#48

2.6K 104 43
                                        

Chapter masih dalam proses pengeditan. Mohon maaf apabila ada typo dan kesalahan kecil lainnya. Silahkan dibaca ulang apabila ada notifikasi pembaruan langsung/tidak langsung dari pihak wattpad maupun author notes ya.

Selamat membaca :)

--

Dua minggu berlalu. Keadaan di Lukedonia sudah mulai normal, begitu pula dengan para kepala keluarga. Raizel pun telah melewati masa kritisnya, kini pria itu tengah menjalani tahap pemulihan. Dan Lascrea, tentu saja, dia yang paling sibuk. Mengurus keadaan Lukedonia yang saat ini benar - benar kacau, juga membangkitkan portal pelindung Lukedonia yang membutuhkan energi besar.

Gadis itu juga sempat pergi ke alam manusia, membereskan beberapa persoalan yang terjadi disana. Para mayat itu, ya, mereka juga membuat kekacauan disana. Lascrea yang mendengar hal itu langsung terkejut, lalu tanpa memikirkan kondisinya ia pergi begitu saja. Itu pun tanpa sepengetahuan para kepala keluarga dan Frankestein. Namun untunglah, semuanya sudah berakhir. Semuanya.

***

Lascrea melangkahkan kakinya di sepanjang lorong istana, tersenyum lembut saat sinar terang rembulan malam itu mengenai kulitnya. Nampan berisi semangkok sup dan susu di tangannya itu tampak bertengger manis diantara susunan jemarinya. Senyuman simpul di bibirnya itu kian melebar, seiring wajahnya yang kian memerah.

Langkahnya terhenti tepat di depan sebuah pintu besar. Ia memutar gagang pintu itu perlahan, masuk kedalam ruangan yang ada di baliknya. Pandangannya terfokus pada seorang pria di depannya. Pria yang tak lain adalah Raizel itu hanya diam, duduk membaca buku - buku itu. Lascrea menaruh nampan itu diatas nakas tempat tidur Raizel. Ia berjalan pelan, mendekati pria itu yang sampai saat ini masih tak menyadari keberadaannya.

"Raizel.." panggil Lascrea.

Raizel mengangkat wajahnya, menatap wajah gadis itu. "Lascrea?" Raizel menutup bukunya lalu berdiri berhadapan dengannya.

"Ah, iya. Aku .. membawakanmu sup. Kudengar ini baik untuk memulihkan kesehatan. Kau harus makan, oke? Gechutel bilang, saat aku pergi kau makan sedikit sekali!" ujar Lascrea penuh semangat. Raizel tetap diam menatap Lascrea bingung.

Gadis itu lalu mendengus pelan. "Kenapa kau menatapku seperti itu?" tanya Lascrea. Raizel hanya tersenyum tanpa mengalihkan pandangannya dari Lascrea. Lascrea merasakan wajah nya memanas. Segera ia mengalihkan pandangannya, menutupi wajahnya dengan berpura - pura mengelap keringat.

Lascrea mengambil mangkok berisi sup itu di tangannya. "Raizel, kau harus makan. Aku sudah capek - capek mempelajari cara membuat ini dari Yuna. Kalau kau tidak mau makan, aku akan sangat sedih," kata Lascrea sembari tersenyum.

Raizel cukup terkejut mendengar perkataan Lascrea. "Kau yang membuatnya?" tanya Raizel.

"Tentu saja! Kau pikir aku tidak bisa memasak?" Lascrea balik bertanya.

Raizel terkekeh pelan mendengar ucapan Lascrea. Lascrea tetap konsentrasi meniup sup nya, walau sebenarnya ia sedang menyembunyikan rona merah di pipinya. "Nah, sekarang kau makanlah, bayi kecil. Haha, aku hanya bercanda! Aku pergi ya. Rosaria telah menungguku di dapur istana," kata Lascrea sembari tersenyum manis.

Lascrea pun beranjak dari tempat tidur itu, namun Raizel memegang tangannya. Membuat tubuh gadis itu berhenti dan mematung di tempat. Raizel berdiri, menghampiri Lascrea yang masih terdiam membelakanginya.

The Story Of NoblesseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang