#RaizelPOV
Aku segera berbalik ketika kudengar suara langkah kaki archanda berlari ke arah ku. Saat belati Archanda tepat berada di depan dadaku, aku langsung menghentikannya dan memutar balikkan belati itu, tepat menuju jantungnya. Tanpa kusadari, aku telah melakukan sebuah kesalahan. Aku.. Telah membunuh semua anggota keluargaku, semua orang yang paling kusayangi.
Seharusnya aku tak perlu membunuhnya, cukup menusuk lengannya saja dan memberinya peringatan. Kini aku hanya bisa terdiam mematung meratapi kematian satu - satunya anggota keluargaku yang tersisa. Di tengah tatapan para kepala keluarga, aku, sang Noblesse, vampir termulia dari yang termulia hanya bisa menunduk menyalahkan diriku sendiri.
Aku teringat oleh Lascrea. "Bagaimana keadaannya?" batinku.
Aku langsung menatap lascrea yang berada di belakangku. Sama terkejutnya denganku, mereka semua juga meratapi kematian Archanda dengan perasaan sedih bercampur lega. Sulit diungkapkan. Aku tak tega melihat itu semua.
"Kalian semua.. Pulang dan istirahatlah.. Hari ini tidak akan jadi hari terakhir kalian.. Besok malam kita akan adakan peristiwa bulan merah.." ucapku menenangkan mereka.
Aku langsung mengambil kalung permata merah milik Archanda, yang selama ini memberinya hak untuk menjadi penguasa bulan merah. Namun sekarang benda ini ada di tanganku.
"Baiklah tuan Raizel.." kata semua orang menurut. Mereka lalu pergi meninggalkanku disini, kecuali Lascrea. Ia menghampiriku dan menatapku.
"Raizel.. Aku tahu apa yang kau rasakan saat ini.. Kau pasti sangat terluka ketika menyadari bahwa kau telah membunuh saudara sepupumu sendiri.." tutur gadis polos itu.
"..." aku hanya diam saja. Kulihat ia masih memakai riasan menyeramkan itu. Sangat tak cocok dengan wajah cantiknya.
"Hapus semua itu.." ucapku padanya.
"A..apa?" tanya nya kebingungan.
"Semua riasan ini.. Aku tidak suka.." kataku padanya.
Tanpa sadar, aku menghapus semua riasan itu dan menyentuh pipinya. Sekejap, aku merasakan detak jantungku semakin cepat. Kami begitu dekat, sampai aku bisa merasakan hembusan nafasnya di tanganku.
Aku menatap matanya. Ia pun juga begitu. Tersirat sesuatu yang tak bisa ku ungkapkan disana. Namun itu terasa sangatlah indah bagiku. sepertinya aku.. Aku...
Jatuh cinta..
#Lascrea POV
Sesaat setelah Raizel meletakkan tangannya di pipiku, aku merasakan jantungku berdebar - debar. Pipiku rasanya semakin memanas. Oh, astaga, mungkin aku sudah seperti tomat sekarang. Matanya yang jernih menatap mataku, aku pun menatap matanya. Aku bahkan sampai tak berkedip melihatnya. Sungguh pemandangan langka, dapat melihat dirinya dalam posisi seperti itu.
Ia sangat dekat, sangat - sangat dekat denganku. Berada di dekatnya memberi kehangatan di tengah dinginnya malam itu. Sejenak, aku dapat melupakan semua kejadian hari ini. Aku seakan terhipnotis olehnya.
"Apakah aku benar - benar sudah jatuh cinta padanya? Apa dia juga merasakan hal yang sama sepertiku?" batinku berfikir.
Setelah lama memandang, aku tersadar. Jika para kepala keluarga tahu, mereka pasti akan terus membuatku malu (¬_¬)ノ aku segera menundukkan pandanganku malu.
"Raizel.. Kenapa kau melakukan semua ini? Kenapa kau menghentikanku melakukan ritual itu? Bahkan kau bertarung melawan Archanda yang kekuatannya 2 kali lebih besar.. Sebenarnya apa maksudmu?" tanyaku padanya.
Ia diam. Menatapku sebentar, lalu mengalihkan pandangannya.
"Kau pikir.. Aku akan membiarkanmu melakukan itu? Apa kau pikir aku setega itu padamu?" Ia balik bertanya.
"Raizel, itu bukan jawaban dari pertanyaanku.." ucapku kesal. Sebenarnya dalam hati aku berharap ia mengatakan perasaannya padaku.
"A.. Aku.. Itu semua karena.." ia tergagap.
"Karena apa? Ayo jawab aku" aku mendesaknya pelan.
"I..itu.." Ia kembali gagap.
"Itu apa? Ayo katakan" kataku.
"I..itu karena aku menyukaimu!!" jawabnya dengan keras. Ia kembali memandangku. Menatap mataku. Memancarkan keseriusan dari lubuk hatinya.
"A..aku sangat menyukai mu.. Aku jatuh cinta padamu.. Aku tau ini terdengar konyol tapi.. Ah, sudahlah lupakan.." ucapnya nggak Pe de.
Raizel segera berbalik mengajakku untuk pulang sembari menutupi pipinya yang memerah. Namun aku menghentikannya. Aku memegang tangannya. Membuatnya terhenti dan berbalik menatapku. Aku sangat sangat bahagia. Ternyata perasaanku selama ini tidak sia - sia. Aku telah mendapatkannya, mendapatkan hatinya. Bersama dengan senyum bahagia di wajahku, aku kembali membalas perkataannya.
"Raizel.. Aku juga sangat menyukaimu.. Aku menyayangimu, mencintaimu, bahkan melebihi diriku sendiri.. Kau segalanya bagiku.. Jadi kumohon jangan tinggalkan aku.." ucapku tulus.
Sama sepertiku, kami berdua memandang lama, diam dalam kebahagiaan. Aku melihat, Ekspresi Raizel itu sangat lucu, sangat menggemaskan. Pipinya merah bagai ditampar. Ia tersenyum kaku namun di matanya terpancar kebahagiaan. Setelah puas memandang, kami berdua tertawa bersama dalam kesunyian itu. Sekejap perasaan sedih, takut, dan amarah hilang dari benakku. Menyisakan kebahagiaan dalam diriku.
Setelah semua itu, kami memutuskan untuk kembali ke istana dan mansion kami masing - masing. Ya, senyum dan tawa kami hanya berlangsung selama kira - kira 15 menit, lalu kembali ke ekspresi kami seperti biasa. Mungkin karena kami sudah terbiasa seperti itu. Namun tetap saja, perkataan Raizel masih bergema di telingaku. Sangat sulit untuk melupakannya. Kata - kata itu seakan sudah terekam di otakku. Aku yakin, Raizel pasti juga begitu. Aku telah mengenalnya sejak kecil. Ekspresinya selalu sama meskipun emosinya berubah - ubah.
Hari ini, adalah hari yang tak akan pernah ku lupakan. Hari paling bahagia dalam hidupku. Karena, hari ini setelah semua penderitaan yang kualami, di hari ini juga kebahagiaan terbesar datang dalam hidupku. Raizel, mulai sekarang, kau telah menjadi milikku! (≧∇≦)
BERSAMBUNG...
![](https://img.wattpad.com/cover/79559586-288-k661146.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
The Story Of Noblesse
Fiksi PenggemarCadis Etrama Di Raizel, bangsawan termulia diantara yang termulia. seorang Noblesse yang dingin dan tak berperasaan, akhirnya menemukan seorang wanita yang istimewa untuknya. Erga kenesis di Lascrea, wanita itu pun mencintainya. entah bagaimana, sej...