He Is Here

5.3K 275 8
                                    

Go vote!!!





Aku bangun dengan kepala pening karena semalaman menangis, lagi.

"Rene?" Suara lembut ibuku di luar kamar menyadarkanku bahwa aku sudah dirumah sekarang tempat yang dipenuhi orang-orang yang mencintaiku tanpa syarat.

"Sarapan sayang"

"aku akan turun"

Kemudian aku mendengar suara kaki ibuku menuruni tangga. Aku menghembuskan nafas kasar dan berjalan kearah kamar mandi. Sudah dua hari aku disini namun tetap saja masih menangis seperti remaja yang sedang putus cinta, Well aku memang putus cinta namun masa remajaku sudah lama lewat.

Ayah dan Ibuku terkejut saat aku sampai disini tanpa memberi kabar sebelumnya setelah melihat wajahku ibuku langsung mengajakku ke kamar. Aku menolak bercerita namun ibuku tetap membiarkanku menangis di pelukannya sampai tertidur, Jack yang paginya melihatku hanya menaikkan alisnya dan bertanya siapa nama pria yang membuatku seperti ini aku hanya berlalu mengabaikannya.

Saat makan malam tiba-tiba rumahku sudah penuh dengan kakak-kakakku dan istri-istrinya tidak lupa membawa anak-anak mereka yang langsung memeluk dan menciumku.
Mereka semua bertanya apa aku baik-baik saja bahkan Ryan sudah menyiapkan satu sel kosong untuk siapa pun yang membuatku menderita seperti ini, aku menangis lagi menghadapi perhatian seperti itu.

Setelah selesai mandi aku memakai kemeja, celana Jeans dan sepatu bootku dan turun kemeja makan yang sudah ada ibu dan ayahku, Aku mencium mereka sambil mengucapkan selamat pagi.

"Apa yang mau kau lakukan hari ini Rene?" Ayahku bertanya sambil memakan telurnya, mata hitamnya menatapku sayang.

"Kurasa aku ingin berkuda hari ini dad"

"bagus, Jack juga ingin mencoba kuda yang sudah cukup umur untuk mengikuti lomba kau bisa mencobanya"

Setelah selesai sarapan aku keluar menghirup udara pagi yang masih segar, bau tanah, sapi, dan kuda khas peternakan menyambutku saat keluar rumah membuat senyumku mengembang, aku memakai stetson putihku dan berjalan menyusuri jalan masa kecilku.

Aku berkeliling dan menyapa beberapa pekerja yang aku kenal. Jack sudah membuat peternakan ini bertambah besar sehingga banyak pekerja yang tidak aku kenal namun aku tetap tersenyum ramah pada mereka.

"Seharusnya seminggu lagi, kau harus menjaganya lebih ketat Jack" Bart kakakku yang kedua memeriksa seekor kuda yang sedang hamil besar sementara Jack berjongkok disampingnya.

"Ada apa ini?" Aku langsung ikut berjongkok mengelilingi kuda itu, perutnya sudah sangat besar dan terlihat bisa melahirkan kapan saja.

"Hey adik kecil" Brat langsung mengecup pelipisku yang membuatku menggerutu karena mereka masih memperlakukanku seperti anak kecil. Mata hijau Brat tertawa melihat reaksiku.

"Aku akan memerintahkan salah satu pekerja untuk tinggal di sini, namun masalahnya semua pekerja sudah menikah dan memiliki anak, akan sulit menemukan orang yang mau tinggal seminggu disini"

"Kau dulu pernah tinggal di instal selama selama sebulan menanti kuda melahirkan Jack"

"Itu sebelum aku menikah! si kembar sekarang sudah semakin aktif aku harus menjaganya juga atau Lisa bisa menggantungku"

Jack bangun sambil menggerutu yang membuatku dan Brat terkekeh melihatnya.

"aku harus pergi, aku ada praktik siang ini" Brat membereskan tas dokternya, setelah mencium keningku lagi dan menepuk pundak Jack sebelum berlalu meninggalkan kami.

"dia akan baik-baik saja, ini hanya kehamilan pertamanya" Jack yang memperhatikanku membelai kepala kuda itu menjelaskan kenapa wajah kuda itu terlihat sangat menderita.

NEW YORK MOONLIGHTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang