"Graaaahh!!!" teriakku di tengah hutan.
Sial, aku telah mencoba dan mencoba namun tetap saja pelindung gaib perbatasan hutan lukedonia dan daerah kerajaannya tak bisa kuhancurkan. Sekarang aku benar - benar lelah dan frustasi. Rasanya urat - urat nadi ku mau putus saja. Jika Arrend tidak mati, pasti ini semua tidak akan terjadi!! . Dia meminjam kekuatanku lalu bertarung dengan Raizel lalu mati. Bahkan dia belum mengembalikan kekuatanku!! . jika dia masih hidup maka aku sendiri yang akan membunuhnya.
Dan sekarang energiku sudah terkuras habis gara - gara terus mencoba menghancurkan pelindung sialan itu. Aku harus memulihkan tenagaku, lalu esok harinya aku akan hancurkan pelindung itu bahkan seluruh lukedonia jika perlu.
"Tapi, dimana aku harus beristirahat? Sungguh hidupku yang dulu lebih bahagia daripada yang sekarang!!!" gerutuku sengaja bersuara lantang. Aku lalu menatap ke sekelilingku. Mataku hanya dapat melihat beberapa pohon dan gua dalam keadaan remang - remang. Semuanya nampak tak jelas.
"Itu dia!!! Bodoh, kenapa tidak dari tadi!!!" kataku baru menyadari bahwa ada gua layak huni di dekatku. Aku pun memasuki gua itu. Memang gelap, jadi aku menghidupkan api obor kecil yang setidaknya bisa sedikit memberikan cahaya. Aku kemudian melihat sebuah batu besar. Aku menyandarkan kepalaku dan berusaha untuk tidur disana. Aku sungguh lelah. Meskipun begitu, niat dan tekadku tak akan goyah.
"Aku akan.. Menguasai dunia.. Ya, pasti.." batinku. Lambat laun aku pun mulai tertidur..
***
Matahari mulai menampakkan dirinya. Udara segar nan dingin bertebaran di seluruh lukedonia. Meskipun sinar matahari tak dapat menembus dinding - dinding gua, namun aku tetap saja terbangun saat melihat ada cahaya di depan gua ku. Aku berdiri, lalu membuat semacam bola api hitam lalu kulemparkan pada dinding gua itu. Gua itupun nyaris runtuh menimpaku. Aku lupa bahwa aku telah bebas dari penjara itu.
"Bodoh!!! Apa yang kulakukan? Aku lupa bahwa sekarang aku sudah bebas.. Tadi itu hampir saja!!" ucapku kaget.
Aku menarik nafas dalam berusaha untuk kembali tenang. Kulihat retakan - retakan di langit - langit gua. Segera aku meninggalkan gua itu.
"Tap.. Tap.. Tap.." suara langkah kakiku.
Aku menatap lurus ke arah jalan. Suara kicauan para burung yang indah, pohon - pohon hijau yang tinggi menjulang, rumput - rumput halus yang mewangi segar, sungguh melambangkan kedamaian.
Dan aku benci itu..
Selama ini mereka hidup dengan bahagia, makmur, damai dan tenteram. Sedangkan aku? Aku terus terkurung dan tersiksa dibalik penjara menyedihkan itu. Padahal aku hanya melakukan apa yang menurutku benar.. Namun mereka semua telah ditipu oleh manusia - manusia itu. Mereka benar - benar berfikir manusia itu sangat mulia.
Tetapi mereka tidak pernah menyadari bahwa kaum manusia mengambil keuntungan dari kebodohan mereka.Dan aku, dulunya aku juga menjadi salah satu dari para bangsawan - bangsawan bodoh itu. Aku begitu percaya pada mereka, sampai akhirnya aku menemukan kebenaran tentang mereka. Dan pada akhirnya, keserakahan mereka akan mulai terkuak, lalu peperangan. Jika mereka menang, mereka akan meraja lela di lukedonia dan menjadikan seluruh bangsawan sebagai budak. Lalu jika mereka kalah, mereka akan meminta maaf dengan sebesar - besarnya, dan mereka akan mengulanginya lagi.
Semenjak saat itu, aku berniat untuk menguasai dunia dan melenyapkan seluruh kaum manusia. Semata - mata hanya agar diriku sendiri dan para bangsawan terlindungi. Adanya manusia hanya akan membuat kerusakan di bumi. Namun di saat tujuanku itu sudah hampir tercapai, mereka, para bangsawan yang kuanggap layaknya saudaraku sendiri malah mengkhianati ku. Bahkan sepupuku sendiri, Raizel, ia juga menentang diriku. Mereka bekerja sama dan memenjarakan aku disini.
Sampai saat ini aku masih merasakan sakit. Sakit hati karena penghianatan manusia - manusia itu dan para bangsawan. Hingga akhirnya setumpuk dendam tertanam di dadaku. Aku sangat benci.. Benci mereka semua!!! . Aku akan melanjutkan perjuangan Arrend. Aku, Arratha Vannesy Di Archanda, bersumpah bahwa aku akan mencapai tujuanku apapun caranya.
Setelah termenung, aku berhenti melangkah. Tanpa sadar aku kembali berhadapan dengan pelindung gaib daerah kerajaan lascrea. Aku terdiam. Jika aku terus menyerang dengan cara yang sama, itu hanya akan membuat tenagaku sia - sia. Aku harus menggunakan cara lain. Cara yang lebih licik dan pintar. Aku harus menyerang mereka secara diam - diam. Besok malam adalah waktunya peristiwa bulan merah. Dan tanpa persetujuan dariku, peristiwa itu tak akan terjadi. Saat dipenjara, mereka cukup pintar dengan memaksaku menyetujuinya. Namun sekarang tidak lagi. Mereka tidak akan bisa menyerangku ataupun menemukanku. Bersiaplah.. Permainan akan segera dimulai..
BERSAMBUNG...
Yeey! Akhirnya bisa sempet nulis lagi..😊. Sekali lagi makasih banyak ya buat yang udah support ceriraku! Author minta maaf chapter kali ini kependekan :'( . Author udah berusaha semaksimal mungkin buat bikin chapter ini. Author harap para pembaca sekalian ga keberatan ya buat nunggu chapter per chapter berikutnya dari author😁. sekali lagi mohon maaf atas kekuarangan nya, salam damai ;)
With a lot of thank you,
- Author-
![](https://img.wattpad.com/cover/79559586-288-k661146.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
The Story Of Noblesse
FanfictionCadis Etrama Di Raizel, bangsawan termulia diantara yang termulia. seorang Noblesse yang dingin dan tak berperasaan, akhirnya menemukan seorang wanita yang istimewa untuknya. Erga kenesis di Lascrea, wanita itu pun mencintainya. entah bagaimana, sej...