#33

1.3K 117 16
                                    

#VallenPOV

       Cih! Lihat dia! Dia berlagak sok cantik dengan wajahnya yang elok itu. Aku tahu dia itu temanku, tetapi sikapnya yang semakin dingin kepadaku malah membuatku semakin membencinya. Mengapa.. Mengapa aku seperti ini?! Sadarlah Vallen, Sadar!! Huh, apa boleh buat aku hanya bisa menonton nya menunggu 'kekasihnya' itu. Aku ingin marah, tapi aku cuma sendiri.

     Lascrea terus duduk manis di kursinya sementara aku harus berdiri sepanjang waktu di lapangan ini menunggu Raizel datang. Malam ini sangat dingin. Aku iri padanya. Ia enak - enak an duduk santai dengan jaket hangat di sekujur tubuhnya, Sementara itu aku disini, tak diperhatikan bagai orang tak dianggap.

"Swussh~" angin semakin kencang menyerbu diriku.

"Tap.. Tap.." suara hentakkan kaki seseorang berhenti di hadapan kami dengan postur tubuh tegapnya. Dia sangat.., Wow.. . tampak senyum yang tipis sekali tersirat di bibir lascrea.

"Tuan Raizel.. Kita bisa mulai upacaranya.." suara Gechutel membuka pembicaraan.

"Ya.. Tentu saja.." jawab Raizel singkat seperti biasa. Lalu mulai melakukan tahap awal peristiwa bulan merah.

Ia melirikku sebentar, lalu kembali terfokus ke yang lain dengan wajah datarnya. Aku jadi sedih karena nya.

"Psst.. Raizel!" lascrea membisikkan sesuatu sembari melambaikan tangannya kecil.

Raizel tersenyum tipis, lalu membalas lambaian tangan lascrea. Lascrea kelihatan sekali sangat bahagia. Tapi aku tidak suka itu.

Karena bosan, aku langsung memutuskan untuk pergi meninggalkan lapangan itu. Aku berusaha melupakan rasa sakitku yang aku rasakan begitu dalam menusuk hatiku. Aku terus melangkah, melangkah, hingga kakiku menuntun diriku ke sebuah taman yang sangat ini. O, iya! Ini kan taman belakang istana. Namun ada sesuatu yang aneh disana. Kulihat ada seorang pria berambut pirang panjang sedang duduk sambil melamun. Aku tak mengenalnya, namun aku penasaran terhadapnya. Aku pun mulai mendekatinya.

***

"Hei, kau.. Apa yang kau lakukan disini? Siapa kau?" aku bertanya tak sabaran pada pria itu.

"Ah, maaf nona.. Aku hanya bosan menunggu upacaranya selesai.. Toh, aku tak bisa menyaksikannya.." jawab pria itu terus terang.

"Oh, begitu.. Tidak apa - apa.. Tapi, mengapa kau tidak bisa menyaksikannya?" tanyaku lagi kepadanya.

"Yah, kau tahu lah.. Aku bukan seorang yang berdarah bangsawan ataupun satu golongan dari mereka.." tutur pria itu lagi.

"A, apa maksudmu?" aku semakin bingung karena nya.

"Aku.. Manusia.." kata - katanya itu sontak mengejutkanku.

"Apa?!" aku berteriak tak percaya.

"Sudahlah nona.. Tenang, jangan panik begitu.. Aku tak bermaksud jahat.. Perkenalkan, namaku Frankestein. Aku adalah asisten tuan Raizel.." jelas pria itu yang sebenarnya adalah Frankestein.

"O,oh.. Be-begitu.." aku kembali tenang mendengarnya. Aku kemudian berfikir, jika dia adalah orang yang dekat dengan Raizel, mungkin saja dia bisa membantuku mendapatkan Raizel. Ya!

"Jadi.. Mm.. Apa kau cukup dekat dengan tuanmu?" kataku sambil duduk di sebelahnya.

"Ya, bisa dibilang sangat dekat" katanya jujur.

"Ini bagus! Aku tinggal memanfaatkannya dan mendekati Raizel. Yes!" sorak sorai hatiku gembira. Langkah pertama yang harus kulakukan adalah akrab dengannya. Yah, sepertinya ini mudah.

"Hei, apa kau mau berteman denganku?" aku bertanya kepada pria yang bernama Frankestein itu.

"Apa? Oh, boleh saja, tapi-"

"Yeeey! Terimakasih ya!!" aku begitu gembira mendengarnya. Frankestein hanya tersenyum kecil sambil tertawa sedikit. Aku senang sekali. Sudah kubilang ini mudah. Kini pekerjaanku akan lebih mudah~ .

***

#LascreaPOV

Aku melambaikan tanganku padanya. Aku sangat senang, ia membalas lambaian ku. Aku benar - benar bahagia hari ini. Ia melakukan ritual bulan merah dengan sangat baik. Ia telah menyelamatkan kami semua. Aku sangat mencintainya. Ia jadi 3 kali lebih tampan dari biasanya. Pancaran api di matanya membuat pesonanya semakin membutakan mataku. Helai rambut hitamnya yang lurus semakin menambah kesan 'wow' padanya. Sorot matanya yang tajam bagaikan seekor Elang gagah yang melintas di atas cakrawala.  Jari - jari lentiknya menggenggam kalung ruby milik Archanda dan mencoba memanggil bulan merah. Ia sungguh luar biasa.

Semua orang memerhatikannya. Mereka semua pun ikut kagum dengan pesona luar biasa yang terpancar dari tubuh sang Noblesse.

•~OoooO~•

Peristiwa bulan merah telah usai. Aku membuka mataku setelah beberapa detik terpejam. Aku dapat merasakan Aliran darah baru yang segar di dalam tubuhku. Aku lalu melihat Raizel yang tampak semakin pucat. Ya, aku mengerti. Ini adalah pertama kalinya ia melakukan hal ini, ia pasti sangat kelelahan. Ia lalu berbalik menatap kami semua. Ia terlihat bahagia walaupun ekspresinya tetap datar. Ia kemudian melangkah maju, dan kelihatan sekali bahwa ia sedang sakit. Aku sontak berdiri dan khawatir padanya.

"Raizel, sebaiknya kau istirahat saja.." aku berkata halus padanya.

"..." ia tetap diam namun mengangguk. Ia lalu pulang ke mansionnya bersama dengan para bangsawan lain dan beberapa diantaranya menemaniku. Aku pun pulang ke istana walau sesungguhnya aku ingin bersama Raizel sebentar. Namun ini bukan saat yang tepat. Aku lalu mulai berjalan, namun aku terhenti saat simbol ditanganku bersinar. Simbol dua sayap hitam, simbol penyatuan jiwaku dan Raizel. Aku pun bingung dan khawatir melihatnya.

"Lord, tenanglah.. Tuan Raizel sudah baik - baik saja sekarang.. Simbol itu pasti bersinar karena darah yang baru telah mengalir di tubuhmu.. Jadi kau tak perlu sekhawatir itu" ucap Gechutel.

"Oh, begitu ya.." jawabku.

Kami lalu pulang menuju istana kembali.

***

#FrankesteinPOV

"Tuan, silahkan istirahat di kamar anda.." tawar ku kepada tuan.

"Ya, terimakasih" jawabnya datar. Ia pun memasuki kamarnya untuk beristirahat.

Aku kemudian berjalan menuju kamarku dengan letihnya. Kadang - kadang aku merasa tidak adil. Saat ada acara atau ritual penting kaum bangsawan, aku tak diperbolehkan masuk dan itu sangat membosankan. Namun aku mengerti semuanya dan aku mencoba menerimanya. Detik demi detik aku biasanya duduk di taman belakang istana dengan kebosanan. Namun hari ini ada sesuatu yang menyenangkan hatiku. Nona cantik itu cukup menjadi teman bicaraku dan mengusir kesunyianku.

Entah, aku lupa namanya. Aku bahkan tak tau identitasnya sama sekali. Tapi satu kali pertemuan itu membuat pikiranku terbelenggu olehnya. Aku terus memikirkannya. Dia tidak mau lepas dari otakku. Aku bingung.. Aku benar - benar tak mengerti. Perasaan macam apa ini? Aku tak ingin jatuh cinta lagi dan mengulang kesalahan yang sama, seperti dulu. Cukup sudah semua yang kualami di masa lalu, kini aku tak akan jatuh ke lubang yang sama.

"Loh, kok jadi cinta?!!!" aku menampar diriku sendiri. Oh, astaga aku mulai tidak waras..

BERSAMBUNG...








The Story Of NoblesseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang