#LascreaPOV
Dinginnya angin malam menembus kulitku. aku mengambil lukisan kecil berbingkai yang ada di mejaku. Kupandangi lukisan itu, membuat dadaku terasa sesak. Rasanya air mataku ini memaksa untuk keluar. Ayah dan Ibu.. Kini aku hanya bisa memandangi mereka lewat lukisan ini.
"Jika saja, aku dan semuanya adalah manusia.. Tentu hal menyakitkan seperti ini tak akan terjadi. Jika saja kaum bangsawan tidak ada.. Maka pasti tidak akan ada yang harus tertidur selamanya untuk menggantikan posisi seorang lord.
Seandainya.. Aku terlahir kembali.. Aku ingin menjadi manusia. Menjalani kehidupan yang bahagia, seperti mereka. Jika saja, takdir dapat diubah.. Maka aku akan memilih takdirku sendiri. Jika saja.. Aku bukan seorang lord.. Jika saja, aku bukan seorang bangsawan.. Jika saja, aku bukanlah diriku.. Jika saja, ini bukan takdirku.." aku mulai terisak."Jika saja.." aku mulai menangis pelan. Aku tak sanggup melanjutkan kata - kataku.
Mengapa ini begitu menyakitkan? Sejak kecil aku sudah terbiasa kehilangan segalanya. Aku sudah terbiasa disakiti dan dilukai. Aku sudah terbiasa menerima takdirku ini. Lantas mengapa aku sekarang jadi begini? Mengapa aku jadi gadis lemah seperti ini? Tidak, ini bukan dirimu lascrea.. Kau harus menghentikan ini.
Aku memaksakan diriku untuk berhenti menangis. kupandangi lagi lukisan itu. Benda paling penting bagiku. Satu - satunya kenangan ayah dan ibuku. Satu - satunya benda yang menyadarkanku betapa pentingnya mereka dalam hidupku. Semakin kupandangi semakin aku menyesal. Aku pernah berfikiran buruk tentang mereka saat aku masih kecil. Lalu setelah aku dewasa aku selalu bersikap dingin pada mereka. Aku jadi teringat, tentang hari kematian ibuku...
--Flashback on--
882 tahun yang lalu
Istana, saat pertempuran lord Davidow
"Tuan putri, ayo ikut sebelah sini!" pinta Gechutel kepadaku.
Aku terdiam sebentar. Aku bingung harus ikut dengannya atau tidak. Aku tak ingin meninggalkan lord Davidow (kakek lascrea) sendirian disini. Entah apa yang harus kulakukan.
"Tuan putri ayo cepat! Lord pasti bisa menjaga dirinya.. Ayolah tuan putri!" pinta Gechutel lagi.
Aku hanya terdiam. Perlahan aku menyambut uluran tangannya. Aku terus memeluk boneka ku, hingga akhirnya aku dan pasukan kecilku itu tiba di suatu tempat. Kami beristirahat disana, namun tiba - tiba seseorang datang menghampiri kami.
Orang itu terlihat pucat sekali. Dengan nafas terengah - engah, orang itu bicara pada Gechutel."Tuan Gechutel! Aku punya kabar untukmu.." ucap orang itu.
"Benarkah? Apa itu?" tanya Gechutel penasaran.
"Lord Davidow dan nyonya Giana.. Mereka.."
"Ada apa dengan mereka?!! Ada apa dengan kakek dan ibuku?!" tanyaku langsung menyela.
"Lord Davidow dan Nyonya Giana.. Mereka dibunuh oleh lord kaum werewolf itu.." ucap orang itu.
--flashback end--
Saat itu jantung ku seakan berhenti berdetak. Aku langsung mematung. Darahku seakan berhenti mengalir. Sejak hari itu aku mulai bersikap semakin dingin pada semua orang. Sampai saat ini, aku terus menyesal. Aku benar - benar menyesal sempat membenci mereka.
"..Mengapa aku seperti ini? Aku harus jadi gadis kuat.. Jangan jadi cengeng lascrea.." ucapku pada diriku sendiri.
"Tok.. tok.. tok.." suara ketukan pintu terdengar.
Dengan cepat lascrea menaruh lukisan itu, lalu menyeka air matanya segera. Kemudian seseorang memasuki ruangan itu. Orang itu adalah Rosaria.
"Lord.. Apa ada masalah? Aku mendengar isak tangis pelan dari kamarmu.. Apa kau menangis?" tanya Rosaria.
"Tidak.. Aku tidak menangis" bantah lascrea.
"Lord.. Apa kau merindukan orang tuamu?" tanya wanita berambut dark red itu lagi.
"Tidak.. Mereka pasti sudah bahagia disana.. Untuk apa aku merindukan mereka?" bantah lascrea lagi.
"Lord.. Kau baik - baik saja?" Rosaria masih belum menyerah bertanya.
"Aku baik - baik saja.. Jangan khawatirkan aku.. Sebaiknya kau istirahat, ini sudah tengah malam" lascrea mengalihkan pembicaraan mereka.
"Tapi lord-"
"Aku juga ingin tidur.. Sebaiknya kau tidur juga.. Kau akan sakit besok.."
lascrea menyela perkataan Rosaria. Ia benar - benar ingin untuk sendiri saat ini. Rosaria hanya bisa mendengus pelan sambil berjalan kembali ke kamarnya. Lascrea benar - benar sedih. Namun ia tetap berusaha mempertahankan etika dan sikap dingin seorang lord.
Ia masih canggung bicara dengan semua orang, kecuali sahabatnya Vallen. Kali ini lascrea sangat merindukan Vallen. Tetapi ia sendiri bahkan tak tahu apakah sahabatnya itu merindukan dirinya. Namun yang jelas, saat ini, yang ia butuhkan hanya sahabatnya. Wadah tempatnya menceritakan apapun yang dialaminya. Orang yang begitu penting dalam hidupnya. Walau apapun yang terjadi, lascrea telah berjanji tak akan melupakan sahabatnya itu. Itulah rasa cinta tulus dari lascrea untuk sahabatnya yang entah ia tidak tahu seberapa besar rasa kasih sayang yang dimiliki sahabatnya itu untuk dirinya.
~•~•~•~
"Jadi.. Crombell.. Apa rencana kita selanjutnya?" tanya seorang wanita yang mengenakan jas laboratorium.
"Sekarang, kita cuma tinggal menunggu mereka datang.. Dan pada saat itulah, kita jalankan rencana" tutur seorang pria berjas rapi dengan kacamata beningnya.
"Ini sangat menyenangkan.. Wajah anak itu langsung ketakutan ketika melihat boneka - boneka itu.. Dia benar - benar berpikir boneka - boneka itu adalah teman - temannya haha" kata wanita itu yang tak lain adalah Dr. Aris .
"Yah, kau tahu? Manusia bodoh sepertinya memang cocok untuk dimanfaatkan.. Mereka tidak berguna.. Maka dari itu kita melakukan semua eksperimen ini, tetapi mereka malah menentangnya.." timpal pria itu yang merupakan Dr. Crombell .
"Kau benar sekali.. Sebentar lagi kekuatan dari Cadis Etrama Di Raizel dan kecerdasan Frankestein akan berada di tangan kita.. Setelah itu kita bisa menguasai bukan hanya negara ini, tetapi seluruh dunia, bahkan lukedonia" ucap Aris begitu senangnya.
"Kau benar sekali.. Omong - omong.. Mari kita rayakan kemenangan ini.. Kau mau minum?" tanya Crombell menawarkan.
"Hmm boleh saja.. Kita akan bersenang - senang hari ini" ucap Aris kembali.
Tanpa mereka sadari, Shinwu telah menguping pembicaraan mereka. Saat Shinwu sedang berusaha untuk melepaskan rantai itu, tiba-tiba kakinya tak sengaja menekan sebuah tombol. kemudian terdengar suara dua orang sedang bicara. Rupanya tombol itu terhubung dengan ruangan yang sedang ditempati oleh dr crombell dan dr Aris.
Alhasil Shinwu mengetahui semuanya. Meski begitu, Ia tetap tidak bisa melakukan apapun. Ia benar-benar tidak berdaya saat ini. ia benar-benar bingung apa yang harus dilakukan. Bahkan meski ia yang menolak untuk menuruti perkataan mereka, mereka pasti akan mengancam Shinwu dan Shinwu terpaksa harus mengikuti mereka juga.
Kini tubuhnya benar-benar lemah. tangannya dan tubuhnya berdarah dan memar. dr Aris sudah menamparnya berkali-kali hingga ia benar-benar sudah ingin pingsan saja. Untuk bernafas saja sulit baginya. bergerak rasanya seperti dipukul. bicara seakan menguras habis nafasnya. Penglihatannya semakin memburam. Ia semakin Kehilangan kesadarannya, namun pendengarannya masih jelas sehingga beruntunglah Ia masih dapat mengetahui semuanya. Setelah melamun sejenak, Shinwu mendapat sebuah ide. ia kemudian menyusun sebuah rencana yang ia Bahkan tak tahu apakah ini akan berhasil atau tidak. yang ia Bahkan tak tahu apakah ini benar atau salah. tapi yang jelas, ia akan berusaha meskipun ia tak akan berhasil. meskipun ini adalah akhir dari segalanya, namun ia akan tetap berusaha.. karena ia tahu menyerah sebelum berusaha itu adalah tanda bahwa kau seorang pengecut. Segala yang terjadi sekarang ada di tangannya. Keselamatan Teman - temannya, Frankestein, Raizel, semua ada dalam genggamannya. Shinwu memutar logika nya, berpikir sedemikian keras hingga ia merasa kepalanya mulai pusing.. Pusing.. Dan pada akhirnya..
Ia pingsan.
BERSAMBUNG...

KAMU SEDANG MEMBACA
The Story Of Noblesse
FanfictionCadis Etrama Di Raizel, bangsawan termulia diantara yang termulia. seorang Noblesse yang dingin dan tak berperasaan, akhirnya menemukan seorang wanita yang istimewa untuknya. Erga kenesis di Lascrea, wanita itu pun mencintainya. entah bagaimana, sej...