasa dia memikirkan sesuatu," batin pria tua itu.

"Jangan khawatir, Lord. pergilah. aku dan para kepala keluarga bisa menangani tempat ini," kata Gechutel.

"O-oke. terimakasih, Gechutel." jawab Lascrea.

Keesokan harinya, Lascrea pergi menuju ke dunia manusia. Ia sangat memikirkan Raizel dan sangat mencemaskannya. gadis itu bingung dengan perasaannya sendiri. sejak kapan dia peduli dengan pria itu? bahkan dulu ia sempat bertarung habis - habisan dengannya.

"Tidak, ini tidak mungkin. apa aku .. menyukainya?" batin Lascrea.

Hmm, entahlah.

***
Bersambung...

The Story Of NoblesseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang