"Ugh.. Dimana aku?" ucap Shinwu yang baru sadar dari pingsannya. Ia memandangi seluruh benda dihadapan nya. Ia sangat terkejut melihat semua yang ada dihadapannya. Tangan dan kakinya di
rantai. Ia bahkan tak ingat apa yang terjadi sebelumnya. Shinwu benar - benar bingung akan hal ini. Tiba - tiba seorang wanita datang dari pintu kecil putih yang ada disana. Wanita itu menghampiri Shinwu, dan terus melihat data ditangannya itu. Bingung dengan semua itu, Shinwu pun memberanikan diri bertanya."Siapa kau? Dimana aku? Apa yang sudah terjadi? Bagaimana-" belum selesai Shinwu bicara, wanita itu memotong perkataannya.
"Ssst! Namamu Shinwu Han, kan? Wow kau sangat hebat untuk ukuran manusia.. Kau akan jadi bahan eksperimen yang bagus.." ucap wanita itu.
"..Eksperimen?" Shinwu masih tak mengerti.
"Tentu saja.." jawab wanita itu.
"Siapa kau?! Apa yang kau inginkan dariku?!" Shinwu mulai berkata dengan nada tinggi.
"Namaku Dr. Aris.. Jangan takut begitu.. Eksperimen ini tak akan terjadi, jika kau menuruti keinginan kami.."
"Memangnya apa keinginanmu?"
Dr. Aris yang mendengarnya langsung tersenyum simpul. Ia mendekat pada Shinwu, lalu membisik kan sesuatu di telinganya.
"Bunuhlah Frankestein dan Raizel.. Saat mereka datang untuk menyelamatkanmu, di saat itulah kau harus membunuh mereka berdua.. Tanpa mereka sadari.." bisik wanita berambut merah itu.
"Apa? Tidak.. Aku tidak bisa melakukannya.. Aku lebih baik mati daripada mengorbankan orang yang kusayangi hanya untuk diriku sendiri" bantah Shinwu.
"Ini satu - satunya pilihan untukmu.."
"Aku bilang tidak!" Shinwu membentak Aris.
Aris begitu terkejut melihat 'bahan eksperimen' nya berani membentak dirinya. Dengan kemarahan, Aris langsung mendongakkan dagu Shinwu, kemudian mencengkeram wajah Shinwu dengan tangan halusnya. Ia lagi - lagi tersenyum licik.
"Kau ingin menolakku? Baiklah.. Biar kulihat bagaimana reaksimu ketika menyaksikan ini.." ucap Dr. Aris.
Aris kemudian menjauh dari Shinwu, menuju sebuah layar monitor raksasa, kemudian menekan beberapa tombol hingga muncullah suatu gambar disana. Alangkah terkejutnya Shinwu ketika gambar di layar monitor itu jelas - jelas menampakkan sesuatu yang benar - benar menggetarkan dirinya.
Teman - temannya, yuna, ikhan, dan suyi juga ada disana. Mereka berada di lab itu juga, namun di ruangan yang berbeda mereka tampak tak sadarkan diri. Tubuh mereka diikat di tiang dan dibiarkan begitu saja. Shinwu benar - benar tak menyangka mereka benar - benar ingin dirinya melakukan apa perintah mereka.
Tiba - tiba Aris yang melihat monitor itu pun menoleh ke arah Shinwu, lalu tersenyum ala - ala sok nya. Ia kemudian mematikan monitor itu di saat Shinwu tengah memerhatikannya dengan serius. Aris berjalan ke arah Shinwu kembali, dan menatap kembali wajah frustasi Shinwu yang benar - benar kacau.
"Jadi.. Kau setuju? Kau akan memenuhi perintahku bukan?" ucapnya penuh kebanggaan.
"..." Shinwu hanya terdiam. Kepalanya tertunduk. Ia benar - benar bingung harus jawab iya atau tidak. Jika ia menjawab ya, maka pak kepala sekolah dan Raizel akan terbunuh karenanya. Jika ia menjawab tidak, maka teman - temannya yang akan jadi taruhannya.
"AKU BERTANYA PADAMU, HEI KEPARAT!! BERANI - BERANI NYA KAU MENGABAIKANKU! KAU MAU MATI BERSAMA TEMAN - TEMANMU, HAH?! AYO JAWAB!" bentak Aris menyadarkan Shinwu dari lamunannya.

KAMU SEDANG MEMBACA
The Story Of Noblesse
FanfictionCadis Etrama Di Raizel, bangsawan termulia diantara yang termulia. seorang Noblesse yang dingin dan tak berperasaan, akhirnya menemukan seorang wanita yang istimewa untuknya. Erga kenesis di Lascrea, wanita itu pun mencintainya. entah bagaimana, sej...