The Interview

9.8K 439 6
                                        

Happy reading Guys!! Warning typo bertebaran...


"Rene cepatlah! kita harus memberikan kesan pertama yang baik"

"iya ms. Katy" jawabku malas sembari memakai heelsku dan segera menyusul katy yang sudah berada didepan lift.

hari ini adalah hari interview kita di Constara hotel dan aku benar-benar gugup sekarang. bukan karena akan mengikuti interview namun, aku gugup jika nanti yang kutemui benar-benar Jonathan apa yang akan kukatakan padanya?

"jangan melamun terus Rene, kau membuat kerutan didahimu semakin dalam" ujar Raty sembari menarik tanganku keluar lift untuk menunggu taxi yang sudah dipesan oleh kita tadi. aku bahkan tidak menyadari jika kita sudah berada diloby.

"aku hanya gugup"

"itu wajar aku juga gugup, namun kau harus bisa tidak menunjukannya. kita harus menjadi profesional" Katy berkata dengan pandangan mata menggebu-gebu.

aku tidak sepenuhnya bohong bukan? Katy tidak bertanya lagi aku gugup tentang apa. tapi mengapa dia terlihat begitu bersemangat hari ini?

"kenapa kau sangat bersemangat hari ini?" tanyaku begitu kita sudah berada didalam taxi.

"kau ingat pelayan kafe seminggu yang lalu itu? yang ia berikan nomer teleponnya padamu?" kata Katy dengan alis naik turun, aku hanya mengangguk.

"aku menghubungi dia malamnya dan dia mengajakku bertemu kau taulah, satu hal berlanjut ke yang lain dan... " Katy menggantung ucapannya dan binar matanya terlihat semakin jahil.

"kau baru melakukan sex ya?!" tanyaku setengah berteriak sampai supir taxi yang kami tumpangi melirik kebelakang lewat kaca spion.

"pelankan suaramu Rene! tapi ya aku baru melakukannya semalam" ujar Katy dengan tampang tanpa dosa.

"kau ini benar-benar, tapi selamat untukmu" ujarku dengan tulus karena kurasa Katy benar-benar butuh pelepasan akhir-akhir ini, Syukurlah dia sudah mendapatkannya semalam.

"terima kasih, setidaknya aku tidak memerlukan bantuan temanku untuk mendapatkan pria dan bercinta" cibirnya.

"hey! cobalah ingat lagi siapa sebenarnya yang diberika nomer telepon pelayan itu" protesku tak mau kalah, jika aku ingin mungkin semalam aku yang bercinta dengan pelayan tampan itu bukannya malah sulit tidur memikirkan kejadian dimobil waktu itu.

"kenapa wajahmu memerah Rene? apa kau memikirkan pria inggrismu?"

"berhenti menggodaku Katy"

"aku tau kau memikirkannya sayang, kenapa kau tidak mencoba menelponnya?"

"aku tidak memiliki nomer dia Katy dan jikapun aku memilikinya aku tidak mungkin meneleponnya"

"kenapa tidak? dan kenapa kau tidak meminta nomernya? ohh aku tahu kau terlalu sibuk mendesah bukan?" tanya Katy sambil menaik turunkan alisnya.

"maaf ma'am kita sudah sampai" ujar supir taxi menyela kata-kataku yang ingin membalas Katy. kurasa pria tua itu sudah bosan mendengar kita berbincang tentang sex.

setelah membayar ongkos taxi aku segera turun dan mengabaikan suara tawa Katy yang belum berhenti.

"permisi saya ada interview kerja disini bagian marketing" kataku pada bagian front office.

"tentu, mari ikut saya"

aku dan Katy mengikutinya sampai pada ruang tunggu untuk para pegawai baru yang ingin ikut interview.

NEW YORK MOONLIGHTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang