#38

1.1K 88 3
                                    

"Selamat datang, Noblesse.." sambut Crombell dengan cengiran menjijikkannya. Frankestein menggertakkan giginya, menatap tajam profesor itu. Namun berbeda dengan Raizel, ia tetap tenang dan memasang raut wajah datarnya.

"Crombell.. Apa yang kau inginkan dari kami?!" bentak Frankestein.

Senyum Crombell mulai menghilang. Ia berdiri dan mensejajarkan tubuhnya dengan Frankestein. Membuat seakan ada listrik menyambar diantara tatapan mata mereka.

"Yang aku inginkan? Aku ingin.." Crombell menjeda perkataannya.
"Kekuatan Tuanmu" lanjut Crombell dengan tenangnya. Sedetik setelah kata - kata itu, Crombell langsung menyerang Frankestein tanpa menunggu lawannya mengatakan sepatah katapun. Frankestein langsung terdorong ke dinding dan membuat dinding itu sendiri retak dan nyaris hancur. Crombell lalu kembali tersenyum dan hendak menghampiri Frankestein yang tengah menghadapi sakitnya. Namun entah kenapa langkahnya seakan terhenti. Lalu ada tetes - tetes darah yang seakan mengikat tubuhnya. Ia menolehkan pandangannya kepada Raizel.

"Kau pikir.. Kau bisa melakukan apapun semaumu?" ucap Raizel dengan datarnya. Raizel melepaskan kekuatannya dari tubuh Crombell, menghadapnya dan berdiri tegak seakan menantangnya.

"Kau ingin kekuatanku kan? Kalau begitu mari kita bertarung.." tutur sang Noblesse. Crombell lalu menyeringai, kemudian memasukkan tangannya ke dalam saku celananya. Bersikap santai seakan ia meremehkan ucapan Raizel.

"Kau pikir kau bisa melawanku dengan kondisi seperti itu? Tapi itu bagus.. Aku akan lebih mudah mengemasi sampah sepertimu.." balas Crombell dengan angkuhnya.

"Tapi aku punya taruhan.. Jika kau menang, maka kau boleh mengambil Shinwu.. Tapi jika aku yang menang, maka aku boleh mengambil kekuatanmu dan Shinwu.. Setuju?" ujar Crombell.

Raizel terdiam sejenak.

"Bukankah itu tidak adil? Aku tak boleh membiarkan tuan mengambil resiko yang besar.. Aku harus membantunya" batin Frankestein yang sedari tadi berusaha berdiri.

".. Tapi tidak apa - apa.. Jika kau tak menyetujuinya, aku tetap akan melawanmu, tapi setelah aku menghabisi nyawa anak itu" ucap Crombell berbisik sambil berjalan memutari Raizel.

"Tidak tuan.. Jangan setuju" batin Frankestein semakin cemas.

"... Baiklah..." ucap Raizel singkat.

Mereka berdua lalu menghilang. Pergi ke suatu tempat yang tak satupun orang lain ketahui. Frankestein pun mencoba berdiri meskipun masih terasa sakit. Sungguh Crombell menyerangnya secara tiba - tiba dan membuatnya tak dapat menghindar. Tiba - tiba terdengar suara langkah sepatu seseorang menghampiri Frankestein. Siapa lagi jika bukan Aris?

Wanita itu berhenti melangkah dan berdiri di hadapan Frankestein dengan jarak satu meter didepannya. Berkacak pinggang dan dengan wajah angkuhnya tertawa kecil melihat Frankestein. Membuat pria dihadapannya naik pitam.

"Hah.. Kupikir kau sangat hebat Frankestein.. Ternyata hanya dengan serangan seperti itu kau bisa jadi seperti ini.. Hahah" kata Aris.

"Hei, jangan sembarangan bicara kau.. Aku bisa saja membunuhnya jika aku punya kesempatan.." bantah Frank.

"Huft, terserah padamu tapi yang jelas.." perkataan Aris terhenti.
"KAU TAK BOLEH MENGACAUKAN SEGALANYA, PECUNDANG.." lanjut wanita itu.

Aris kemudian menyerang Frankestein sedikit, lalu sengaja menggenggam sapu tangan yang telah ia beri obat bius dan menciumkannya pada Frankestein. Dan..

The Story Of NoblesseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang