"Uhuk! Oh, maaf," ucap Frankestein tiba - tiba. Semua mata langsung tertuju padanya. Yep, Frankestein adalah satu - satunya orang yang mendengar pembicaraan Rael dan Seira.
"Sialan. Mengganggu saja," umpat Rael. Dalam hati tentunya.
Seira mendengus kesal sambil menatap sekilas pria di sampingnya. "Syukurlah, setidaknya pria ini bisa berhenti menggodaku," pikir Seira.
"Pak, apa bapak baik - baik saja? Kenapa tiba - tiba batuk?" tanya Ikhan.
Frankestein melirik orang - orang di sekitarnya. Semuanya diam menunggu jawaban Frankenstein. "I-iya, aku baik - baik saja. Tadi itu aku cuma tersedak hehehe.. uhm, kok gerah ya?" jawab Frankestein pada Shinwu, walaupun kalimat terakhir itu sebenarnya untuk Rael dan Seira. Tak lama kemudian suasana mulai kembali 'normal' dengan lanjutan cerita panjang lebar dari Shinwu.
Samar - samar, Lascrea yang mendengar hal itu hanya tersenyum. Mengingat betapa dulu ia sangat menginginkan kehidupan layaknya manusia, hari ini ia dapat merasakannya. Lascrea menatap satu per satu orang - orang disekitarnya. Mulai dari Kei yang tengah menyantap makanannya tanpa memerdulikan obrolan yang lain, Gechutel yang hanya diam mengamati, Rosaria dan Ludis yang antusias mendengar cerita Shinwu, Seira dan Rael--kalian tahulah apa yang mereka lakukan--hingga Raizel yang masih menunggu ramyeon itu mengembang, sama seperti yang sedang dilakukannya saat ini.
Lascrea merasakan sesuatu yang hangat mengalir di dadanya. Ia begitu bahagia hari ini. Entah kapan terakhir kali suasana berkumpul seperti ini terjadi, Lascrea bahkan tidak mengingat hari itu. Hari dimana Ia, ayah, ibu, dan para kepala keluarga lainnya makan dan berbincang penuh tawa seperti ini.
Sejak insiden penyerangan pertama kaum werewolf yang menewaskan Ibu dan Kakeknya, semua kebahagiaan itu memudar seiring waktu. Serangan demi serangan kian bertambah seiring waktu. Hingga sampailah pada puncaknya, hari dimana insiden pemberontakan itu terjadi. Para penghianat yang dipimpin oleh Gradius benar - benar licik, mereka menghasut para kepala keluarga lainnya untuk membenci sang Lord.
Hubungan para bangsawan satu sama lain pun terpecah belah, hingga sekarang tersisalah beberapa para Kepala Keluarga yang masih setia mengabdi kepada Lordnya. Asal kalian tahu saja, jumlah para kepala keluarga lebih banyak dari yang kalian ketahui. Ingat soal lima kaum itu? masing - masing dari setiap kaum memiliki 40 sampai 60 kepala keluarga. Namun peperangan mengubah segalanya. Banyak kepala keluarga yang terbunuh dalam peperangan beratus - ratus tahun lalu.
Semuanya lenyap begitu saja dalam waktu yang singkat. Pada saat itu, Lukedonia benar - benar hancur. Darah dan mayat ada dimana - mana. Gadis itu bahkan menyaksikan dengan mata kepalanya sendiri seorang werewolf memenggal kepala salah seorang kepala keluarga dari kaum Daethryiez. Mulai hari itu, karakternya yang dingin mulai terbentuk. Namun hari ini, gadis itu baru mengerti satu hal.
Kebahagiaan tidak datang dengan sendirinya. Ia datang dengan perjuangan, rasa sakit, dan air mata. Itulah kebahagiaan abadi yang menyenangkan. Bukan sekedar keangkuhan karena memiliki segalanya, tetapi rasa nyaman saat semua orang yang kau sayangi berada di dekatmu. Kebahagiaan, yang sering disalahartikan sebagai kepuasan.
***
Raizel menghela nafas sebelum ia menoleh dan menatap gadis di sampingnya. "Lascrea, kurasa aku harus segera pergi ke dunia manusia. Masih banyak urusan yang belun kuselesaikan disana. Frankestein
bilang padaku ada sedikit masalah dengan Regis, Seira, Rael dan Shinwu disana. Mungkin aku tidak akan bisa berada disini untuk waktu yang lama," ujar Raizel. Lascrea terdiam memikirkan kata - katanya.Lascrea menundukkan wajahnya menatap rerumputan hijau taman itu. Entah apa yang dipikirkannya. Namun yang jelas, kegelisahan terpancar jelas dari sorot matanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Story Of Noblesse
FanfictionCadis Etrama Di Raizel, bangsawan termulia diantara yang termulia. seorang Noblesse yang dingin dan tak berperasaan, akhirnya menemukan seorang wanita yang istimewa untuknya. Erga kenesis di Lascrea, wanita itu pun mencintainya. entah bagaimana, sej...