Jam menunjukkan pukul 12 tengah malam. semua orang di rumah itu sudah terlelap, kecuali Raizel. Ia memutuskan untuk bangun dari tempat tidurnya dan mengambil segelas air. Saat ia berjalan, ia melihat pintu kamar Lascrea masih terbuka. Entah kenapa, ia sangat ingin memasuki kamar Lascrea. ia pun memasukinya.
Ia duduk di samping tempat tidurnya dan melihat wajah Lascrea. Lascrea sangat imut saat memakai selimut dengan rambut dan poni yang di urai. hembusan angin malam menambah keanggunan wanita itu walau dalam keadaan sedang terlelap. dan tanpa sadar sebuah senyum tipis terukir di wajah pria itu.
"Manis.." gumamnya.
Raizel berdiri dari tempat tidur itu, dan kemudian berjalan menuju balkon atas rumah frankestein. Ia menatap bulan purnama yang terang, ditemani dengan hembusan angin malam yang dingin. Membuatnya mengingat masa masa beribu tahun yang lalu. saat ia dan keluarganya masih bersama. saat dimana dunia masih damai dan tenteram. kaum bangsawan dan manusia masih bersatu. namun semua itu berubah, karena ke-egoisan kaum manusia dan saudaranya sendiri.
-Flashback-
2000 tahun yang lalu."Kenapa kau melakukan ini?" tanya seorang pria dengan darah yang terus mengucur dari pelipisnya.
"Memangnya apa yang salah dengan dunia yang kuinginkan? Hanya akan ada para bangsawan. kita akan hidup tenang bersama dengan kebahagiaan," jawab pria lainnya yang tengah mencoba untuk berdiri.
"Tetapi, Arrend.. i-itu salah," sahut sang adik sembari mengatur nafasnya.
"Kita memang diberi kekuatan untuk melindungi kaum manusia bukan? Itu memang sudah tanggung jawab kita. apa yangkau katakan tadi, sungguh tidsk benar," ucapnya lagi dengan polos kepada sang kakak, Arrend."Omong kosong macam apa itu.." sang kakak terkekeh pelan, sambil mengusap dahinya yang bercucuran darah karena pertarungan hebatnya dengan adiknya, Raizel.
"kau sampai memakai blood stone untuk mewujudkan keinginanmu. apakah hanya hal itu yang kau ingat dari ajaran ibu kita?" ucap raizel yang kembali berdiri tegap di tengah rasa sakitnya. mencoba bernafas seiring bertambah rasa sakit di dadanya yang sangat menyiksa.
"Aku terpaksa melakukan ini. demi kebebasan dirimu dan kita semua. tapi jika kau tetap bersikeras, maka tidak ada jalan lain." balas Arrend kepada adiknya itu. ia kembali menatap Raizel dengan tajam, penuh kebencian.
"Aku juga akan melenyapkan mu," sambung Arrend.
Deg!
Sakit di dada Raizel kembali berdenyut. bukan karena luka yang dialaminya, tetapi karena perkataan kakak nya itu. begitu pedih, melebihi semua luka yang ia rasakan saat ini. membuat pria itu mematung untuk beberapa saat.
".. Apakah aku sungguh tidak berarti untukmu? apakah dendam mu telah menyingkirkan semua belas kasih dan akal sehatmu? apa kau adalah Arrend yang dulu, yang selalu peduli dengan kebahagiaan orang lain? .. tidak. kau telah berubah, Arrend" batin Raizel.
"Lihatlah semua ini, Arrend. begitu banyak yang terluka karena pertempuran ini. apa kau masih ingin bertarung?" ujar Raizel untuk yang kesekian kalinya. berkali - kali ia sudah berusaha menyadarkan kakaknya itu.
"Hah.. apa peduliku?! sebentar lagi mereka juga akan mati!" jawabnya kasar. ia tertawa pelan sambil menggenggam kuat pedang di tangannya. namun tawanya itu tak berlangsung lama.
"Dasar bodoh. coba kau ingat.. Apakah saat itu ada salah satu dari mereka yang peduli.. SAAT MEREKA MELENYAPKAN AYAH DAN IBU?!" bentak Arrend dengan nada yang tinggi. ia memandang bengis pedang yang di genggamnya, pedang yang digunakan oleh kaum manusia untuk membunuh ayah dan ibunya.
"Tetapi mereka tidak tahu apapun, Arrend. lagipula, jika ayah dan ibu masih hidup, mereka pasti tidak akan senang atas apa yang telah kau lakukan," katanya mencoba menenangkan kakaknya.
Sebelum Raizel kembali melanjutkan kata - katanya, Arrend langsung menyerangnya dan menusuk bahunya. Raizel langsung membalas dengan serangan tepat di dada Arrend.
"DUARR!!!"
Terjadi ledakan dahsyat yang menggentarkan tanah lukedonia. semua kepala keluarga langsung terjatuh ke tanah. Hanya ada tiga orang yang bertahan, yaitu Raizel, Arrend, dan lord yang lalu yang tak lain adalah ayah dari Lascrea. Lord sebenarnya ingin membantu Raizel, tetapi ia tak bisa berbuat apapun karena Arrend sudah mengancam jika ia ikut campur tentang urusannya dengan Raizel, maka ia tak akan segan membunuh lascrea.
Hal itu membuat sang lord tak bisa berbuat apa - apa. Di satu sisi ada Raizel yang membutuhkan bantuannya, dan di sisi lain ada putrinya yang tidak terlibat sedikitpun dengan pertempuran ini.
Raizel terluka cukup parah, namun ia tetap bangkit dan melawan saudaranya itu. Arrend pun masih belum menyerah untuk mewujudkan impiannya, yaitu menghancurkan kaum manusia dan hanya menyisakan kaum bangsawan di muka bumi ini. Raizel tiba - tiba menyerang Arrend. Kali ini ia menggunakan kekuatan yang sangat besar. Arrend menangkis serangannya Raizel dan membuat raizel terpukul mundur.
Arrend menyerang balik pada raizel dan membuat kepalanya terhantam keras ke batu. Darah mengalir deras membasahi pipinya. tak hanya itu, Arrend mencengkeram kerah kemeja raizel dan memukulinya. Raizel membalas dengan satu pukulan yang sangat kuat dan mencekik lehernya. mereka sudah kehabisan banyak kekuatan hingga harus melakukan serangan fisik secara langsung.
Sementara ada pertarungan dahsyat di luar, Lascrea hanya memandanginya dari jendela kamarnya yang tinggi. ayahnya memintanya untuk tidak keluar dari istana. Ia ingin sekali membantu Raizel, tetapi ia tak bisa melanggar perintah lord. Ia hanya bisa menyaksikan pertarungan hebat diluar sana dari jendela kamarnya dengan rasa takut dan khawatir yang menyelimuti dirinya.
"Raizel, bertahanlah.." katanya dengan cemas."Ugh, kenapa kau belum mati juga?! seandainya saja kau tidak lahir di dunia ini, aku pasti sudah mencapai tujuanku sekarang!!!" kata Arrend dengan nada yang sangat marah.
Tanpa basa -basi, Raizel membuat ledakan yang sangat dahsyat di dekat kakaknya. Ia langsung berlindung di balik batu besar yang jauh dari ledakan itu. Raizel begitu sedih dan terluka karena harus membunuh kakaknya sendiri. tanpa sadar setetes air mata jatuh diwajah tanpa ekspresi nya. Raizel melangkahkan kakinya, mendekati tempat di mana ia melenyapkan kakaknya sendiri. kepalanya tertunduk sedih karena kematian kakaknya.
"Maafkan aku Arrend.. sungguh, aku minta maaf.. tapi aku terpaksa melakukan semua ini. kumohon maafkanlah adikmu ini.."
-Flashback end-
Raizel kembali sadar dari ingatannya 2000 tahun yang lalu. Ia selalu mencoba mengingat kejadian setelah itu, tapi semakin sering Ia melakukan
nya, kepalanya selalu terasa sakit. Entah kenapa ia teringat kembali kejadian itu. Walau ia tak pernah menunjukkannya,tapi lascrea tahu hatinya pasti sangat terluka. Bagaimana tidak? seluruh anggota keluarganya mati dengan tragis.Menyisakan luka yang membekas dan tak kunjung sembuh dalam dirinya. Hanya lascrea yang mengerti perasaannya, karena hanya lascrea satu - satunya orang yang melihat kesedihan di wajahnya waktu itu. Rupanya lascrea sudah ada di samping raizel, namun raizel tak menyadari keberadaannya. Lascrea sudah membaca pikiran raizel dan mengetahui segalanya.
Gadis itu turut bersedih atas kematian Arrend. tetapi Raizel sama sekali tidak salah. Raizel terpaksa melakukan semua ini untuk melindungi kaum manusia. Lascrea sangat prihatin pada Raizel. Ia begitu baik hati dalam sikapnya yang dingin. Hal itulah yang membuat lascrea tertarik dan mencintai Raizel. Ia mencintai Raizel tulus dari hatinya. Raizel pun sebenarnya mulai tertarik pada Lascrea, namun ia terus menutup dirinya membohongi dirinya sendiri.
BERSAMBUNG...

KAMU SEDANG MEMBACA
The Story Of Noblesse
FanfictionCadis Etrama Di Raizel, bangsawan termulia diantara yang termulia. seorang Noblesse yang dingin dan tak berperasaan, akhirnya menemukan seorang wanita yang istimewa untuknya. Erga kenesis di Lascrea, wanita itu pun mencintainya. entah bagaimana, sej...