Part 9

2.8K 208 3
                                    

Update tiap malam yah guys, voment and share klo bisa biar bacanya rame-rame haha...

Yukk lanjutt *abaikan author 😢

"Justin aku harus menghubungi do-" justin menghentikanku berbicara dengan menciumku jantungku berpacu dengan cepat, aku masih syok dengan perlakuan justin..

Aku berusaha untuk menarik diriku dan menghentikan apa yang justin lakukan, semakin aku memberontak, justin semakin menekan bibir dan mencekam leherku

Justin mengigit bibirku ia menyuruhku untuk membalas ciumannya, aku mengikuti permainannya perlahan ciumannya menjadi lembut dan membuatku seperti tidak terkendali, justin menghentikan dan aku menatapnya heran..

"Bibirmu membuatku kecanduan deli" kulihat justin tersenyum tetapi tatapannya sayu, mungkin karena dia masih demam aku pun mengelus pipinya

"Justin sebaiknya kau pulang saja di apartemen, aku akan menghubungi dokter agar datang memeriksamu, ku mohon jangan menolaknya"

Justin hanya mengangguk dan aku membantunya untuk berjalan keluar, aku akan mengantarnya sampai ke apartemen

***

"Justin bangunlah kita sudah sampai" aku membangunkan justin yang tertidur di pundakku, aku yg membawa mobil justin.. aku tidak mengijinkannya menyetir dalam keadaan seperti ini

"Maaf deli, aku sudah merepotkanmu" lirih justin

"Tidak justin kau sama sekali tidak merepotkanku, aku sudah bilang padamu untuk beristirahat tapi kau tidak mendengarkanku, listen to me Mr. Bieber, aku akan membuatkanmu pancake dan cake apapun yang kau inginkan, dan aku akan merapikan penampilanmu setiap pagi asal kau sehat kembali, ku mohon jangan sakit lagi justin" ucapku sedikit menunduk

Justin mengangkat daguku untuk menatapnya "hei hei deli please don't cry, aku tidak apa-apa sungguh" justin mencoba menenangkanku

"Baiklah, sekarang kita masuk, mungkin sebentar lagi dokter akan datang untuk memeriksamu" aku merangkul justin sambil berjalan masuk ke apartemen

"Apa anda butuh bantuan nona?" Kulihat salah satu security bertanya kearahku

"No sean! Aku tidak apa-apa, kau bisa melanjutkan pekerjaanmu" jelas justin ke sean, aku pkir nama security itu adalah sean..

Justin melepaskan rangkulanku dan menggandeng tanganku, aku berbalik kearahnya dia sedang menatap lurus kedepan tentu saja dengan wajah datarnya, dalam keadaan seperti ini pun justin masih bisa membuat wajahnya datar seperti itu...

"Justin apa kau mempunyai asisten rumah tangga atau apalah yang bisa membantumu dan menjagamu? Aku harus segera ke kantor untuk menyelesaikan semua pekerjaan, kau tau kita sudah meninggalkan pekerjaan dari kemarin, dan hari ini aku tidak ingin menumpuknya lagi itu akan membuatku depresi"

Justin hanya diam dan kulihat dia sedang memainkan handphonenya dan menaruh di telinganya

"Grace? Bisakah kau mengirimkan semua file yang belum aku selesaikan lewat emailku? Baiklah terima kasih" justin menutup sambungan telponnya dengan grace

"Kerjakan di apartemenku saja, temani aku sampai aku sudah membaik, dan tidak ada bantahan" justin berjalan menuju kamarnya dan aku hanya mematung mendengar perintahnya

Aku mebuang nafas dengan kasar dan duduk di sofa, sekitar 15 menit aku mengganti-ganti channel tidak ada yang menarik untuk di tonton, justin sudah berada dalam kamarnya sedari tadi dan tidak keluar. Mungkin dia istrahat

Tidak lama kemudian bel apartemen justin berbunyi aku yakin itu dokter, ah dia lama sekali..

"Maaf Ms. Deli aku terlambat, aku harus menyelesaikan pekerjaanku di rumah sakit baru bisa datang kesini" aku hanya mengangguk dan menunjukkan arah kamar justin

Dokter memeriksa keadaan justin dan menanyai pertanyaan pada umumnya dokter lakukan ke pasiennya untuk diagnosa, aku melihat dikter menulis resep obat dan memberikannya kepadaku .

"Aku rasa Mr. Bieber kelelahan aku bisa mengerti pekerjaannya tidak akan ada habisnya, dan dia memaksakan diri untuk mengerjakannya bisakah kau memantaunya dan usahakan dia menghabiskan obatnya dan beristirahat yang cukup?" Dokter menjelaskan dan bertanya padaku

"Aku akan memastikan semua yang perintahkan akan dilaksanakan oleh justin dok, terima kasih" kuantar dokter menuju pintu dan menutupnya kembali

Aku masuk kedalam dan menuju arah dapur aku ingin membuatkan justin bubur, ini bagus untuk orang yang sedang sakit, aku selalu terpukau dengan dapur justin, disini begitu lengkap andai saja ayahku mengijinkanku untuk membuka kedai cake aku akan begitu bahagia...

Setelah membuat apa yang justin butuhkan aku membawanya ke justin aku tidak akan membiarkan perutnya kosong

"Justin bangunlah, kau harus makan" aku mebangunkan justin

"Deli sebentar lagi, aku sangat mengantuk" ucap justin malas dan mengangkat selimutnya lebih tinggi

"Justin apa kau baru saja tidak ingin mendengarkanku, kau harus makan jika tidak!" Aku memikirkan ancaman yang akan ku berikan ke justin

"Kau akan melakukan apa hah?" Justin melihatku dengan tatapan aneh

"Aku akan hmm" aku mengingat kejadian justin menciumku di kantor tadi dengan segera aku memukul kepalaku pelan aku tidak ingin mengingat itu

"Apa yang kau pikirkan deli? Haha aku tau yang ada di pikiranmu" ledek justin

"Aa-apa a-ku tidak memikirkan apa-apa" ucapku gugup justin tertawa melihatku dan ia memajukan wajahnya dan mengecup bibirku sekilas

"Kau pasti memikirkan hal itu kan? Haha" justin benar-benar dia pandai membaca pikiranku apa jangan-jangan dia memang bisa membaca pikiran seseorang, seketika aku mengingat peran edward cullen di film twilight

"Justin aku ingin bertanya denganmu" aku memajukan wajahku tepat didepan wajah justin kulihat justin kaget dan segera membuat wajah datarnya, huu aku membenci melihatnya berwajah datar

"Katakanlah"

"Apa kau bisa membaca pikiran?" Kau tau tebakanmu selalu benar, dari kejadian di lift pagi tadi dan sekarang" aku mengangkat satu alisku dan menatap mata justin aku baru sadar matanya seperti lelehan karamel...

Justin tertawa terbahak-bahak sampai dia menjatuhkan tubuhnya dan tertawa sambil memegangi perutnya, apa yang lucu?

"Jadi benar kau memikirkan ciuman yang terjadi di kantor tadi" goda justin

Bodoh! Aku keceplosan kurasakan pipiku panas dengan segera aku mengambil bubur justin dan memasukkan sendok berisi bubur tadi ke dalam mulut justin yang terbuka karena tertawa

"Rasakan!!" Aku tersenyum miring padanya

"Deliiì" pekik justin aku hanya tersenyum dan melanjutkan menyuapi justin, aku rasa dia menyukai buburnya

"Deli kau ternyata hebat dalam memasak, bisakah kau memasak lain untukku" pinta justin

"Bisa di bilang seperti itu justin, dulu aku sangat menyukai memasak dan dapur adalah tempat yang menyenangkan untukku" jelasku

"Apa kau ingin menjadi chef?" Tanyanya lagi

"Kurasa seperti itu, tapi aku lebih menyukai membuat kue, aku punya harapan untuk mempunyai kedai yang di dalam segala macam cake yang ku buat berada di dalam lemari kaca dan melihat orang-orang membelinya, aku punya harapan konyol justin" kurasa aku baru saja curhat hehe

"Jadilah chefku! Tapi hanya aku, aku tidak menerima penolakan" lagi-lagi justin memerintahku tampa mendengar pendapatku

"Kau selalu saja memaksaku" ucapku malas

"Itulah aku Deli, tapi percayalah, kaulah gadis dan orang pertama yang aku perlakukan seperti ini" justin tersenyum kearahku dan menatap mataku aku melihat pancaran yang bersinar dari dalam matanya

Justin memajukan wajahnya dan mendaratkan bibirnya di bibirku, aku tidak menolaknya, aku bahkan membalas ciumannya dan aku bisa merasakan bibir justin tersenyum dalam ciuman kami..


Ahhh gaje yah? Gak tau deh gaje ato menarik, yahh harapan gue kalian makin suka 😘😘😘

What Do You Mean? (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang